Pemalsuan Dokumen Naturalisasi, Eks Sekjen FAM: Bawa Kasus ke CAS Mahal

Pemalsuan Dokumen Naturalisasi, Eks Sekjen FAM: Bawa Kasus ke CAS Mahal
Persatuan Sepak Bola Malaysia (FAM) siap mengajukan banding setelah FIFA merilis bukti bahwa FAM memalsukan dokumen pemain naturalisasi (Instagram/famalaysi)

Eks Sekjen FAM, Datuk Seri Azzuddin Ahmad, kritisi rencana bawa kasus naturalisasi ke CAS. Dana miliaran lebih baik untuk akar rumput dan gaji pemain, bukan arbitrase yang mahal.

INDONESIAONLINE – Mantan Sekretaris Jenderal Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM), Datuk Seri Azzuddin Ahmad, menyuarakan penolakan keras terhadap rencana FAM membawa kasus pemalsuan dokumen tujuh pemain naturalisasi ke Mahkamah Arbitrase Olahraga (CAS).

Menurut Azzuddin, langkah tersebut hanya akan menghamburkan dana besar yang seharusnya dialihkan untuk kepentingan sepak bola Malaysia yang lebih mendesak.

Azzuddin menegaskan, proses hukum di CAS diperkirakan menelan biaya hingga jutaan ringgit. Dana sebesar itu, kata dia, akan jauh lebih bermanfaat jika digunakan untuk pembangunan sepak bola akar rumput atau melunasi tunggakan gaji pemain yang selama ini menjadi persoalan klasik.

“Saya sangat setuju. Kalau tidak salah, proses itu akan menelan biaya hingga jutaan ringgit. Alangkah baiknya jika dana sebesar itu digunakan untuk pengembangan sepak bola di tingkat akar rumput,” ujar Azzuddin, seperti dikutip dari Arena Metro.

“Bahkan, kalau ada pihak yang berkenan membantu, lebih baik uang itu dipakai untuk melunasi tunggakan gaji para pemain kita,” tegasnya.

Azzuddin menambahkan, penggunaan dana tersebut akan memberikan dampak positif yang lebih besar bagi pemain lokal dan sepak bola nasional ketimbang membuang-buang waktu dan uang untuk arbitrase yang belum tentu berhasil.

Biaya CAS Bisa Capai Rp4 Miliar

Estimasi biaya untuk membawa kasus ini ke CAS tidak main-main. Berdasarkan laporan Arena Metro per 22 Oktober lalu, FAM membutuhkan setidaknya 1 juta ringgit Malaysia atau sekitar Rp4 miliar. Angka ini mencakup biaya pendaftaran banding, honor pengacara, biaya saksi ahli, dan uang muka arbitrase. Biaya bisa membengkak tergantung kompleksitas kasus.

Pengacara olahraga Zhafri Aminurashid menjelaskan bahwa struktur biaya dalam setiap kategori berbeda-beda, namun total pengeluaran diprediksi mencapai sekitar 1 juta ringgit. Ini menjadi beban finansial yang signifikan bagi FAM di tengah berbagai tantangan.

Lebih lanjut, Azzuddin mendesak FAM untuk fokus pada perbaikan internal. Ia menekankan pentingnya pembenahan sistem tata kelola, peningkatan efisiensi administrasi, dan transparansi dalam setiap urusan. Hal ini krusial untuk mencegah terulangnya masalah serupa yang dapat mencoreng nama sepak bola Malaysia di kancah internasional.

“Dalam situasi sekarang, yang terpenting adalah melakukan pembenahan dari dalam. Kita perlu meningkatkan efisiensi administrasi dan memastikan semua urusan berjalan dengan transparan agar nama baik sepak bola negara tidak lagi tercemar di tingkat internasional,” tegas Azzuddin.

FIFA Tolak Banding, Denda Rp7,2 Miliar

Sebelumnya, Komite Banding FIFA telah menolak permohonan banding FAM terkait kasus pemalsuan dokumen tujuh pemain naturalisasi. Keputusan ini menguatkan hukuman yang dijatuhkan Komite Disiplin FIFA pada akhir September.

Ketujuh pemain tersebut dijatuhi larangan bermain selama 12 bulan dan didenda masing-masing 2.000 franc Swiss (sekitar Rp41 juta). Sementara itu, FAM sendiri diwajibkan membayar denda sebesar 350.000 franc Swiss (sekitar Rp7,2 miliar).

Meskipun peluang di CAS dinilai tipis dan banyak pihak memandangnya sebagai formalitas legal, FAM dikabarkan masih mempertimbangkan langkah tersebut. Keputusan ini akan menjadi ujian baru bagi FAM di tengah sorotan publik dan desakan untuk memulihkan integritas serta kredibilitas sepak bola nasional Malaysia.