INDONESIAONLINE-Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar kembali menyelenggarakan Workshop Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Kali ini, workshop yang dipusatkan di Kecamatan Ponggok diikuti oleh Kepala Sekolah dan Guru TK dari Kabupaten Blitar wilayah Barat diantaranya Kecamatan Ponggok, Srengat, Sanankulon, Wonodadi dan Udanawu, Rabu (28/9/2022).

Workshop Penguatan Profil Pemuda Pancasila yang diselenggarakan kali ini dibuka langsung oleh Bupati Blitar Rini Syarifah didampingi Kepala Dinas Pendidikan Luhur Sejati dan Ketua Dekranasda Kabupaten Blitar H Zaenal Arifin. Dalam sambutanya, Bupati yang akrab disapa Mak Rini menyampaikan Pemkab Blitar melalui Dinas Pendidikan meluncurkan serangkaian program untuk menyukseskan program kurikulum merdeka untuk mendorong lahirnya generasi emas Indonesia.

Terkini, ada tiga program kurikulum merdeka yang telah dilaunching dan mulai diterapkan di lembaga pendidikan tingkat Paud, TK dan SD. Ketiga program itu masing-masing Sekolah Sak Ngajine, Bahasa Jawa dan Permainan Tradisional. Agar berjalan optimal, Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar terus melakukan penguatan, diantaranya dengan menyelenggarakan Workshop Penguatan Profil  Pelajar Pancasila.

Dikatakan Mak Rini, kurikulum merdeka di Kabupaten Blitar sudah berjalan dengan penerapan Sekolah Sak Ngajine, Bahasa Jawa dan Permainan Tradisional. Output dari kurikulum merdeka ini adalah terbentuknya karakter profil pelajar Pancasila.

“Dinas Pendidikan mengimplementasikan kurikulum merdeka dengan meluncurkan tiga program yakni Sekolah Sak Ngajine, Bahasa Jawa dan Permainan Tradisional. Saya berharap hadirnya tiga program ini dapat membentengi anak didik di Kabupaten Blitar dari bahaya efek negative akibat dampak dari pesatnya perkembangan teknologi informasi. Dampak teknologi informasi ini harus kita cegah sedini mungkin, karena anak-anak kita saat ini menapaki pembentukan dan perkembangan sel otak sebagai pusat kecerdasan,” kata Mak Rini.

Orang nomor satu di Kabupaten Blitar menambahkan, pendidikan merupakan sarana penting untuk membangun karakter manusia. Dia pun menegaskan, selain pembelajaran secara akademis pendidikan juga terkandung dalam permainan tradisional yang merupakan budaya warisan leluhur.

Baca Juga  Menkes Budi Dapat Somasi soal Nyamuk Wolbachia, Ini Tanggapannya

“Nah, permainan tradisional ini juga merupakan pendidikan yang mengajarkan nilai-nilai sosial. Permainan tradisional mengajarkan kekompakan, kerjasama, solidaritas, tolong menolong dan keikhlasan menerima kekalahan. Dengan karakter kuat, anak-anak kita akan terbentengi dari pengaruh buruk, salah satunya dampak dari penggunaan gadget yang membuat anak menjadi pribadi yang tertutup,” imbuhnya.

Dalam penarapan kurikulum merdeka ini Kabupaten  Blitar juga menerapkan pelajaran Bahasa Jawa dan Sekolah Sak Ngajine. Dikatakan Rini, Bahasa Jawa jika diterapkan dengan benar akan bisa menjadi tuntunan yang pada akhirnya mengajarkan bukan saja kepada anak-anak, namun kepada masyarakat secara umum untuk memegang teguh adab sopan santun kepada sesama khususnya yang berusia lebih tua.

“Seperti yang panjenangan tahu, bahwa sekarang ini nyaris anak-anak muda kita tidak bisa Bahasa Jawa apalagi maturnya yang kromo atau Bahasa Jawa yang halus. Ini yang saat ini diuri-uri oleh kami dari Pemkab Blitar. Bahasa Jawa ini harus kita lestarikan karena didalamnya ada budaya, budaya toto kromo, adab dan sopan santun,” jlentrehnya.

Sedangkan Sekolah Sak Ngajine, program ini bertujuan membantu membentuk pondasi  iman dan taqwa dalam rangka membentuk karakter profil pelajar Pancasila yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila yakni beriman, bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis dan kreatif.

“Saya optimis program Kurikulum Merdeka ini akan sukses di Kabupaten Blitar. Dan outputnya pasti akan dirasakan yakni lahirnya generasi emas yang berkontribusi untuk pembangunan bangsa dan negara,” tukasnya.

Di kesempatan yang sama, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar, Luhur Sejati menyampaikan workshop yang dilaksanakan di Kecamatan Ponggok ini secara khusus mengundang Kepala Sekolah dan Guru Lembaga TK dari Kabupaten Blitar wilayah barat. Diapun menegaskan, program pembelajaran Sekolah Sak Ngajine, Bahasa Jawa dan Permainan Tradisional harus dikuatkan di lembaga pendidikan tingkat paling dini yakni PAUD dan TK.

Baca Juga  Blusukan Bareng Baznas, Mak Rini Salurkan Bantuan Telur ke Anak Stunting di Sanankulon

“Pendidikan itu pondasinya dari keluarga dan kedua dari PAUD. Oleh sebab itu PAUD ini kita kuatkan. Insyaalah dengan menguatkan PAUD ini nanti di tingkat SD anak didik kita akan lebih memahami materi tentang permainan tradisional, Bahasa Jawa, Sekolah Sak Ngajine dan budi pekerti,” kata Luhur.

Senada dengan Bupati Blitar, Luhur selaku Kepala Dinas Pendidikan juga menyampaikan pembelajaran Bahasa Jawa, Permainan Tradisional dan Sekolah Sak  Ngajine  merupakan upaya Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar untuk membentengi anak didik dari bahaya yang diakibatkan oleh dampak teknologi.

“Ini upaya kita karena saat ini kita sedang berperang melawan  IT, anak sudah tidak asyik dengan permainan dakon tapi asyik dengan permainan HP, anak sudah tidak main sepakbola tapi main bolanya melalui HP. Ini yang harus kita perangi karena tidak sehat di badan tapi hanya kemampuan otak yang tidak dibarengi dengan kesehatan badan, ini membahayakan generasi muda kita. Karena kalau pandai bermain bola, olah skill bolanya harus dipupuk, tidak hanya main di gadget,”  jlentrehnya.

Lebih dalam di kesempatan workshop yang digelar kali ini Luhur menyampaikan sejumlah pesan. Diantaranya dirinya mengajak seluruh kalangan pendidik dan lembaga sekolah untuk ikut menyukseskan program kurikulum merdeka di Kabupaten Blitar.

“Pesan saya untuk para Guru, tetap sabar, ikhlas dan yakini apa yang kita perbuat aka nada manfaat di kemudian hari. Kita akan buat produk-produk SDM Kabupaten Blitar yang luar biasa,” pungkasnya.(Adv/Kmf)