INDONESIAONLINE – Saat Nabi Nuh telah berusia senja, suatu ketika ia akan mendekati ajalnya. Lalu ia mengundang anak cucunya. 

Nabi Nuh kemudian naik ke puncak gunung dan berdoa memohon kepada Allah agar mengabulkan doanya. 

Diolah dari beberapa sumber, seperti Ensiklopedia Al Fatih dan lainnya, Nabi Nuh mendoakan ketiga putranya. Namun doa untuk putra pertama, yakni Sam, berbeda dengan doa untuk dua putra lainnya, yakni Ham dan Yafits. Sam didoakan Nabi Nuh menjadi seorang manusia yang saleh dan keturunannya menjadi nabi. Sedang Ham dan Yafits didoakan Nabi Nuh keturunannya menjadi orang yang dikutuk Allah. 

Beliau pertama memanggil Sam. Ia datang dan duduk di hadapan Nabi Nuh. Kemudian Nuh meletakkan kedua tangannya kepada Sam dan mengatakan kalimat doa, “Ya Allah, berkatilah Sam beserta keturunannya, dan jadikanlah di antara keturunannya kenabian dan kerajaan”. 

Sam menetap di wilayah bagian barat. Keturunannya menempati daerah Romawi, Persia, dan Arab. Selain itu, Sam diberi daerah yang meliputi Hijaz, Yaman, Irak, Syam, dan daerah yang lainnya.

Nabi Nuh kemudian memanggil Ham. Namun Ham tidak menanggapi panggilan ayahnya ini. Nabi Nuh pun mengutuk dalam doanya,“Ya Allah, buatlah anak cucunya menjadi terhina dan hitamkanlah paras mereka. Jadikanlah mereka sebagai budak dan pelayan bagi keturunan Sam.”

Baca Juga  Proses Penciptaan Babi, Binatang yang Diharamkan Allah Bagi Umat Islam

Tetapi, dalam sebuah riwayat dijelaskan bahwa  anak Ham bernama Mishrayim mendengar doa kakeknya itu. Ia kemudian mendatangi sang kakek dan berkata “Wahai kakek, aku penuhi panggilanmu, sebab ayahku tidak memenuhinya”.

Nabi Nuh meletakkan kedua tangannya di badan Mishrayim dan berdoa, “Ya Allah, sebagaimana Engkau telah mengabulkan doaku, maka berkatilah anak ini beserta keturunannya. Tempatkanlah mereka di bumi yang diberkati yang merupakan induk negeri dan tempat hiruk pikuknya para hamba, yang sungainya merupakan sungai terunggul.”

Nabi Nuh AS selanjutnya memanggil Yafits. Sama seperti Ham, Yafits juga tidak menanggapi panggilan ayahnya. Nabi Nuh  pun mengutuknya. Ia beroda, “Ya Allah, jadikanlah keturunan Yafits sebagai makhluk yang terjelek”. Keturunan Yafits  adalah Ya’juj dan Ma’juj. 

Yafits lantas pergi ke sebuah negeri yang ada di bagian timur. Di sana, ia menikah dan memiliki 5 anak laki-laki, yaitu Jauhar, Batras, Mayasyikh, Sannaf, dan Saqwil. Keturunan Jauhar adalah orang-orang Shaqalibah dan Romawi
 serta orang-orang Turki.

Dalam Al-Quran dikisahkan, Ya’juj dan Ma’juj diisolasi oleh tembok atau benteng logam yang dibangun Zulkarnain. Wujud mereka tampak berbeda dari manusia pada umumnya. Rasulullah SAW dalam sebuah hadis menjelaskan, “Ya’juj dan Ma’juj memiliki muka yang lebar, mata yang kecil (sipit), dan warna putih di rambut atas mereka. Bentuk wajah mereka dikatakan mirip perisai”. (HR Imam Ahmad).

Baca Juga  Kisah 'Ibunda Kedua' Nabi Muhammad, Sosok Perempuan yang Pernah Diberikan Air dari Langit 

Bahkan, meskipun tergolong manusia, mmereka nampak tak mempunyai kelebihan atau kemampuan untuk memahami bahasa manusia. 

Syekh Ibnu Baz rahimahullah dalam kitab kumpulan fatwanya menuliskan: “Ya’juj dan Ma’juj akan muncul di akhir zaman, yaitu setelah keluarnya Dajjal dan turunnya Nabi Isa bin Maryam AS”. 

Jumlah Ya’juj dan Ma’juj juga terbilang sangat besar. Sebuah hadis memyenutkenjhh “Disiratkan bahwa populasi manusia biasa dibandingkan Ya’juj dan Ma’juj adalah 1:999 (satu berbanding sembilan ratus sembilan puluh sembilan)” (HR Bukhari).

Hadis lainnya menjelaskan, “Ketika Allah SWT mengeluarkan Ya’juj dan Ma’juj dari tempat persembunyiannya, mereka segera turun dengan cepat dari bukit-bukit yang tinggi. Selanjutnya, gerombolan atau barisan pertama dari mereka melewati Danau Thabariyah dan kemudian meminum habis semua air dalam danau tersebut,” (HR Muslim 2937/110, at-Tirmidzi 2240 Abu Dawud 4321, Ibnu Majah 4075).

Dalam Al-Qur’an Surah Al Ambiya 96-97, Allah SWT berfirman, “Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya’juj dan Ma’juj dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. Dan (apabila) sudah dekat kedatangan janji yang benar (kiamat), tiba-tiba terbelalaklah mata orang kafir. (Mereka berkata): ‘Aduhai, celakalah kami, sesungguhnya kami adalah dalam kelalaian mengenai ini, bahkan kami adalah orang yang zalim’.”