JATIMTIMES – Shoting sinetron berjudul Terpaksa Menikahi Tuan Muda (TMTM) di lokasi pengungsian Semeru di Desa Penanggal, pada hari Selasa (21/12) kemarin mendapatkan protes dari sejumlah komunitas dan dan warga Lumajang. 

Gava Zulkarnaen, dari Komunitas Tujuh Bidadari menyebut, pengambilan gambar untuk sinetron TMTM dinilai kurang tepat karena Lumajang sedang berduka akibat bencana erupsi Semeru.

“Apalagi ada adegan berpelukan di depan tenda pengungsi dan ada anak-anak yang melihat langsung adegan itu. Kami menganggap ini kurang pantas,” kata Gava Zulkarnaen, kepada Jatimtimes.

Bahkan terkait protes ini, Gava Zulkarnaen menyerukan boikot terhadap sinetron ini jika tayang di televisi.

Reaksi lain bernada protes juga disampaikan netizen Lumajang terkait dengan pengambilan gambar sinetron di lokasi pengungsian tersebut.

Baca Juga  Rocky Gerung: Menteri Hukum dan HAM Sebar Hoaks

Terkait sejumlah protes dari netizen ini, Line Producer PT. Verona Indah Pictures, yang menggarap sinetron ini Dwi Sunarso Lobo kepada Jatimtimes menjelaskan, bahwa sinetron ini memang menceritakan tentang seorang relawan kemanusiaan.

“Jadi cerita dari sinetron ini memang tentang relawan, dimana tokoh Amanda yang diperankan oleh Rebecca Tamara perannya sebagai pemilik yayasan kemanusiaan. Maka sangat relevan jika tokoh Amanda ini sedang melakukan tugas kemanusiaan sebagai relawan di lokasi pengungsi erupsi Semeru,” kata Dwi Sunarso Lobo.

Dijelaskan Dwi Sunarso Lobo, sinetron yang digarapnya memiliki pesan kemanusiaan tentang kerja keras seorang relawan.

“Lagi pula shoting sinetron bukan hanya di lokasi pengungsian, tapi juga di tempat pariwisata di Lumajang. Salah satunya di pantai di Lumajang. Prodsernya mas Dwi Ilalang itu kan memang orang Lumajang juga,” kata Dwi Sunarso Lobo.

Baca Juga  Cerita Ulta Levenia Bikin Deddy Corbuzier Ngeri, Hobinya Keluar Masuk Sarang Teroris di Filipina Selatan hingga Afghanistan

Lobo memastikan, sinetron garapnya beda dengan yang suka selfi dan konten tiktok, namun didalamnya ada pesan moral tentang kemanusiaan.



Moch. R. Abdul Fatah