INDONESIAONLINE – Realitas kehamilan pada usia pelajar kian hari kian meningkat. Menanggapi hal ini, salah satu psikolog di Tulungagung mengatakan dibutuhkan keterlibatan berbagai pihak untuk mengatasinya.

Reaksi kaget saja tidak cukup melihat realitas remaja kita, keterlibatan berbagai pihak masih sangat dibutuhkan untuk menyelamatkan generasi penerus bangsa,kata Ifada Nur Rohmaniah, M. Psi., Psikolog dari Biro Konsultasi Psikologi Ifada n Partners saat menanggapi ratusan anak usia belajar di Tulungagung yang hamil di luar nikah.

Lanjutnya, hamil di luar nikah pada usia remaja acapkali dianggap kenakalan remaja, karena melakukan hubungan seks sebelum menikah. 

“Sebenarnya ini sudah bentuk dari ledakan psikologis tergolong extreem karena ini telah melebihi dari peran sebagai remaja yang mereka juga belum pahami betul. Namun kita tidak bisa menghakimi begitu saja atas kondisi yang mereka alami,” ujarnya.

Memang secara perilaku dan kepribadian yang terlihat dipermukaan, dalam fenomena gunung es yang tak terlihat dan bergemuruh lebih besar di bawah.

“Perkembangan fisik remaja dengan aktifnya hormon seksual seiring dengan perkembangan anatomi fisik mengalami letupan libido alamiah,” ulasnya.

Baca Juga  Gasak Galon dan Tabung Melon, Pria di Tulungagung Diringkus di Tempat Wisata

Hanya saja kata wanita yang juga aktif di Komisi Penanggulangan AIDS/HIV di Tulungagung, pondasi yang dimiliki belum kuat karena tidak diciptakan atau belum dikonstruksi pada pola asuh ataupun lingkungan.

“Perkembangan psikologis tentang mentalitas perlu dibentuk dari masa anak-anak dalam penguatan relasi orang tua yang menjadi bestie (berteman), memberi kenyamanan dengan anak, memberikan edukasi seksualitas (meskipun-red ) hal ini masih terus dianggap tabu. Padahal memperbincangkan saja itu sudah bentuk penyaluran,” ungkapnya.

Bilamana orang tua perlu diskusi tentang perkembangan putra-putrinya, Ifada menegaskan agar datang ke psikolog sehingga mendapatkan referensi.

Dinamika pembentukan konsep diri , perkembangan moral dan religi bagian dari proses yang perlu dikonstruksi bagi anak inilah pondasi awal yang idealnya harus ada.

“Ketika anak tumbuh ke remaja, faham kontrol diri, prinsip, nilai -nilai seksual bahwa berhubungan seks sebelum menikah perlu dihindari ,semua akan indah pada waktunya bisa menjadi afirmasi positif dalam hal pencegahan,” jelasnya.

Ia mengajak semua orang tua dan masyarakat untuk tidak saling menyalahkan dan bahkan tidak memberikan solusi.

Baca Juga  Gercep, Pemkab Gresik Perbaiki Tanggul Anak Kali Lamong yang Jebol

“Kita tidak bisa menyalahkan stimulus atau rangsangan dari luar, karena medsos, karena temannya, pacarnya anak gak bener dan sebagainya, namun pondasi dasarlah yang perlu diperkuat sebelum anak akan banyak berinteraksi lebih luas,” tuturnya.

Terlalu mengekang dan sangat membatasi, menurutnya juga akan berdampak. Pasalnya, anak akan mengalami ledakan dan butuh kebebasan lebih, karena remaja memang butuh hak otonomi (mengatur dirinya sendiri) diimbangi dengan komunikasi dua arah.

“Bagi yang sudah mengalami kehamilan di luar nikah perlu terus melanjutkan masa depan, eduksi dalam perspektif psikologis buat calon orang tua,” bebernya. 

Remaja dengan konstruksi berpikir yang belum tersusun rapi perlu mendapatkan edukasi agar mencegah ledakan psikologis di fase pernikahan dan berdampak pada ketidakhangatan psikologis pada anak dan efeknya bisa panjang. 

Keterlibatan dan kontribusi pihak-pihak terkait pendampingan orang dewasa perlu melakukan pendekatan pendidikan agama, pengetahuan umum.

“Penguatan psikologis merupakan paket yang perlu diberikan untuk menguatkan psikologis remaja yang telah menikah di usia remaja dan sebagai calon  ortu di usia remaja yang masih labil,” tutupnya.