Lonjakan lalu lintas jawa-bali pada nataru 2025 hadapi tantangan berat. peningkatan volume kendaraan beradu dengan ancaman siklon tropis 93s di selat bali.
INDONESIAONLINE – Deru mesin ribuan kendaraan yang memadati area parkir Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, dan Gilimanuk, Bali, menjadi penanda dimulainya puncak mobilitas libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025/2026. Euforia masyarakat untuk berlibur pasca-pemulihan ekonomi nasional terlihat nyata.
Namun, di balik angka-angka kenaikan penumpang yang fantastis, tersimpan sebuah tantangan alam yang tidak bisa dipandang sebelah mata: anomali cuaca di Selat Bali.
Pergerakan massa kali ini bukan sekadar rutinitas tahunan, melainkan ujian bagi ketangguhan infrastruktur penyeberangan nasional menghadapi “kemarahan” alam. PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) mencatat tren kenaikan signifikan yang menuntut kewaspadaan tingkat tinggi.
Lonjakan Signifikan di Tengah Ketidakpastian Cuaca
Berdasarkan data posko ASDP pada H-4 Natal atau Minggu (21/12), terjadi lonjakan mobilitas yang jauh melampaui prediksi konservatif. Jalur “gemuk” Jawa–Bali menjadi saksi bisu kembalinya gairah pariwisata dan logistik.
Dari arah Pulau Dewata, tercatat 2.130 unit kendaraan roda dua menyeberang ke Jawa hanya dalam satu hari. Angka ini melonjak 24,1 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
“Secara kumulatif dari H-10 hingga H-4, total roda dua mencapai 40.328 unit. Ini tumbuh 3,6 persen dibanding tahun sebelumnya,” ungkap Direktur Utama ASDP, Heru Widodo, Senin (22/12/2025).
Sementara itu, arus sebaliknya dari Jawa menuju Bali justru menunjukkan fenomena menarik. Kenaikan pengguna sepeda motor mencapai 33,1 persen (2.107 unit), sebuah indikator bahwa wisatawan budget traveler atau kaum touring mendominasi demografi liburan kali ini.
Namun, data yang paling krusial justru terletak pada pergerakan logistik. Kendaraan truk yang menyeberang ke Bali tumbuh 21,5 persen menjadi 2.184 unit.
Data ini mengindikasikan bahwa Bali sedang melakukan restocking besar-besaran untuk kebutuhan logistik perhotelan dan restoran menyambut malam pergantian tahun. Total 143.533 penumpang telah menyeberang dari Ketapang ke Gilimanuk hingga H-4, sebuah angka yang masif dalam manajemen kerumunan (crowd management).
Bayang-Bayang Siklon Tropis 93S
Namun, narasi Nataru 2025 tidak hanya soal angka pertumbuhan. Di balik layar radar Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), sebuah ancaman serius sedang terbentuk. Per 21 Desember 2025, BMKG mendeteksi penguatan Bibit Siklon Tropis 93S.
Sistem cuaca ini bukan sekadar hujan biasa. Bibit siklon yang berpotensi meningkat menjadi Siklon Tropis kategori 2 ini membawa dampak turunan berupa gelombang tinggi kategori Moderate Sea (sedang) hingga 2,5 meter. Bagi kapal feri jenis Ro-Ro (Roll-on/Roll-off), ketinggian gelombang ini di Selat Bali—yang memiliki karakteristik arus bawah laut kuat—dapat memengaruhi stabilitas kapal saat sandar maupun berlayar.
Peringatan BMKG melalui akun resmi @infobmkg menyoroti wilayah krusial: Selat Bali bagian selatan, Selat Sunda, hingga perairan selatan Nusa Tenggara Barat. Ini adalah jalur nadi penyeberangan utama.
“Kondisi ini diprediksi berdampak langsung terhadap dinamika cuaca. Kami mengimbau pengguna jasa tidak memaksakan diri jika cuaca tidak memungkinkan,” tegas Heru Widodo dengan nada serius.
Keselamatan Sebagai Harga Mati
Menghadapi situasi dilematis antara melayani lonjakan penumpang dan menjaga keselamatan nyawa, ASDP menerapkan strategi defensif namun humanis. Heru Widodo menegaskan bahwa keselamatan pelayaran (maritime safety) adalah variabel yang tidak bisa ditawar, bahkan jika itu berarti harus menunda keberangkatan (delay).
Sebagai data pembanding yang relevan, merujuk pada Laporan Investigasi Kecelakaan Pelayaran dari KNKT pada tahun-tahun sebelumnya, faktor cuaca buruk menyumbang persentase signifikan dalam insiden laut di perairan sempit seperti selat. Oleh karena itu, protokol buka-tutup pelabuhan yang diterapkan ASDP saat cuaca ekstrem bukanlah hambatan, melainkan prosedur penyelamatan.
ASDP telah memperkuat koordinasi dengan Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) dan Syahbandar untuk memantau pergerakan Bibit Siklon 93S secara real-time. Kesiapsiagaan operasional di pelabuhan ditingkatkan, termasuk pemeriksaan lashing (pengikat) kendaraan di atas kapal untuk mencegah pergeseran muatan saat kapal dihantam gelombang.
Antisipasi Masyarakat
Masyarakat yang hendak menyeberang diimbau untuk tidak hanya terpaku pada jadwal tiket, tetapi juga jadwal alam. Kenaikan volume kendaraan roda dua sebesar 33,1 persen dari Jawa ke Bali menuntut kewaspadaan ekstra, mengingat kendaraan jenis ini paling rentan terhadap hembusan angin kencang di atas dek kapal maupun saat perjalanan darat menuju pelabuhan.
“Kami mengharapkan kerja sama seluruh pengguna jasa. Ikuti petunjuk petugas selama berada di area pelabuhan dan kapal,” tambah Heru.
Nataru 2025/2026 di lintasan Jawa-Bali ini menjadi cerminan bahwa mobilitas manusia tidak bisa dilepaskan dari faktor alam. Di tengah kegembiraan liburan, kearifan untuk mematuhi peringatan cuaca menjadi kunci agar perjalanan tidak hanya lancar, tetapi juga selamat sampai tujuan. Angka pertumbuhan penumpang adalah prestasi ekonomi, namun nihil kecelakaan adalah prestasi kemanusiaan yang sesungguhnya (coi/dnv).

