INDONESIAONLINE – Sebagai pendiri dan pemilik maskapai penerbangan Susi Air, Susi Pudjiastuti menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat Papua. Pasalnya sejak terjadi pembakaran pesawat dan penyanderaan pilot Philips oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB), operasional Susi Air menjadi terganggu.
Menurut mantan Menteri Kelautan dan Perikanan RI itu, mobilitas masyarakat Papua dan distribusi logistik menjadi terganggu. Sebab 70 persen penerbangan porter Susi Air berhenti sejak kejadian tersebut.
“Kehadiran Susi Air sangat signifikan di Papua dan saat ini dengan kejadian ini tentu mengagetkan kami, menyedihkan, kami juga tidak habis pikir,” ucap Susi, dikutip Antara, Rabu (1/2/2023).
Susi juga menjelaskan bahwa Susi Air telah melayani penerbangan di Papua sejak 2006 lalu. Dengan rata-rata penerbangan 60-100 kali setiap harinya. Yakni melalui pesawat jenis caravan dan pilatus porter.
“Dari (awalnya miliki) satu pesawat, dua pesawat, sampai 22 pesawat terbang di Papua,” kata Susi.
Sejak 2012, Susi menerangkan bahwa maskapai miliknya itu mendapat kontrak perintis dari pemerintah dengan subsidi. Khususnya untuk melayani rute perintis di wilayah Papua. Sebab maskapai pesawat yang ada sebelumnya tidak lagi beroperasi.
“Rute perintis itu adalah rute yang ditentukan oleh pemerintah untuk diterbangi dan 65 persen disubsidi pemerintah. Jadi tiket-nya tiket murah Rp250 ribu saja kita jual sebagian dibayar pemerintah kepada kami,” katanya.
Imbas dari adanya pembakaran pesawat dan penyanderaan pilot itu, Susi menyebut pemenuhan kebutuhan warga Papu juga menjadi terganggu. “Karena kita juga mengangkut bahan bakar, mengangkut makanan, mengangkut segala macam yang dibutuhkan, membawa yang sakit dapat pengobatan, membawa program-program pemerintah untuk kemajuan masyarakat Papua,” ujarnya.
Susi menegaskan bahwa tindakan di Papua untuk memperjuangkan kemerdekaan dengan cara merebut hak kemerdekaan milik orang lain itu tidak bijak. “Sebagai (pendapat) pribadi memperjuangkan kemerdekaan dengan mengambil kemerdekaan orang itu bukan cara yang bijak tentunya,” kata Susi.
Dia juga mengaku tak habis pikir dengan tindakan yang dilakukan oleh KKB karena dampaknya sejatinya kepada masyarakat Papua sendiri. “Untuk saya pribadi apa yang terjadi ini adalah hal yang sangat-sangat tidak kita harapkan, dan kita tak habis pikir,” ujarnya.
Sebelumnya, Senin (27/2), Pangdam XVII Cenderawasih Mayjen TNI Muhammad Saleh Mustafa menyatakan bahwa hingga kini TNI-Polri terus berupaya membebaskan pilot Susi Air dari tangan KKB pimpinan Egianus Kogoya.
“KKB bersama sandera-nya selalu berpindah-pindah tempat sehingga sampai saat ini belum dapat diketahui pasti posisinya,” kata Mayjen TNI Saleh.
Sementara itu, Kapolda Papua Irjen Pol. Fakhiri mengatakan, KKB pimpinan Egianus Kogoya meminta senjata api dan amunisi untuk dibarter atau ditukar dengan pilot Susi Air yang masih disandera.
Diketahui, pilot Philips telah disandera KKB sejak 7 Februari atau 23 hari. KKB terlebih dulu membakar pesawat Susi Air saat mendarat di lapangan terbang Paro, Nduga, kemudian menyandera pilor Philips hingga saat ini.