*dd nana veno
“Segala sesuatu itu mengalir” ucap Heraklitus
-0-
Serupa ayat-ayat dalam kitab
yang didaraskan deras pada segala yang terbuka
mendobrak yang terkatup rapat
agar terbuka
walau akhirnya itu luka.
Karena, segala sesuatu harus mengalir
dan berakhir.
Pada muara yang sama seperti awal kita mengada.
Maha Suci Pencipta, ucapmu, yang mengadakan dan
menghilangkan dalam lingkaran;
Aliran-aliran yang berputar dan dijaga waktu
ritual paling gigil yang dikenakan pada raga.
Yang lama dan baru, kalau kau masih melata
sama saja, bukan?
-1-
Yang fana itu waktu, kata Sapardi
Dan aku menyimaknya pada sebuah api
yang menggeliat naik mencari namamu
yang disembunyikan waktu.
Hangat itu masih ada, semoga ini bukan sementara.
“Tapi api yang bekerja berteman waktu, tuan, percayalah,” ucapmu
sambil sesekali menyiulkan lagu-lagu romansa
dengan mata yang setengah terpejam yang aku sebut
penghinaan.
“Bukankah kata penyair itu yang fana waktu,” lanjutnya.
Api masih bekerja membakar rindu, menghangatkan kisah
tentang persuaan Adam dan Hawa di sebuah bukit
setelah dingin, rasa takut dan frustasi naik
menuju ubun kepala.
Serupa api yang sedang bekerja.
Sampai tuntas usia menganak-pinakan raga
sampai api menepi
pada sepi yang sama.
“Masih hangat kau tuan. Percayalah waktu itu fana,” ucapmu lagi.
Dan aku masih terpana, tentang hal-hal abadi
yang dikisahkan kitab-kitab suci, seperti cinta
yang berkata-kata, “yang fana memang waktu yang menikahi benda dan nama-nama.”
Hangat itu masih ada, semoga ini bukan sementara
seperti api yang usai bekerja.
-2-
Yang baru itu pengulangan waktu
Tapi mengalirlah karena kau punya ikrar
walau kisah-kisah akhirnya menepi di spasi
yang kerap kau ingkari.
Karena sebagai manusia, ucapmu, hanya itu
yang disukai waktu.
Setiamu pada pengulangan-pengulangan
sampai kau bertemu spasi yang menagih ikrar itu
Tepi yang tak bisa kau ubah lagi.
“Melaju, melajulah perahu kertasku. Dalam lingkar yang sama, dalam kedalaman waktu berparas serupa.”
*Hanya penikmat kopi pahit dan tukang wingko