Pernikahan Maut: 100 Orang Tewas Terbakar

INDONESIAONLINE – Pesta pernikahan yang seharusnya berakhir dengan suka cita, berbanding terbalik dengan yang terjadi di Qaraqosh, Niniwe, Irak.

Pesta pernikahan di Irak ini menjadi pesta maut yang menyebabkan 100 orang tewas dan ratusan lainnya terluka. Si jago merah beraksi dalam pesta pernikahan dan menyebabkan kebakaran hebat.

Beberapa laporan menyebutkan, kembang api yang memicu kebakaran yang menelan korban jiwa itu.

“Kebakaran menyebabkan runtuhnya beberapa bagian aula akibat penggunaan bahan bangunan yang sangat mudah terbakar dan murah,” ucap Direktorat Pertahanan Sipil Irak dikutip kantor berita negara INA.

Saksi mata mengatakan, ratusan orang berada di lokasi ketika kebakaran terjadi Selasa sekitar pukul 22:45 waktu setempat (19:45 GMT).

“Kami lihat api berkobar keluar dari aula,” ucap Imad Yohana, tamu pesta pernikahan yang lolos dari maut.

Tamu pernikahan lainnya, Rania Waad, mengalami luka bakar di tangannya, mengatakan bahwa saat kedua mempelai menari, kembang api mulai naik ke langit-langit. Tak lama kemudian seluruh aula terbakar.

Baca Juga  Perang Hamas-Israel: Negara Mana Saja yang Kirim Bantuan Kemanusiaan ke Gaza?

“Kami tidak dapat melihat apa pun. Kami tercekik, kami tidak tahu bagaimana cara keluar,” ujarnya.

Korban selamat lainnya mengatakan beberapa anggota keluarganya termasuk di antara para korban.

“Saat [kebakaran] terjadi, ibu saya sedang di kamar mandi,” katanya.

“Saya tidak dapat menemukannya setelah itu. Saya mencari putri saya, putra saya, istri saya, ayah saya, dan saya tidak dapat menemukan mereka. Mereka hilang,” ujarnya.

Jumlah Korban Pesta Pernikahan

Jumlah korban yang dilaporkan hingga saat ini masih simpang siur. Wakil Gubernur Niniwe, Hassan al-Allaq mengatakan kepada Reuters, 113 orang dipastikan tewas.

Data lain dari Bulan Sabit Merah (PMI) menyebutkan jumlah korban tewas dan terluka hampir 450 orang.

Baca Juga  Kelompok Negara Muslim Temui DK PBB, Desak Gencatan Senjata di Gaza

Di rumah sakit utama di Qaraqosh, yang berjarak sekitar 15 km (9 mil) timur ibu kota wilayah tersebut, Mosul, puluhan orang datang untuk mendonorkan darah guna membantu korban luka. Qaraqosh juga dikenal sebagai al-Hamdaniya dan Bakhdida di Irak.

Jurnalis Irak Blesa Shaways mengatakan, tidak ada cukup peralatan logistik untuk menyelamatkan orang-orang” dan Mosul tidak memiliki cukup ambulans, staf, dan peralatan medis.

“Pejabat lokal Mosul, mereka semua menyalahkan pemerintah Irak karena mereka tidak menyelesaikan masalah rumah sakit, dan secara umum, masalah sektor kesehatan di Mosul setelah pendudukan ISIS (kelompok Negara Islam) di kota tersebut,” tambah Blesa Shaways. .

Seperti diketahui, Mosul dibebaskan dari tiga tahun kekuasaan ISIS pada tahun 2017 setelah pertempuran brutal yang menyebabkan kota tersebut hancur.