JATIMTIMES – Wali Kota Malang Sutiaji melalui Surat Edaran (SE) Wali Kota Malang Nomor 5 Tahun 2022 tentang pengendalian peredaran dan perdagangan daging anjing, resmi melarang perdagangan daging anjing di Kota Malang sejak 17 Januari 2022.

Dasar hukum dikeluarkannya SE tersebut yakni Undang-undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, Undang-undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 95 Tahun 2012 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Kesejahteraan Hewan.

Kemudian, Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2014 tentang Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan, Peraturan Menteri Pertanian Nomor 11 Tahun 2020 tentang Sertifikasi Nomor Kontrol Veteriner Unit Usaha Produk Hewan. Lalu berdasarkan SE Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan Nomor: 9874/SE/pk.420/F/09/2018 hewan anjing tidak termasuk dalam definisi pangan. 

Sementara itu, selain dilarang berdasarkan peraturan perundang-undangan, dilansir dari berbagai sumber, terdapat delapan bahaya mengonsumsi daging anjing dari perspektif kesehatan. 

1. Rabies

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Radbound University Medical Center pada tahun 2009 menemukan bahwa kegiatan kontak langsung, seperti memotong anjing dan kucing yang tidak mendapatkan vaksin, berisiko menularkan rabies.

Terlebih lagi, jika mengolah dengan cara yang salah, rabies pada anjing dapat berpotensi menular kepada manusia. World Health Organization (WHO) pun telah menyampaikan bahwa persebaran rabies pada manusia disebabkan peredaran daging bebas. 

Rabies sendiri merupakan infeksi virus yang menyerang otak dan sistem saraf manusia. Memiliki gejala demam, sakit kepala, kelebihan air liur, kejang otot, kelumpuhan dan kebingungan mental. Dapat ditangani dengan melakukan transfusi darah dan antivirus.

Baca Juga  Sebanyak 92 KPM di Desa Balerejo Terima BLT Dana Desa Tahun 2022

Mengutip Epic Animal Quest, penelitian melaporkan terdapat dua studi kasus orang yang tertular rabies setelah memotong anjing dan kucing yang telah mati. Keduanya dilaporkan meninggal dunia.

Sebuah penelitian lainnya yang dilakukan National Institute of Hygiene and Epidemiology of Vietnam melaporkan, dua dari sepuluh anjing yang sakit ditemukan positif rabies. Studi dilakukan di tempat pemotongan anjing di Hanoi pada tahun 2007 lalu.

2. Terinfeksi Bakteri

Seseorang yang mengonsumsi daging anjing selain berpotensi tertular rabies, juga berpotensi terkena infeksi bakteri, yakni bakteri E. Coli dan juga Salmonella.

Bukan hanya itu, bakteri lain seperti antraks, hepatitis dan leptospirosis juga dapat dimungkinkan menyebar dengan cepat melalui daging anjing kepada manusia.

Mengutip dari One Green Planet, bakteri yang menyebabkan kolera juga dapat dengan mudah disebarkan melalui kebiasaan konsumsi daging anjing. Perwakilan dari WHO Jean-Marc Olive juga pernah menyampaikan bahwa kebiasaan mengonsumsi daging anjing dapat meningkatkan risiko infeksi bakteri hingga 20 kali lipat.

3. Trichinellosis

Trichinellosis merupakan salah satu parasit yang dapat dengan mudah ditularkan dari anjing ke manusia. Penularan terjadi melalui konsumsi anjing yang terinfeksi. Selain itu, Trichinellosis juga dapat disebabkan karena kurang matangnya daging yang dimasak.

Pada manusia, parasit ini dapat menyebabkan peradangan pada pembuluh darah. Jika tidak segera mendapatkan penanganan medis, penyakit ini dapat berakibat fatal.

4. Resistensi Antibiotik

Kebanyakan peternak telah menggunakan antibiotik dan vaksin untuk menangkal penyebaran penyakit pada anjing. Masuknya antibiotik ke dalam tubuh anjing dapat mengancam kesehatan tubuh manusia yang mengonsumsi daging anjing.

Baca Juga  792 Liter Minyak Goreng Disalurkan PFI Malang, Bentuk Kepedulian untuk Korban Erupsi Semeru

Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam Review of Antimicrobial Resistance memprediksi, sebanyak lebih dari 10 juta nyawa akan hilang pada tahun 2050 akibat resistensi antibiotik jika tidak ada langkah pasti untuk mengatasinya.

Ketika manusia mengonsumsi daging anjing mengandung tinggi antibiotik itu maka sistem kekebalan tubuh juga ikut berubah. Salah satu dampaknya tubuh akan penuh dengan antibiotik. Sehingga tubuh tidak akan mempan dengan pemberian antibiotik ketika seseorang mengalami sakit.

5. Hipertensi

Daging anjing atau yang akrab disebut sebagai daging RW yang merupakan singkatan dari Bahasa Manado yakni rintek wuuk yang artinya bulu halus. Daging anjing memiliki kadar natrium yang tinggi, sehingga dapat memicu tekanan darah tinggi. 

Secara perhitungan ilmiah, dalam 100 gram daging anjing terdapat kadar 1,06 miligram natrium. Padahal WHO telah menyarankan jumlah maksimal konsumsi natrium per hari bagi tubuh manusia hanya dua miligram.

6. Infeksi dari Cacing Pita

Bahaya terakhir mengonsumsi daging anjing yang harus diketahui oleh masyarakat yakni daging anjing dapat berpotensi menjadi sarang cacing pita.

Di mana ketika cacing pita yang terdapat dalam daging anjing, terlebih lagi daging anjing liar yang diolah sembarangan dapat memengaruhi sistem pencernaan manusia. Setidaknya terdapat gejala awal infeksi cacing pita yakni demam, sesak napas, sakit kepala, mual, sakit perut, lemas, kehilangan nafsu makan, diare dan ditandai dengan adanya cacing ketika Buang Air Besar (BAB).



Tubagus Achmad