INDONESIAONLINE – Kerusuhan akibat demonstrasi di Bangladesh membuat militer turun. Tentara Bangladesh telah dikerahkan untuk berpatroli di jalan-jalan ibu kota Dhaka pada Sabtu, (20/7/2024).
Para tentara tersebut mendirikan penghalang jalan selama jam malam yang diberlakukan untuk meredakan protes mematikan.
Diketahui sebelumnya, protes di Bangladesh dipimpin oleh mahasiswa untuk menentang kuota pekerjaan pemerintah. Protes tersebut telah menewaskan sedikitnya 110 orang dalam pekan ini.
Sejak Kamis (18/7/2024), layanan internet dan pesan teks ditangguhkan, mengisolasi negara Asia Selatan tersebut dari dunia luar. Polisi menindak keras protes yang terus berlanjut meskipun ada larangan pertemuan publik.
Selain itu, panggilan telepon internasional sebagian besar gagal tersambung, situs web media yang berbasis di Bangladesh tidak memperbarui, dan akun media sosial tetap tidak aktif.
“Menghentikan akses internet di negara berpenduduk hampir 170 juta jiwa merupakan langkah drastis, yang belum pernah kita lihat sejak revolusi Mesir tahun 2011,” kata John Heidemann, kepala ilmuwan divisi jaringan dan keamanan siber di Institut Ilmu Informasi USC Viterbi, dilansir Reuters (20/7/2024).
Selain korban tewas, bentrokan juga melukai ribuan orang. Rumah Sakit Dhaka Medical College melaporkan menerima 27 jenazah dalam rentang waktu dua jam pada Jumat (19/7/2024) sore.
Selama lima hari, polisi menembakkan gas air mata dan melemparkan granat suara untuk membubarkan pengunjuk rasa. Namun massa merespons dengan melemparkan batu bata dan membakar kendaraan.
Demonstrasi yang terjadi saat ini adalah yang terbesar sejak Perdana Menteri Sheikh Hasina terpilih kembali untuk masa jabatan keempat berturut-turut tahun ini. Protes ini dipicu oleh tingginya pengangguran di kalangan kaum muda, yang mencapai hampir seperlima dari populasi Bangladesh.
Dengan meningkatnya jumlah korban dan ketidakmampuan polisi serta pasukan keamanan lainnya untuk mengatasi protes, pemerintah Hasina memberlakukan jam malam nasional dan mengerahkan militer.
Jam malam dilonggarkan selama dua jam pada Sabtu siang untuk memungkinkan warga berbelanja kebutuhan pokok. Kemudian jam malam akan berlangsung hingga Minggu pagi, ketika pemerintah akan menilai situasi dan memutuskan tindakan selanjutnya.
Rekaman TV menunjukkan warga yang keluar diperiksa kartu identitasnya oleh personel militer di berbagai pos pemeriksaan. Sementara pasukan militer mendirikan blokade jalan dan bunker menggunakan karung pasir di lokasi strategis di Dhaka, pusat protes antikuota.
Kerusuhan nasional ini pecah akibat kemarahan mahasiswa terhadap kuota pekerjaan pemerintah yang kontroversial, termasuk 30% untuk keluarga yang berjuang untuk kemerdekaan dari Pakistan. Pemerintah Hasina menghapus sistem kuota pada 2018, tetapi pengadilan memberlakukannya kembali bulan lalu. Negara bagian mengajukan banding, dan Mahkamah Agung menangguhkan pemberlakuan kembali tersebut selama sebulan sambil menunggu sidang pada 7 Agustus.
Di distrik Narsingdi, Dhaka, pengunjuk rasa menyerbu penjara pada Jumat. Mereka membebaskan lebih dari 850 narapidana dan membakar fasilitas tersebut.
Beberapa insiden pembakaran juga dilaporkan pada Sabtu di beberapa wilayah negara tersebut. Hal ini membuat, Hasina membatalkan rencana kunjungan diplomatiknya ke Spanyol dan Brasil karena protes ini, kata Menteri Luar Negeri Hasan Mahmud.
Banyak pemimpin partai oposisi, aktivis, dan mahasiswa pengunjuk rasa telah ditangkap. Polisi menangkap Nahid Islam, koordinator utama agitasi mahasiswa, pada Sabtu dini hari.
Negara tetangga India melaporkan bahwa hampir 1.000 pelajar India telah kembali ke rumah melalui berbagai pelabuhan darat dan penerbangan sejak kekerasan dimulai. Kelompok hak asasi internasional mengkritik pemblokiran internet dan tindakan pasukan keamanan, sementara Uni Eropa menyatakan sangat prihatin dengan kekerasan dan hilangnya nyawa. (bin/hel)