Beranda
Sastra  

Puisi: Bromo Kala Itu

Puisi: Bromo Kala Itu
Ilustrasi puisi (freeimages)

*dd nana veno

Kau usapkan uap api
di wajahmu yang dicumbui udara basah
pegunungan yang kau taklukkan.

Wajahmu sedikit menghangat
sebelum air mata merebutnya lagi.

Diketinggian itu, isakmu pecah
membuat api tertegun

dan akhinya memudarkan cahaya dan panasnya.

Tak ada sepasang tangan yang melingkar
meredakan getar dari isak yang pecah dan

kisah-kisah masa depan yang membuat
mata terjaga dan siap melawan cuaca.

Api bergetar di telapak tangan dan meminta pulang.
Karena, kisah-kisah tangisan kerap membuatnya lumpuh

dan tak lagi bisa bekerja.

“Tapi, kecantikan akan pudar tanpa kau bekerja,” ucap makhluk bersayap yang bertugas menyatukan segala yang terserpih pecah.

“Percayalah aku terlalu lelah,” ujar api yang meredupkan hidupnya sendiri.

Diketinggian kau masih terisak
dan udara basah mencuri air matamu begitu rakus

dan aku tandaskan bir bintang

di kepala yang dihuni para serigala

“Sungguh aku mencintaimu.”

*penikmat kopi pait dan mantan tukang wingko 

Exit mobile version