INDONESIAONLINE – Dunia sepak bola Indonesia kembali ramai setelah muncul kabar bahwa City Football Group (CFG) disebut-sebut tengah mempertimbangkan untuk mengakuisisi Persib Bandung.
Isu ini semakin kuat setelah tersiar informasi mengenai pertemuan antara perwakilan CFG dan manajemen Persib di Bangkok pada Oktober lalu. Meski belum ada konfirmasi resmi dari kedua kubu, rumor tersebut sudah terlanjur menjadi perbincangan hangat.
Jika wacana tersebut benar terealisasi, masuknya CFG diyakini akan membawa perubahan besar bagi Maung Bandung, julukan Persib, baik dalam persaingan domestik maupun eksistensi mereka di level internasional.
CFG sendiri dikenal sebagai grup sepak bola raksasa yang menaungi sejumlah klub elite dunia, termasuk Manchester City, dan saat ini memang tengah memperluas jaringan mereka ke kawasan Asia Tenggara. Namun hingga kini, belum ada penjelasan langsung yang menguatkan isu akuisisi tersebut.
Di balik ekspansi besar-besaran CFG, terdapat sosok penting yang menjadi motor utama pertumbuhan dan ambisi global mereka: Shaikh Mansour bin Zayed Al Nahyan. Berikut profil singkat tokoh berpengaruh tersebut.
Profil Shaikh Mansour
Shaikh Mansour bin Zayed Al Nahyan lahir pada 20 November 1970 di Abu Dhabi. Berasal dari keluarga bangsawan dan merupakan putra pendiri Uni Emirat Arab (UEA), ia dikenal sebagai tokoh politik sekaligus pengusaha berpengaruh di tingkat internasional.
Sumber Kekayaan
Menurut laporan celebritynetworth, kekayaan bersih Shaikh Mansour diperkirakan berada pada kisaran 30–40 miliar dolar AS, menjadikannya salah satu individu terkaya di dunia dan salah satu pemimpin terkaya di UEA setelah emir Dubai. Kekayaannya ditopang oleh posisinya dalam keluarga penguasa Abu Dhabi serta berbagai portofolio investasi strategis.
Dalam dunia politik, Mansour menduduki jabatan-jabatan penting. Di antaranya wakil presiden UEA, wakil perdana menteri UEA, presiden pengadilan kepresidenan
Posisi tersebut membuat Mansour berada di tingkat pengambilan keputusan utama negara, termasuk mendorong prioritas investasi di sektor-sektor modern seperti kecerdasan buatan (AI).
Kerajaan Bisnis di Luar Sepak Bola
Di luar industri sepak bola, Shaikh Mansour memiliki jaringan bisnis yang luas dan terdiversifikasi ke berbagai sektor utama.
– Perbankan dan investasi:
Ia menjabat sebagai ketua International Petroleum Investment Company (IPIC), lembaga investasi yang mengelola aset energi global. Selain itu, ia memimpin Central Bank of the UAE, memiliki saham mayoritas di Abu Dhabi Commercial Bank, dan terlibat sebagai investor utama di perusahaan teknologi seperti Virgin Galactic.
– Real estat:
Mansour memiliki aset properti bernilai tinggi dan proyek pengembangan di sejumlah wilayah strategis di dunia.
– Media:
Ia juga memiliki kepemilikan saham di beberapa perusahaan media besar, termasuk Sky News Arabia.
– Energi dan pariwisata:
Melalui berbagai investasinya, pengaruh Mansour juga merambah ke sektor energi dan pariwisata, dua pilar utama ekonomi UEA.
Portofolio bisnis yang luas ini menegaskan posisinya sebagai pengusaha visioner yang memiliki kontribusi besar dalam perkembangan ekonomi UEA dan level global.
Kiprah Shaikh Mansour dan City Football Group di Sepak Bola Dunia
Jejak besar Mansour di sepak bola dimulai pada 1 September 2008 ketika perusahaan miliknya, Abu Dhabi United Group, mengambil alih Manchester City dari mantan Perdana Menteri Thailand Thaksin Shinawatra. Akuisisi tersebut menjadi titik balik bagi klub yang sebelumnya kerap terseok-seok di liga Inggris itu. Sejak itu, Manchester City menjelma menjadi kekuatan besar di Inggris dan Eropa.
Lima tahun setelah mengakuisisi Manchester City, Mansour mendirikan City Football Group (CFG), perusahaan induk dengan model kepemilikan multi-klub yang memungkinkan sebuah jaringan sepak bola global berbagi filosofi, sistem scouting, hingga jalur pengembangan pemain.
Hingga kini, CFG menjadi salah satu operator klub sepak bola swasta terbesar di dunia dengan total 13 klub yang tersebar di lima benua. Mayoritas saham CFG (81%) dimiliki oleh Abu Dhabi United Group milik Mansour. Sementara sisanya dipegang perusahaan investasi Amerika Silver Lake (18%) dan konsorsium Tiongkok melalui China Media Capital serta CITIC Capital (1%). (hsa/hel)













