INDONESIAONLINE – Rumah Suluk Baitul Jafar Tarekat Naqsyabandiyah Al-Khalidiyah menyelenggarakan kegiatan open house dan silaturahmi Mursyid, Tuan Guru, dan Syaikh-Syaikh Tarekat Muktabarah se-Sumatera Utara dan Aceh, Minggu, 28 April 2024.

Acara ini dihadiri oleh tak kurang dari 850 orang peserta, terdiri dari Mursyid, Tuan Guru, Syaikh tarekat, khalifah, dan jamaah dari berbagai tarekat yang bernaung dalam wadah Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al Mu’tabarah An-Nahdhliyah Sumatera Utara (JATMAN Sumut).

Dr. H. Syaikh Ahmad Baqi Arifin pimpinan Alkah Dzikir dan Rumah Suluk Baitul Jafar Tarekat Naqsyabandiyah Al-Khalidiyah, dalam sambutan pembukaan acara menyampaikan ucapan terimakasihnya kepada seluruh tamu yang hadir.

“Kami mengucapkan terima kasih yang tak terhingga atas kehadiran para Mursyid, Tuan Guru, Syaikh-Syaikh Tarekat, para khalifah, serta jamaah tarekat yang hadir. Acara ini kami selenggarakan untuk mempererat ukhuwah islamiyah di antara para pengamal tarekat, sekaligus sebagai kegiatan lanjutan pasca dilantiknya Idaroh Wustho JATMAN Sumut,” ucapnya, Minggu (28/4/2024).

Syaikh Ahmad Baqi Arifin juga menjelaskan bahwa silaturahmi di bulan Syawal ini menjadi momentum yang tepat untuk kembali merajut semangat persatuan dan kesatuan di antara para pengamal tarekat, bagi umat Islam, dan untuk semua komponen bangsa, terkait dengan telah berakhirnya pesta demokrasi Pemilu 2024.

Senada dengan hal tersebut, Tuan Guru Syaikh Dr. H. Zikmal Fuad, mursyid tarekat Naqsyabandiyah Al-Khalidiyah Babussalam Basilam Kabupaten Langkat, menyambut baik acara ini.

“Semoga niat acaranya tercapai dan Insya Allah diberkahi Allah SWT,” doanya.

Baca Juga  PEPC Gandeng Satlantas Polres Bojonegoro Kolaborasi Kampanyekan Safety Riding

Dalam rangkaian acara open house dan silaturahmi ini juga dilaksanakan peluncuran kembali Lembaga Ilmiah Metafisika Tasawuf Islam (LIMTI). Lembaga ini bergerak dalam menumbuhkembangkan kajian, merumuskan pemikiran, melakukan penelitian, dan mengaplikasikan praktek dari ilmu metafisika tasawuf Islam, melalui kaidah dan metode ilmiah yang tersistematika serta terukur, dan sejalan dengan landasan Al-Qur’an, Hadits, serta ijma ulama.

Seperti diketahui, LIMTI pada mulanya didirikan oleh (alm.) Prof. DR. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya sekitar tahun 80-an untuk mengembangkan metode pendekatan ilmiah dalam ruang lingkup metafisika tasawuf Islam sebagai suatu konsepsi strategis untuk berkontribusi mewujudkan masyarakat Islam yang rahmatan lil’alamin.

“Kini struktur dan gerak keorganisasian dari LIMTI telah dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan kebutuhan zaman,” ungkap Syaikh Ahmad Baqi Arifin yang juga adalah cucu dari Syaikh Kadirun Yahya.

Prof. DR. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya adalah pelopor di kalangan ulama sufi dunia, yang mengawinkan tasawuf sebagai ilmu kerohanian dalam Islam dengan ilmu eksakta, bahkan menjadikannya sebagai kurikulum resmi dalam pendidikan perguruan tinggi.

Pada tahun 1956 Syaikh Kadirun Yahya mendirikan Akademi Metaphysika di Medan, yang kemudian berubah nama menjadi Universitas Pembangunan Panca Budi (UNPAB) pada 1961, di mana terdapat Fakultas Ilmu Kerohanian dan Metafisika di kampus tersebut, sehingga UNPAB menjadi satu-satunya perguruan tinggi di dunia yang memiliki fakultas metafisika.

Rektor Universitas Pembangunan Panca Budi (UNPAB) yang saat ini juga menjabat sebagai Rois Majlis Ifta’ Wal Irsyad JATMAN Sumut, Dr. H. Muhammad Isa Indrawan menjelaskan, LIMTI sangat erat hubungannya dengan Program Studi Metafisika UNPAB, maka LIMTI dan Prodi Metafisika ini berupaya untuk mengkaji secara ilmiah pemikiran-pemikiran Syaikh Kadirun Yahya termasuk implementasinya dalam menggali energi tak terhingga yang tersimpan dalam dzikrullah.

Baca Juga  Kolaborasi Anggota DPRD Jatim Guntur Wahono dan Ansor Kabupaten Blitar Lahirkan Koperasi Giras

Meriset Dzikrullah

Implementasi tasawuf dalam praktek pengamalan tarekat dirumuskan oleh Syaikh Kadirun Yahya sebagai metode dan teknologi untuk bermunajat kepada Tuhan yang eksak dan terukur.

Para pengamal tarekat diharapkan dapat memastikan dan mengukur bagaimana ibadah yang dilakukannya ‘terkoneksi’ dengan ‘frekuensi’ atau ‘channel’ Tuhan.

“Dalam era modern yang mengedepankan ilmu pengetahuan dan teknologi ini, agama harus mampu mengedepankan logika berpikir dan pembuktian-pembuktian ilmiah. Jika tidak, maka agama akan ditinggalkan oleh pengikutnya, seperti yang banyak terjadi di negara-negara barat,” ujar Syaikh Ahmad Baqi Arifin.

“LIMTI saat ini dikembangkan sebagai wadah ilmiah yang bisa dimanfaatkan bersama bagi para pengamal tasawuf dari berbagai tarekat, untuk dapat meriset secara saintifik dan terukur, mengenai metodologi dzikrullah yang dilakukan, baik yang dikerjakan secara personal maupun berjamaah, seperti apa dampaknya, baik bagi pribadi pelakunya maupun bagi lingkungan sekitarnya,” pungkasnya saat menutup sambutannya dalam peluncuran kembali LIMTI.

Kegiatan berdurasi 3 jam yang dimulai selepas Dhuhur ini dilaksanakan di Alkah dan Rumah Suluk Baitul Jafar, yang berlokasi di Desa Klambir Lima Kebun, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.