INDONESIAONLINE – Rasulullah SAW merupakan sosok istimewa yang diberi kelebihan dan anugerah oleh Allah SWT. Salah satunya yang tidak banyak diketahui adalah mukjizat ranting kayu. 

Kisah yang dirangkum dari channel Tafakkur Fiddin dan berbagai sumber itu mengambarkan anugerah luar biasa yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad SAW.

Anugerah itu terjadi pada  Perang Badar yang pecah pada 17 Ramadan 2 Hijriah. Saat itu 300 umat muslim berperang melawan ribuan kaum kafir.

 Dalam perang itu, pejuang Islam bernama Ukasyah bin Mihshan bin Harsan Al-Asadi bertempur habis-habisan sampai senjata pedang miliknya patah. 

Rasulullah yang melihat itu kemudian menghampirinya. Beliau kemudian memberikan sepotong ranting kayu untuk menggantikan pedang Ukasyah yang patah.  Ajaibnya, ranting kayu tersebut berubah menjadi sebuah pedang panjang. Ukasyah pun kemudian kembali melanjutkan pertempurannya dengan pedang dari ranting kayu yang merupakan mukjizat pemberian Rasullullah. 

Setelah melalui pertempuran sengit, umat muslim pun memenangkan pertempuran tersebut. Usai peperangan, pedang tersebut tetap dibawa Ukasyah. Pedang tersebut diberi nama “Al Aun”. Pedang itu itu pun digunakan Ukasyah dalam berbagai perang lainnya, seperti  Perang Riddah yang menjemput syahid Ukasyah.

Selain mukjizat itu, dalam Perang Badar, para malaikat ikut membantu umat muslim. Allah SWT menurunkan malaikat dari langit dengan mengenakan tanda di kepala. Panglima para malaikat kala itu adalah Malaikat Jibril. Sedangkan panglima tentara perang muslim adalah Nabi Muhammad SAW.

Baca Juga  Baca Doa Ini Saat Usia 40 Tahun, Ustaz Adi Hidayat: agar Selalu Bersyukur atas Nikmat Allah SWT

Salah seorang pasukan muslim menuturkan, “Pada hari berkecamuknya Perang Badar, aku mendengar malaikat yang mengenakan sorban berwarna putih berseru ‘Majulah Haizum!’ (Ibnu al Atsir menerangkan dalam an Nihayah bahwa Haizum adalah nama kuda Malaikat Jibril).

Allah SWT berfirman, “(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu, ‘SesungguhnyaAku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut,” (QS. Al-Anfal [8]: 9).

Mukjizat lain Rasulullah dikisahkan dari Hamzah bin Amr Al Aslami. Dia bercerita bahwa pada suatu malam dirinya berjalan dengan Rasulullah tanpa penerangan sedikit pun.  Keduanya pun berpencar di ujung jalan. 

Saat berpencar ini, Hamzah bin Amr melihat jari-jemari Rasulullah berpijar dan bersinar terang sehingga tak ada seorang pun yang tersesat.

Keistimewaan jari-jemari Rasullullah lainnya adalah juga bisa memancarkan air. “Aku pernah melihat Rasulullah pada saat waktu salat Ashar tiba. Orang-orang mencari air wudu tapi mereka tak menemukan air. Kemudian Rasulullah datang dengan membawa sebuah wadah berisi air wudhu. Rasulullah lalu memasukkan tangannya ke dalam air itu lalu beliau menyuruh orang-orang berwudu dari wadah itu. Saat itu Anas bin Malik menyaksikan air memancar dari bawah jari-jemari Rasulullah” (HR Al Bukhari Muslim).

Baca Juga  Ustaz Abdul Somat Anjurkan Baca Doa Ini Setelah Salat Fardu

Bukan hanya itu. Dalam riwayat lain, tongkat dan setandan kurma pemberian Rasulullah mampu mengeluarkan cahaya terang. Diriwayatkan dari Maimun bin Zaid Abbas, Rasulullah pernah memberikan sebuah tongkat kepada Abu Abbas setelah ia mengalami kebutaan.

 Rasulullah berkata kepada Abu Abbas, “Gunakanlah tongkat ini sebagai penerang jalanmu”. Ajaibnya, tongkat pemberian Rasulullah tersebut kemudian mengeluarkan cahaya sehingga menerangi jalannya.

Dalam hadis yang diriwayatkan Abu Na’im dijelaskan, Rasulullah keluar dari rumahnya untuk menunaikan salat Isya di masjid. Saat itu, kondisi hujan deras  disertai petir. Saat sinar petir menerangi malam, Rasulullah melihat Qatadah bin Lukman. “Hai Qatadah, setelah engkau selesai salat, tetaplah duduk di tempatmu hingga aku menyuruhmu,” kata Rasulullah. 

Seusai salat, Rasulullah menemui Qatadah dan memberikan setandan kurma, “Ambillah tandan kurma ini. Ia  akan menerangi jalan di depanmu 10 langkah dan di belakangmu 10 langkah,” ucap Rasulullah. Saat Qatadah pulang, setandan kurma tersebut benar-benar menerangi jalannya sampai di rumah.