INDONESIAONLINE – Hampir 2 tahun, virus Covid-19 terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Sayangnya, sejak diumumkannya kasus pertama pada 2 Maret 2020 lalu, belum terlihat tanda-tanda krisis virus Covid-19 akan berakhir.

Kendati demikian, di Indonesia sendiri kasus Covid-19 saat ini mulai melandai meski timbul varian baru yakn Omicron. Bahkan, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin telah mengumumkan jika terdapat 5 WNI yang dinyatakan positif Covid-19 variant Omicron.

Hingga kini, jumlah pasien positif Covid-19 sudah menembus angka lebih dari 4 juta kasus. Terlebih dalam perjalanannya, berbagai pernyataan kontroversial pun sempat dilontarkan oleh sederet tokoh terkait pandemi Covid-19 ini.

Mulai Presiden Joko Widodo (Jokowi) hingga para menterinya, seperti Terawan Agus Putranto hingga Mahfud MD.

Dirangkum MalangTIMES.com melalui berbagai sumber, berikut sejumlah pernyataan kontroversial dari para pejabat Indonesia terkait pandemi Covid-19: 

1. Terawan Agus

Terawan Agus Putranto yang saat itu masih menjabat sebagai Menteri Kesehatan pernah menyampaikan pernyataan kontroversial. Saat itu, Terawan heran dengan wartawan yang terus-terusan mempertanyakan keberadaan virus Covid-19 di Indonesia yang tak kunjung terdeteksi.

Menurutnya, hal itu semestinya disyukuri, bukan terus dipertanyakan.

“Kita semua waspada tinggi, melakukan hal-hal yang paling level kewaspadaannya paling tinggi, dan peralatan yang dipakai juga peralatan internasional,” kata Terawan pada 11 Februari 2020.

“Kalau tidak (ada temuan virus corona) ya justru disyukuri, bukan dipertanyakan. Itu yang saya tak habis mengerti, kita justru harus bersyukur Yang Maha Kuasa masih memberkahi kita,” tambah Terawan. 

Masih dengan Terawan, pada 17 Februari 2020 menyatakan doa menjadi penyebab virus Covid-10 tidak masuk ke Indonesia.

Pernyataan itu dilontarkan Terawan saat kasus pertama belum diumumkan. Awalnya seorang wartawan bertanya kepada Terawan apakah belum ditemukannya virus Covid yang menginfeksi masyarakat Indonesia, benar terjadi karena doa sebagaimana yang disampaikan Terawan sebelumnya.

Terawan lalu menjawab, pemerintah senantiasa bekerja keras dan berdoa serta mengandalkan Tuhan Yang Maha Kuasa untuk mencegah masuknya virus tersebut.

“Kita ini negara yang berketuhanan Yang Maha Esa, apa pun agamanya selama kita berpegang teguh pada Pancasila, doa itu menjadi hal yang harus utama. Maka namanya ora et labora (berdoa dan berusaha),” ujar Terawan.

“Saya kira itu tetap ada bekerja sambil berdoa. Dan itu sebuah hal yang sangat mulia. Negara lain boleh protes biarin aja. Ini hak negara kita bahwa kita mengandalkan Yang Maha kuasa,” lanjut Terawan. 

3. Menko Perekonomian Airlangga Hartarto

Pemerintah diketahui telah menganggarkan Rp 72 Miliar untuk membayar jasa influencer dan promosi media demi menggenjot pariwisata Indonesia yang lesu karena terdampak penyebaran virus Covid-19.

Anggaran itu menjadi bagian dari total insentif sebesar Rp 298,5 Miliar yang dikeluarkan pemerintah untuk menarik minat wisatawan mancanegara.

“Insentif untuk wisatawan mancanegara ini pemerintah memberikan alokasi tambahan sebesar Rp 298,5 Miliar,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto pada 25 Februari 2020. 

“Terdiri dari alokasi untuk airlines dan (travel) agent diberikan diskon khusus ataupun semacam insentif totalnya Rp 98,5 miliar. Kemudian ada untuk anggaran promosi Rp 103 miliar dan juga untuk kegiatan turisme sebesar Rp 25 miliar dan (media relation) dan influencer sebanyak Rp 72 miliar,” ucap Airlangga.

Baca Juga  Pemotor asal Lamongan Tewas Terlindas Dum Truck di Gresik

Pernyataan itu lantas mendapat respons negatif dari masyarakat lantaran menunjukkan pemerintah tidak menunjukkan keseriusannya mencegah virus Covid-19 masuk ke Indonesia. Padahal, negara lain telah menutup akses masuk warga negara asing untuk mencegah penularan Covid-19.

4. Presiden Joko Widodo 

Bukan hanya jajaran menterinya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga pernah membuat pernyataan membingungkan saat pemerintah berusaha mencegah penularan Covid-19 ke daerah.

Hal itu disampaikan Jokowi menjawab pertanyaan mengapa pemerintah tidak melarang masyarakat mudik sejak penetapan tanggap darurat Covid-19, sehingga mata rantai penularan ke daerah bisa terputus sejak awal.

“Kalau itu bukan mudik. Itu namanya pulang kampung. Memang bekerja di Jabodetabek, di sini sudah tidak ada pekerjaan, ya mereka pulang. Karena anak istrinya ada di kampung, jadi mereka pulang,” kata Jokowi menjawab pertanyaan Najwa Shihab dalam program “Mata Najwa” yang tayang pada 22 April 2020.

“Ya kalau mudik itu di hari Lebaran-nya, beda. Untuk merayakan Idul Fitri. Kalau yang namanya pulang kampung itu yang bekerja di Jakarta, tetapi anak istrinya ada di kampung,” ujar Jokowi.

