INDONESIAONLINE – Permintaan ikan hias dari negara Asia, Eropa maupun Amerika dalam masa pandemi Covid 19 cukup tinggi. Namun eksportir menghadapi kendala pengurangan jadwal penerbangan pesawat ke negara-negara yang menjadi pangsa pasar ikan hias.

Menurut Deky Firmansyah, eksportir Ikan Hias dari Desa Alasbuluh, Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, sebelum terjadi pandemi Covid 19 dia bisa mengirim ikan hias dan terumbu karang sekitar 5 – 8 kali dalam sebulan.

“Setelah pandemi rata-rata kami mampu mengirinkan 3 – 4 kali karena keterbatasan jadwal penerbangan ke negara tujuan sebagian ditiadakan,” jelasnya.

Selanjutnya dia menuturkan dalam memenuhi pesanan klien satu kali pengiriman jumlahnya sekitar 300 – 800 pieces dengan negara tujuan antara lain; Taiwan, Srilangka, beberapa negara Eropa dan Amerika.

Baca Juga  Kisah Sunan Kalijaga yang Jarang Didengar, Pernah Kutuk 99 Santri Jadi Kera karena Tidak Melakukan Hal Ini

Selain terkendala dengan jadwal penerbangan, para eksportir ikan hias harus menanggung kenaikan biaya pengiriman yang naik lebih dari seratus persen.” Sebelum pandemi biaya pengiriman sekitar Rp 30 per kilo gram dan dalam masa pendemi Covid 19 kami harus mengeluarkan biaya sekitar Rp 100 ribu–Rp 150 ribu per kilo gramnya,” imbuh dia.

Sampai saat ini, menurut Deky ada beberapa daerah yang menjadi penyuplai ikan hias untuk memenuhi pesanan klien di luar negeri antara lain; Medan, Biak, Bima, beberapa kabupaten kota di Sulawesi dan Kalimantan.

Permasalahan lain yang dihadapi eksportir adalah kehatian-hatian dalam menjaga kondisi ikan hias dalam awal musim kemarau yang terkadang mati karena ada perubahan suhu.

Baca Juga  Pata Seca: Dibeli untuk Jadi Mesin Pembuat Anak

Untuk menjaga kestabilan kondisi suhu udara saat ini ada semacam Air Condition (AC) sehingga ikan hias yang ada relatif aman dan terjaga.

Selanjutnya dia menuturkan dari waktu ke waktu kesadaran masyarakat sekitar pantai di Banyuwangi terhadap kelestarian lingkungan semakin bagus sehingga biota laut terpelihara dengan baik .“Bahkan saat hampir semua desa yang memiliki kawasan pantai warga masyarakat membentuk kelompok pembudi daya terumbu karang yang secara otomatis menjadikan kawasan pantai menjadi hidup dan banyak ikan yang hidup dengan aman,” pungkas Deky.



Nurhadi Joyo