PSI Go Public! Kaesang Lawan Manuver Stigma Partai Dinasti Jokowi

PSI Go Public! Kaesang Lawan Manuver Stigma Partai Dinasti Jokowi
Kaesang Pangarep dalam acara PSI. (foto: ig kaesangp dan psi_id)

Kaesang Pangarep mengubah PSI menjadi ‘Partai Super Terbuka (Tbk)’ untuk melawan stigma partai keluarga Jokowi. Akankah pemilihan raya internal membuktikannya?

INDONESIAONLINE – Sebuah manuver politik berani tengah dimainkan Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Di bawah komando Kaesang Pangarep, putra bungsu Presiden Joko Widodo, PSI mendeklarasikan transformasinya menjadi “Partai Super Terbuka (Tbk)“.

Sebuah istilah yang dipinjam dari pasar modal, menyiratkan kepemilikan publik dan transparansi, sekaligus menjadi senjata utama Kaesang untuk menepis tudingan miring bahwa PSI hanyalah kendaraan politik keluarga Istana.

Ironisnya, gebrakan untuk melawan stigma “partai keluarga” ini dipimpin langsung oleh sang anak presiden. Kaesang, yang juga merupakan calon petahana dalam Pemilihan Raya Ketua Umum PSI, menegaskan bahwa partai ini bukanlah properti elite atau dinasti tertentu.

“Partai ini bukan punya orang elite, bukan juga punyanya seorang keluarga. Tapi siapapun bisa memimpin partai ini,” ujar Kaesang dalam sebuah kampanye di Jakarta, Rabu (16/7/2025).

Gagasan “Super Tbk” ini ibarat pedang bermata dua. Di satu sisi, ia adalah narasi segar yang menjanjikan demokratisasi internal radikal. Di sisi lain, bayang-bayang sang ayah, Presiden Jokowi, justru semakin mengental.

Cetak Biru dari Sang ‘Mentor’

Konsep “Partai Super Terbuka” bukanlah ide orisinal Kaesang. Jauh sebelum putranya memimpin PSI, Presiden Jokowi telah berulang kali menggulirkan wacana ini. Jokowi sendiri mengakui bahwa gagasannya telah diakomodasi oleh partai berlambang mawar tersebut.

“Kurang lebih menurut saya, konsepnya hampir-hampir mirip, tetapi dimodifikasi sedikit oleh PSI,” kata Jokowi pada Maret 2025 lalu.

Wakil Ketua Umum PSI, Andy Budiman, bahkan secara terbuka menyebut Jokowi sebagai “mentor sekaligus inspirasi” di balik Pemilihan Raya ini. Keterlibatan gagasan Jokowi ini memperkuat posisi PSI sebagai partai yang sejalan dengan visi Presiden, namun secara bersamaan memberi amunisi bagi para kritikus yang melihatnya sebagai proyek pelanggengan pengaruh.

Pemilihan Raya: Ujian Terberat Konsep ‘Tbk’

Kini, semua mata tertuju pada Pemilihan Raya internal PSI. Inilah panggung pembuktian sesungguhnya: apakah “Partai Super Tbk” hanya sebatas jargon marketing politik, atau benar-benar sebuah reformasi fundamental.

Dengan mekanisme pemilihan langsung oleh seluruh kader, PSI ingin menunjukkan bahwa kekuasaan tertinggi ada di tangan anggota, layaknya pemegang saham dalam perusahaan publik (Tbk) yang berhak memilih direktur utamanya.

“Ini adalah salah satu langkah kami untuk mulai menjadi apa yang kami sebut sebagai partai super terbuka, partai super Tbk,” jelas Andy Budiman.

Namun, tantangan terbesarnya adalah ketika sang petahana, Kaesang Pangarep dengan nomor urut 2, kembali terpilih. Kemenangannya bisa ditafsirkan ganda.

Bagi pendukungnya, itu adalah bukti kepercayaan kader terhadap kepemimpinannya. Namun bagi pihak luar, hal itu hanya akan mengonfirmasi bahwa melepas citra “Partai Keluarga Jokowi” jauh lebih sulit daripada sekadar mengubah nama atau mengadakan pemilihan.

Pada akhirnya, nasib PSI berada di persimpangan. Keberhasilan konsep “Super Tbk” tidak hanya diukur dari terselenggaranya pemilihan, tetapi dari apakah ia mampu melahirkan kepemimpinan yang benar-benar merepresentasikan “kepemilikan publik” dan terlepas dari bayang-bayang besar nama Jokowi dan Kaesang itu sendiri.