JATIMTIMES – Nasib tak beruntung dialami seorang buruh migran Indonesia (BMI) asal Tulungagung di Malaysia. Buruh bangunan yang bernama Sugiono, asal Desa Wonorejo, Kecamatan Sumbergempol, Kabupaten Tulungagung ini sudah tidak bekerja selama setahun lamanya akibat menderita sakit diabetes akut. 

Dari keterangan Pramono, BMI asal Blitar yang saat ini bekerja di Johor Malaysia dan ketua relawan jaringan Komunikasi Organisasi Pekerja Migran Indonesia (KOMI) melaporkan kondisi Sugiono. Dijelaskan Pramono, BMI bernama Sugiono saat ini bertempat tinggal di Muar Johor Malaysia. 

 

“Hari Senin (10/01/2022) kemarin kami antar ke KJRI untuk mengurus SPLP. Selanjutnya KJRI membant kepulangan (Sugiono) dari Johor ke BP2MI Batam,” kata kata Pramono dalam rilisnya, Jumat (14/01/2022). 

Lanjutnya, setelah 5 hari karantina, Sugiono akan di terbangkan ke Surabaya jika kondisi kesehatan layak terbang. “Harapan dari teman-teman Relawan Malaysia, alangkah baiknya kalau ada bantuan penjemputan ke Juanda, dan melanjutkan permohonan bantuan Pengobatan di pemerintahan setempat,” ujarnya. 

Setelah menghubungi jaringan di Indonesia, perwakilan Relawan sudah mendatangi alamat Sugiono di desa Wonorejo. “Sudah mendapatkan kesepakatan dengan perangkat desa bahwa pihak desa sudah mempersiapkan penjemputan, serta kelanjutan proses permohonan bantuan pengobatan nantinya,” ungkapnya. 

Baca Juga  Bersama Forkopimda, Wali Kota Kediri Siapkan Langkah Antisipasi Dampak Gelombang Tiga Covid-19

Sementara itu, saat dikonfirmasi Rudianto yang juga pendiri sekaligus kordinator Komunitas Pejuang Devisa Peduli yang bergerak sosial dan kemanusiaan Rudianto sebagai pendiri sekaligus kordinator komunitas Pejuang Devisa Peduli yang bergerak sosial dan kemanusiaan, pihaknya telah mendapat kepastian penjemputan dari Juanda ke alamat Sugiono. 

“Jika tidak ada yang menjemput, saya akan jemput sendiri. Tapi, sudah ada dari pemdes dan komunitas di Kabupaten Tulungagung yang bersedia menjemput,” imbuhnya. 

Ia mengungkapkan, ditemukannya Sugiono bukan dari KOMI, namun justru dari orang lain yang melaporkan ke pihaknya. “Jadi tiba-tiba saya di hubungi KJRI, akan ada kepulangan BMI dari sana karena sakit. Setelah kami telusuri, ternyata diketahui dari seorang dosen yang melaporkan. Namun, karena kondisi sudah akut, kami tetap bantu sebagai wujud kemanusiaan,” jelasnya. KOMI selaku relawan, selalu memberi pendampingan jika ada BMI di Malaysia yang mengalami musibah. 

Baca Juga  Didemo Warga dan Didesak Tutup Padepokannya, Gus Samsudin Bersikukuh Punya Izin Praktik

 

“Misalnya ada yang meninggal dan ingin dipulangkan, sementara keluarga tidak mampu membiayai maka kami iuran untuk menutup kekurangan biaya,” terangnya. 

Untuk KOMI sendiri adalah salah satu jaringan yang menghubungkan antar Komunitas Indonesia yang berada di Malaysia maupun Indonesia. Selain ke berbagai komunitas, seperti Pejuang Devisa Peduli, Laskar Gendeng Nusantara, Laskar Peduli Kasih, Pagar Nusa Malaysia, Bledug Kelud, TKI Batu Pahat, TKI Nusantara, Paguyuban tiyang Klaten, Generasi Peduli Sesama, Kowikacu, Paguyuban Reog Ponorogo, Arema Johor Bharu, Laskar Bungkarno, Jemaah Almuqorobin dan aktivis Sosial individu yang tidak ada Komunitas di Malaysia, KOMI juga berjejaring dengan LSM di Indonesia. 

LSM yang dimaksud diantaranya, Infest AWO Yogyakarta, SBMI Lumajang, SBMI Banyuwangi, Yuk Berbagi Gresik, Komunitas lain di kawasan Blitar, Tulungagung, Kediri, Trenggalek, Ponorogo dan Malang. Untuk instansi pemerintah, KOMI mengaku terhubung langsung dengan Instansi Pemerintah seperti KJRI Johor Bharu, BP2MI Tanjung Pinang dan Batam, BP2MI Surabaya dan Depnaker Blitar.



Anang Basso