INDONESIAONLINE – Proses pencarian terhadap santri yang dikabarkan hilang saat mandi di Sungai Brantas, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang hingga Rabu (8/3/2023) masih terus berlanjut. Personel gabungan yang melakukan pencarian terbagi menjadi beberapa SRU (search and rescue unit), yang bertugas melakukan penyisiran di darat dan perairan.

“Sampai saat ini saya masih stand by di lokasi, di Sungai Brantas. Hingga kini masih belum ada perkembangan, personel gabungan bersama Basarnas, Tagana, Awangga juga dilibatkan dalam pencarian, belum ada perkembangan,” kata Kapolsek Kepanjen, Kompol Sri Widyaningsih saat dikonfirmasi awak media, Rabu (8/3/2023).

Anggota Polri yang akrab disapa Widya ini menuturkan, korban yang dikabarkan hanyut saat mandi di Sungai Brantas tersebut, diketahui bernama Agung Pribadi Romadhon. Remaja 15 tahun itu merupakan warga Kecamatan Kepanjen yang menimba ilmu di pondok pesantren (ponpes) yang ada di Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang.

“Korban itu anak Kepanjen, tapi pondoknya di ponpes yang ada di Pamotan, (Kecamatan) Dampit,” imbuh Widya.

Berdasarkan data yang dihimpun Jatim Times di posko pencarian yang berlokasi di Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang. Kronologi kejadian memilukan yang dialami korban bermula pada Selasa (7/3/2023). Saat itu korban bersama santri lainnya menghadiri agenda di Ponpes PPAI Ketapang, Kepanjen, Kabupaten Malang.

Baca Juga  HUT Bhayangkara Ke-76, Polres Kediri Gelar Sosialisasi di CFD

“Kronologinya korban itukan anak pondok pesantren dari Pamotan, Dampit, di situ (PPAI Ketapang) dalam rangka pengajian yang rutin diadakan setiap tahun untuk anak kelas 3 (SMP). Jadi mengikuti kiyainya, mau lulus itu diajak ke Pondok Pesantren PPAI Ketapang itu,” kata Widya.

Sore harinya, yakni sekitar pukul 16.30 WIB korban bersama beberapa temannya pergi untuk mandi ke Sungai Brantas. Diketahui saat itu korban pergi untuk mandi ke Sungai Brantas bersama empat orang temannya.

Dari situlah petaka dimulai. Korban dan beberapa temannya yang tidak mengetahui adanya larangan akhirnya nekat mandi di Sungai Brantas. 

“Pada sore hari sekitar jam 16.30 WIB, mereka mandi di Sungai Brantas. Sebenarnya sudah ada larangan mandi (di Sungai Brantas), ada bannernya juga. Informasinya sama penjaga juga sudah dikasih tau jika tidak boleh mandi,” jelas Widya.

Berdasarkan penuturan beberapa saksi, ketika sedang mandi di Sungai Brantas korban sempat berenang menyebrang sungai ke arah timur. Namun ketika hendak kembali, korban tidak kuat dan salah seorang temannya berusaha menolong.

Sayangnya, upaya yang dilakukan oleh teman korban tersebut sia-sia. Pasalnya temannya itu tidak kuat menarik korban dan bahkan hampir ikut tenggelam. Sehingga tubuh korban yang sempat dipegang oleh temannya tersebut akhirnya dilepaskan.

Baca Juga  Menteri LHK Ajak Warga Olah Sampah Organik Jadi Kompos di Hari Peduli Sampah

“Jadi dia (korban) mandi di situ (Sungai Brantas), kemudian berenang. Di tengah perjalanan (saat berenang) dia tidak kuat karena terseret arus deras. Saat itu teman-temannya sudah naik, tapi dia belum naik,” ujar Widya.

Kejadian itupun akhirnya dilaporkan ke pihak pondok pesantren. Bersama saksi yang merupakan teman korban, pihak pondok pesantren dan warga setempat sempat berupaya mencari keberadaan korban di sekitar lokasi kejadian.

Namun karena tak kunjung ditemukan, kejadian tersebut akhirnya dilaporkan kepada pihak kepolisian sebelum akhirnya dilakukan pencarian bersama personel gabungan. Diperkirakan, lokasi korban tenggelam memiliki kedalaman sekitar 13 meter.

“Proses pencarian pada hari kedua masih berlanjut, mohon doanya semoga korban lekas ditemukan,” ujar Widya.

Terpisah, relawan Tagana, Muhammad Sahrul Mustofa menuturkan, proses pencarian yang dilakukan oleh personel gabungan pada hari kedua ini, menyasar beberapa titik penyisiran di darat maupun di perairan. Yakni mulai dari titik lokasi kejadian dan berakhir hingga ke Bendungan Sengguruh.

“Yang dilibatkan dalam pencarian ada sekitar 50 personel gabungan. Di antaranya dari personel Tagana, Basarnas, hingga Awangga,” tukasnya.