JATIMTIMES – Ada banyak cara untuk beribadah dan memberikan sumbangsih untuk kemaslahatan umat. Selain bersedekah, beribadah juga bisa dilakukan dengan membuka lapangan pekerjaan untuk masyarakat. Seperti Anshori Baidlowi, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Blitar dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Selain mengabdi untuk rakyat sebagai anggota dewan, Anshori juga membuka lapangan pekerjaan dengan niatan ibadah.

Berawal dari hanya sebuah usaha sampingan, Anshori kini mempekerjakan lebih dari 100 orang di kampungnya. Dua usaha itu yakni kerajinan aneka tusuk dan kerajinan bedug. Keuntungan dari bisnis ini cukup menggiurkan. Namun demikian sesuai dengan niatan awal, melalui bisnis ini Anshori bertujuan ingin mengangkat ekonomi rakyat dan mengentaskan kemiskinan.

Anshori yang sudah empat periode duduk di parlemen legislatif mengaku bisnis tusuk sate dan kerajinan bedug ini digelutinya setelah duduk di kursi DPRD Kabupaten Blitar. Bisnis ini berawal pada tahun 2013, tusuk sate berbahan bambu menjadi usaha pertama yang dia geluti. Berawal dari iseng, tak disangka dari tahun ke tahun bisnis ini semakin berkembang dan berhasil mempekerjakan warga sekitar di kampungnya di Desa Tawangrejo, Kecamatan Udanawu, Kabupaten Blitar. Selain tusuk sate usahanya juga memproduksi tusuk aneka stik, tusuk lilit, tusuk sosis, sumpit dan lainya. Dalam satu bulan Anshori mampu memproduksi aneka tusuk dengan omset 60 ton yang nilainya ratusan juta rupiah.

‘’Awalnya hanya iseng saja. Dalam perjalanan saya lihat usaha ini semakin prospektif. Lalu saya analisa kekuranganya, saya berinovasi dan Alhamdulilah semakin hari semakin berkembang,” kata Anshori kepada JATIMTIMES, Kamis (3/2/2022).

Baca Juga  Viktor Laiskodat Dikabarkan Lepaskan Jabatan Gubernur NTT untuk Maju ke Senayan

Semakin berkembangnya usaha aneka tusuk yang digeluti Anshori berdampak luar biasa bagi masyarakat di kampungnya. Masyarakat ekonomi menengah kebawah terangkat kesejahteraanya setelah bekerja di usaha milik Anshori sebagai karyawan.

“Alhamdulilah sesuai dengan niatan saya usaha ini berhasil memperkerjakan banyak orang. Sesuai dengan niatan saya lewat usaha ini saya tidak mencari keuntungan. Saya ingin mengentaskan pengangguran, saya ingin memberikan pekerjaan kepada saudara-saudara yang membutuhkan. Saat ini ada sekitar 100 orang warga yang bekerja di tempat saya. Mereka ada yang mondok, sekolah dan ada yang masih kuliah, mereka bisa mandiri menuntut ilmu tanpa meminta kepada orang tua,” jelasnya.

Aneka tusuk produksi Anshori banyak diminati konsumen. Selain wilayah Blitar dan Kota/Kabupaten di Jawa Timur, aneka tusuk produksi Anshori juga telah merambah seluruh pulau Jawa, Bali dan DKI Jakarta. ‘’Alhamdulilah untuk pasar saya tidak bingung. Malah yang terjadi sekarang adalah saya kekurangan bahan,’’ tukasnya.

Suksesnya usaha aneka tusuk tenyata menyisakan pekerjaan rumah bagi Anshori. PR itu adalah limbah bambu. Produksi yang cukup banyak setiap hari menyisakan limbah yang apabila dibiarkan berpotensi mencemari lingkungan. ‘’Produksi  tusuk sate dan aneka stik ini menyisakan limbah sekitar 80 persen, yang terpakai cuma 20 persen maksimal 22 persen. Dan produksi saya dalam sehari ini kan 8 ton bambu, jadi limbahnya ada lebih dari 5 ton. Ini menjadi masalah tersendiri bagi saya karena membuang juga perlu biaya dan kalau dibakar akan menimbulkan polusi,’’ terangnya.

Baca Juga  Kisah Putri Keluarga Konglomerat Indonesia yang Memilih Hidup Sederhana di Negara Termiskin, Begini Kehidupannya

Anshori pun berpikir dan ditemukanlah solusi setelah melakukan serangkaian riset dan penelitian. Limbah bambu tersebut dia olah menjadi kerajinan bedug. Ide membuat bedug ini juga muncul setelah dirinya mendengar keluhan dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Blitar terkait banyaknya kayu-kayu yang ditebangi untuk membuat bedug.

‘’Saya berusaha menjawab keluhan Dinas Lingkungan Hidup itu dengan tidak menebang pohon satu pun. Limbah bamboo itu saya olah menjadi bedug. Belakangan limbah bambu itu juga saya olah menjadi meja, kursi, kaligrafi dan lainya,’’ jlentrehnya.

Bedug bebahan bambu buatan Anshori memiliki ketahanan dan kekuatan yang tak kalah dengan bedug berbahan kayu. Dibuat dengan teknik khusus, bedug buatan Anshori juga tahan terhadap air, hama bambu dan hama kayu. “Kerajinan bedug ini baru berjalan tiga tahun terakhir. Alhamdulilah pesanan terus ada, pesanan datang dari seluruh Indonesia, terjauh dari Merauke,” jelasnya.

Dilandasi dengan niatan ibadah dan sama sekali tidak mengharapkan keuntungan pribadi, Anshori mengaku selama pandemi ini tidak ada satupun karyawan yang di PHK. Bahkan dia mengaku pesanan terus ada bahkan pihaknya kewalahan memenuhi pesanan pelanggan.

“Banyak berita bermunculan tentang PHK sebagai akibat dari dampak pandemi, Alhamdulilah saya sama sekali tidak ada PHK. Selama pandemi ini bahkan kami kewalahan memenuhi pesanan dari pelanggan. Saya bersyukur sekali,” pungkasnya.



Aunur Rofiq