Pesona Desa Tugu, Kecamatan Rejotangan, Tradisi Ritual Methik Pari Sedekah Bumi

INDONESIAONLINE – Tradisi Methik Pari di Tulungagung, lambat laun mulai terkikis zaman. Namun, di desa Tugu, Kecamatan Rejotangan ini, tradisi methik pari sedekah bumi masih dilestarikan hingga saat ini.

Kepala Desa Tugu, Didik Purno Nugroho menerangkan, Methik Pari ialah istilah Jawa yang berarti memetik dengan kata lain dapat disebut juga dengan memanen.

“Tradisi methik pari ini berupa ritual simbolis sebagai rasa syukur masyarakat pedesaan untuk Sang Maha Pencipta,” kata Didik, Selasa (18/7/2022).

Tradisi methik pari dilakukan setiap musim akan memasuki masa panen. Dengan bersedekah, petani memanjatkan rasa syukur karena panen kali ini sangat melimpah.

“Sekaligus berdoa agar dijauhkan dari musibah atau kalau untuk petani agar di jauhkan dari serangan hama,” ujarnya.

Untuk tradisi methik pari di desa Tugu ini, kenduri dilakukan di sawah yang padinya akan dipanen, Senin (17/7/2022) kemarin.

Seperti selamatan lain,  jenis makanan yang digunakan ketika kenduri atau  slametan (syukuran dengan menggunakan adat desa), nasi dan ayam ingkung dan lauk lengkap, pisang raja, ada pula yang menyediakan jajanan pasar.

Lazimnya, untuk menyiapkan uborampen ini disepakati juru masak untuk menyiapkan keperluan kenduri. Syarat menjadi juru masak ini juga harus dalam keadaan suci dan hingga digelar selamatan tidak boleh di cicipi.

Terlihat di lokasi, kompaknya masyarakat petani desa Tugu, Kecamatan Rejotangan ini mengikuti kegiatan yang sakral dan penuh nilai budaya.

Hadir ditengah para petani, Kepala Desa beserta perangkat, lembaga desa, BPD, Bhabinkamtibmas, Bhabinsa, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), serta lembaga pemerhati budaya Paseban Suwelas.

“Semoga tradisi yang baik ini dapat lestari dan mendapat keberkahan bagi masyarakat kami,” pungkasnya.