Beranda

Vacuum Packs Silage Tingkatkan Kapasitas Bisnis Kelompok Peternak Tegalrejo Blitar

Vacuum Packs Silage Tingkatkan Kapasitas Bisnis Kelompok Peternak Tegalrejo Blitar
Tim dari STIE Kesuma Negara dan Unisba Blitar pakan fermentasi bersama kelompok peternak di Desa Tegalrejo, Kecamatan Selopuro, Kabupaten Blitar, serta pakan fermentasi tahan lama yang diciptakan. (foto: ist)

INDONESIAONLINE– Di tengah tantangan ketersediaan pakan ternak ruminansia yang fluktuatif, dua kampus di Blitar, yaitu STIE Kesuma Negara dan Universitas Islam Balitar (Unisba) Blitar, hadir dengan inovasi yang bisa menjadi game changer. Melalui program pengabdian masyarakat bertajuk Peningkatan Kapasitas Bisnis dengan Vacuum Packs Silage, para akademisi ini mengenalkan teknologi pengemasan silase pakan fermentasi tahan lama kepada kelompok ternak di Desa Tegalrejo, Kecamatan Selopuro, Kabupaten Blitar.

Program ini dipimpin oleh Tetty Widyastuti dari STIE Kesuma Negara, dengan anggota Siti Sunrowiyati (STIE Kesuma Negara) dan Agustina Widyasworo K. (Unisba Blitar). Kegiatan ini terlaksana berkat hibah Bima dari Kemendiktisaintek dengan skema pemberdayaan  berbasis masyarakat dalam program Pengabdian Masyarakat Pemula.

Fokusnya sederhana namun strategis, yaitu memanfaatkan teknologi tepat guna untuk memecahkan tiga masalah klasik peternak. Yakni keterbatasan pengetahuan pengelolaan pakan, inefisiensi penyimpanan, dan lemahnya manajemen bisnis.

Dalam pelatihan ini, peternak ruminansia dilatih membuat silase dari bahan lokal seperti jagung, rumput gajah, dan limbah pertanian, lalu mengemasnya dengan vacuum sealer. Metode ini membuat pakan yang biasanya cepat rusak dapat bertahan hingga berbulan-bulan, tanpa mengurangi kualitas nutrisi.

“Dulu pakan cepat busuk. Sekarang bisa disimpan berbulan-bulan, bahkan dijual saat musim paceklik,” ujar Abdul Aziz, ketua Kelompok Ternak Tani Lestari. Ia menilai teknologi ini membuka peluang bisnis baru, khususnya saat musim kemarau ketika pakan segar langka.

Produk silase kemasan ini bukan hanya menekan kerugian, tetapi juga memberi potensi nilai tambah. Dengan daya simpan lebih lama, peternak dapat menjual pakan kapan saja, bahkan memanfaatkannya sebagai sumber pendapatan tambahan.

Kegiatan ini tak berhenti pada pelatihan. Tim pengabdi juga menyerahkan alat vacuum sealer dan mesin chopper kepada kelompok ternak. Dengan peralatan ini, kapasitas produksi bisa mencapai 1.000 kilogram silase per bulan.

Menurut Tetty Widyastuti, program ini dirancang agar peternak bisa mandiri dalam mengelola pakan dan memasarkan produknya. “Kami tidak hanya memberi pelatihan teknis, tetapi juga strategi pemasaran dan manajemen usaha, sehingga mereka punya model bisnis yang berkelanjutan,” ujarnya.

Siti Sunrowiyati menambahkan, pendampingan akan terus dilakukan agar peternak mampu menjaga kualitas produksi dan memperluas jaringan pemasaran. “Kami ingin memastikan teknologi ini benar-benar dimanfaatkan, sehingga peternak dapat meningkatkan kapasitas produksi sekaligus memperluas pasar,” ujarnya.

Agustina Widyasworo menekankan bahwa kolaborasi kampus dan desa seperti ini menjadi contoh nyata sinergi pendidikan tinggi dengan pembangunan ekonomi lokal. “Ini bukti bahwa perguruan tinggi tidak hanya berperan di ruang kuliah, tetapi juga terjun langsung membawa manfaat bagi masyarakat,” katanya.

Kepala Desa Tegalrejo Zainal Fanani menyebut program ini sebagai langkah strategis menuju kemandirian pangan ternak. “Kami berterima kasih atas program yang sangat bermanfaat ini. Semoga ke depan, kelompok ternak kami bisa mandiri dan bahkan menjadi sentra produksi silase kemasan,” katanya.

Ia melihat peluang untuk mengembangkan Desa Tegalrejo sebagai pusat pelatihan dan produksi silase berkualitas di Kabupaten Blitar. Dengan begitu, manfaat program bisa meluas ke desa-desa tetangga.

Program ini selaras dengan agenda sustainable development goals (SDGs), khususnya pada poin ketahanan pangan, peningkatan pendapatan petani-peternak kecil, dan inovasi teknologi ramah lingkungan.

Melalui pendekatan berbasis komunitas, tim pengabdi berupaya memastikan teknologi ini benar-benar diadopsi dan memberi dampak jangka panjang. Pendampingan tidak hanya soal teknis produksi, tetapi juga tentang membangun budaya usaha yang adaptif terhadap pasar.

Bagi STIE Kesuma Negara dan Unisba Blitar, kegiatan ini membuktikan bahwa peran perguruan tinggi tak berhenti di ruang kuliah. Mereka hadir di tengah masyarakat, membawa pengetahuan dan inovasi yang langsung menjawab kebutuhan lapangan.

Kolaborasi ini menjadi gambaran bahwa pembangunan daerah bisa dipercepat jika akademisi, pemerintah desa, dan masyarakat bergerak bersama. Dari Desa Tegalrejo, teknologi silase vacuum pack kini membuka harapan baru dengan pakan yang lebih awet, usaha ternak yang lebih menguntungkan, dan ekonomi desa yang lebih berdaya. (ar/hel)

Exit mobile version