Selain itu, pernyataan lain Jokowi yang sempat heboh yakni saat ia meminta masyarakat berdamai dengan Covid-19. 

Pernyataan berdamai dengan Covid-19 yang dilontarkan Jokowi itu pun langsung mendapat beragam respons, termasuk respons negatif. Pasalnya, sebelumnya narasi yang disampaikan pemerintah adalah perang melawan Covid-19.

Pernyataan berdamai dengan Covid-19 itu lantas dianggap sebagian masyarakat jika pemerintah putus asa menangani penularan Covid-19.

Dalam pernyataannya, selama wabah masih terus ada, Jokowi meminta seluruh masyarakat untuk tetap disiplin mematuhi protokol kesehatan.

“Artinya, sampai ditemukannya vaksin yang efektif, kita harus hidup berdamai dengan Covid-19 untuk beberapa waktu ke depan,” kata Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, dalam video yang diunggah Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden pada Kamis (7/5/2020).

5. Menko Polhukam Mahfud MD

Pernyataan Mahfud MD yang sempat menjadi kontorversi yakni menyebut virus Covid-19 layaknya seorang istri. Awalnya, Mahfud menceritakan meme tentang virus Covid-19 yang ia peroleh dari Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.

Meme itu menganalogikan virus Covid-19 selayaknya istri.

“Judulnya itu dalam bahasa Inggris. Corona is  like your wife. Corona itu seperti istrimu, ketika kamu mau mengawini, kamu berpikir kamu bisa menaklukkan dia, tetapi sesudah menjadi istrimu, kamu tidak bisa menaklukkan istrimu,” kata Mahfud menceritakan isi meme tersebut dalam sambutannya di acara halalbihalal IKA UNS yang disiarkan di kanal YouTube Universitas Negeri Sebelas Maret, pada 26 Mei 2020.

“Sesudah itu. Than you learn to live with it (kamu belajar untuk hidup bersamanya). Ya sudah, sudah begitu,” kata Mahfud.

Baca Juga 
Ingat "Aspal Jadi Onde-Onde" di Desa Manding Tulungagung, Kondisinya Kini Makin Memprihatinkan

Mahfud menilai, analogi itu mirip dengan penanganan virus Covid-19.

Mulanya banyak orang yang ingin diterapkan pembatasan sosial hingga karantina wilayah untuk memutus mata rantai penularan Covid-19. Kemudian, masyarakat dipaksa untuk beradaptasi dan hidup berdampingan bersama virus asal Wuhan, Chins itu dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat.

Menurutnya hal itu terjadi karena masyarakat menyadari bahwa pembatasan sosial dan karantina wilayah yang dilakukan secara terus-menerus dapat memberhentikan roda perekonomian yang semestinya tetap harus berputar.

“Muncul istilah new normal. Bikin kenormalan baru saja. Seperti tadi, kita tidak bisa menaklukkan corona, corona sudah ada di depan kita. Lalu kita ya hidup, tapi tahu bahwa ada corona,” ujar Mahfud.

“Apa kenormalan baru? Ya besok kalau kita bekerja misalnya. Ya pakai masker, jaga jarak, cuci tangan, kemarin Menteri Kesehatan sudah mengeluarkan peraturan baru protokol kesehatan di berbagai sektor,” lanjut Mahfud. 

6. Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan

Kala itu, Luhut enggan bicara banyak soal dampak virus Covid-19. Bahkan saat ditanya, Luhut menjawab jika virus Covid-19 sudah pergi dari Indonesia. 

“Corona? Corona kan sudah pergi,” pungkas Luhut pada 10 Februari 2020 lalu. 

Selain itu, Luhut juga sempat ditanya soal adanya suspect alias dugaan Covid-19 yang menjangkit warga di Batam. Namun Luhut malah menjawabnya dengan candaan, ia menyebut Covid-19 sebagai mobil.

“(Corona masuk Batam?) Hah? Mobil Corona?” kata Luhut sambil tersenyum.

7. Doni Monardo

Pernyataan mantan Kepala BNPB Doni Monardo soal minum jamu juga sempat menjadi kontroversi. 

“Apakah mungkin karena kita sering minum jamu atau mungkin karena kita sudah kebal dari dulu karena sudah sering kena batuk pilek jadi begitu ada virus dikit saja virusnya mental,”.

“Ini mungkin bisa menjadi salah satu cara kita untuk menyampaikan untuk mempromosikan bahkan juga untuk menguasai pasar obat-obatan di dunia yang berbasis rempah-rempah tanah air kita,” ucap Doni kala itu. 

8. Siti Fadila

Terbaru, yakni pernyataan dari mantan Menteri kesehatan Siti Fadila yang menyebut varian Omicron tidak berbahaya. Baru-baru ini ia mengomentari kemunculan varian Omicron melalui video yang dipublikasikan di kanal YouTube Realita TV.

Dalam video itu, Siti menyebut varian Omicron yang pertama kali teridentifikasi di Afrika Selatan ini terlalu dibesar-besarkan, dan hanya membuat masyarakat ketakutan.

“Jangan takut kena Omicron karena tidak berbahaya, jadi kita jangan sampai panik,” ujar Siti,”.

“Omicron itu karena mutasi dari sedikit protein, tetapi strain-nya tetap yang lama, yang berubah sifatnya adalah yang ada di ujung protein itu. Nah, kemudian didramatisasi gitu kayaknya, (sampai dikatakan) mati lo kalau kena Omicron,” lanjut Siti. 

Di samping itu, Siti juga mengatakan jika virus mudah menyebar, maka dampak yang ditimbulkan akan semakin ringan. 

“Sifat virus memang begitu, kalau cepat menular seperti flu keganasannya rendah. Tetapi kalau semakin ganas, dia semakin sulit untuk menular,” kata Siti. 



Desi Kris