Menolak Lupa, Seniman Gelar Aksi Teatrikal Tragedi Kanjuruhan

Menolak Lupa, Seniman Gelar Aksi Teatrikal Tragedi Kanjuruhan
Menolak Lupa, Seniman Gelar Aksi Teatrikal Tragedi Kanjuruhan

INDONESIAONLINE – Menolak lupa dengan tragedi Kanjuruhan 1 Oktober 2022, dua seniman dari Malang Performance Art Community melakukan aksi teatrikal di depan Balai Kota Malang, Jawa Timur, Kamis (10/8/2023).

Seorang seniman memerankan korban Tragedi Kanjuruhan 1 Oktober 2022. Kemudian seorang seniman lainnya, membuat sebuah gambar tempat kejadian perkara (TKP), sesuai dengan pola posisi korban.

Mukmin Ahmad salah satu seniman yang memerankan korban Kanjuruhan menyampaikan tujuan aksi teatrikal untuk melawan lupa tragedi berdarah itu.

“Aksi ini untuk merawat ingatan. Jadi lebih kepada tentang 135 korban Tragedi Kanjuruhan. Karena kabarnya kan akan ada semacam perayaan pada 11 Agustus seperti biasanya (saat HUT Arema), nah aksi ini sebagai kritik,” ucap Mukmin.

Mukmin juga menyampaikan Tragedi Kanjuruhan merupakan peristiwa memilukan. Karenanya tragedi kanjuruhan harus terus dikawal. Sebab menurutnya, saat ini peristiwa tersebut terkesan mulai memudar dan perlahan hilang dari permukaan.

“Melihat kasusnya, semakin kesini orang-orang semakin lupa. Sudah banyak euforia dengan pertandingan sepak bola. Seakan lupa ada 135 korban meninggal sia-sia pada Tragedi Kanjuruhan,” jelas Mukmin.

Rencananya, ia akan melakukan aksi teatrikal yang sama tersebut di beberapa titik. Yakni di Balai Kota Malang, DPRD Kota Malang, Stadion Gajayana dan depan Kantor Arema FC.

Mukmin juga mengatakan sebenarnya dirinya juga capek saat melakukan aksinya tersebut. Namun, ucapnya, lelah tersebut masih belum seberapa jika dibandingkan dengan yang dirasakan oleh korban saat peristiwa memilukan tersebut terjadi.

“Capeknya gak seberapa jika dibandingkan dengan penderitaan korban saat berdesakan hingga meregang nyawa,” jawab Mukmin saat ditanya terkair aksi teatrikalnya itu.

Dalam aksi teatrikal, Mukmin memeragakan korban Tragedi Kanjuruhan saat bergelimpangan. Ia memeragakan dengan posisi terlentang, membungkuk, tengkurap dan beberapa pola lainnya.

Sementara pada pola yang sudah tergambar, ia menaruh setangkai bunga mawar di masing-masing gambar. Sebagai simbol keprihatinan terhadap hilangnya 135 nyawa tak berdosa di kota yang ia kenal dengan predikat sebagai Kota Bunga.

“Saya tahunya Kota Malang itu adalah kota bunga, makanya saya bawa mawar. Lalu untuk Arema sendiri, yang saya tahu itu adalah sebutan untuk Arek Malang atau warga asli Malang. Saya tahu kalau itu adalah klub sepak bola Malang saat tahun 2000-an,” pungkas Mukmin (rw/dnv).