INDONESIAONLINE – Penamaan Jalan Tol Probolinggo-Banyuwangi (Probowangi) memicu kontroversi dan protes dari masyarakat Kabupaten Situbondo. Mereka merasa dikesampingkan karena nama kabupatennya tidak tercantum dalam akronim tol, meskipun sebagian besar trase jalan bebas hambatan tersebut melintasi wilayah mereka.
Keresahan ini direspons serius oleh Anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi PKB, HM. Nasim Khan. Membawa aspirasi konstituennya, Nasim Khan secara resmi mengusulkan perubahan nama tol menjadi Prosiwangi (Probolinggo-Situbondo-Banyuwangi) saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi IV dengan PT Jasa Marga beberapa waktu lalu.
Argumentasi utama Nasim Khan adalah fakta bahwa bentangan tol di wilayah Situbondo, dari Banyuglugur hingga Banyuputih, mencapai panjang sekitar 150 kilometer, menjadikannya lintasan terpanjang dibandingkan dua kabupaten lainnya.
“Kami menilai penyematan nama Situbondo sudah sepantasnya, mengingat kontribusi signifikan wilayah ini dalam trase tol,” ujar Nasim Khan, seperti dikutip dari berbagai sumber.
Untuk memperkuat usulan ini, Nasim Khan menyatakan pihaknya terus berkoordinasi dengan Komisi V DPR RI yang membidangi infrastruktur. Langkah formal lanjutan akan ditempuh pada 8 April 2024 mendatang, di mana perwakilan masyarakat Situbondo berencana melayangkan surat permohonan resmi perubahan nama kepada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
“Saya sebagai wakil rakyat dari Dapil III Jatim berharap Kementerian PUPR mengakomodir aspirasi ini,” tambahnya.
Tak hanya bergema di ruang parlemen, isu perubahan nama tol ini dengan cepat menjadi viral dan memicu perdebatan hangat di jagat maya. Setelah usulan Nasim Khan diberitakan media dan disebarkan melalui platform media sosial, seperti oleh akun TikTok @Situbondoinfo_ pada akhir Maret lalu, kolom komentar sontak dibanjiri beragam tanggapan.
Postingan tersebut dilaporkan telah ditonton lebih dari 109 ribu kali, disukai ratusan akun, dan dikomentari oleh lebih dari 300 warganet.
Menariknya, diskursus di dunia maya tidak melulu serius. Banyak warganet, termasuk dari Probolinggo dan Banyuwangi, menanggapi wacana ‘Prosiwangi’ dengan nada humor dan skeptis.
“Kabarnya probolinggo ngalah, biar namanya ganti SITUWANGI aja,” canda akun TikTok @oreng.probolinggo.
Perbandingan dengan penamaan infrastruktur lain pun tak terhindarkan. Akun @Kang_You mempertanyakan mengapa nama Kereta Api Probowangi yang melintasi Lumajang dan Jember tidak menuai protes serupa.
“Kereta PRoBoWangi Lewat Lumajang jember gak minta Diganti nama sekalian..?” tulisnya.
Senada, akun @RK mencontohkan Tol Cipali (Cikopo-Palimanan) yang tidak menyertakan nama semua daerah yang dilewati seperti Subang dan Indramayu. Bahkan muncul usulan nama alternatif yang jenaka seperti “Rondowangi” dari akun @mas_har.
Fenomena ini menunjukkan bagaimana isu kebijakan publik terkait representasi daerah dapat dengan cepat menjadi konsumsi dan diskursus luas di ruang digital, lengkap dengan dinamika pro-kontra dan sentuhan humor khas warganet. Kini, keputusan akhir mengenai nama jalan tol yang menghubungkan tiga kabupaten di ujung timur Jawa ini berada di tangan Kementerian PUPR (wbs/dnv).