Rektor UIN Malang Prof Ilfi Dorong Wakaf untuk Pendidikan Gratis

Rektor UIN Malang Prof Ilfi Dorong Wakaf untuk Pendidikan Gratis
Rektor UIN Malang Prof Dr Hj Ilfi Nur Diana MSi saat berpidato di “Wakaf Goes to Campus XV” yang digelar di Gedung Samantha Krida, Universitas Brawijaya. (foto: ist)

INDONESIAONLINE –  Rektor Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang Prof Dr Hj Ilfi Nur Diana MSi kembali melontarkan gagasan brilian. Prof Ilfi mengajak seluruh civitas akademika untuk mengoptimalkan potensi wakaf sebagai salah satu sumber utama pendanaan perguruan tinggi.

Seruan tersebut  disampaikan dalam forum nasional “Wakaf Goes to Campus XV” yang digelar di Gedung Samantha Krida, Universitas Brawijaya (UB),  Senin 20 Oktober 2025.

Kegiatan yang telah memasuki edisi ke-15 ini dihadiri ratusan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi, termasuk  puluhan mahasiswa Fakultas Syariah sebagai delegasi UIN Malang.

Wakil Dekan 3 Bidang Kemahasiswaan Alumni dan Kerja Sama Fakultas Syariah UIN Malang Dr H Miftahul Huda SHI MH mengapresiasi kegiatan ini dengan mengirim puluhan mahasiswa Fakultas Syariah. “Kebetulan pada semester ganjil ini, semua mahasiswa yang ikut kegiatan ini lagi mengikuti perkuliahan manajemen perwakafan di Indonesia,” ujarnya

Turut hadir pula Wakil Ketua Badan Wakaf Indonesia (BWI) Pusat Dr Tatang Astariddin, Asisten III gubernur Jawa Timur Bidang Administrasi Umum Akhmad Jazuli, serta Wali Kota Malang Wahyu Hidayat.

Prof Ilfi datang bersama Wakil Rektor IV Bidang Kerja Sama dan Pengembangan Lembaga UIN Malang Prof Dr H M. Abdul Hamid SAg MA sebagai bentuk dukungan terhadap penguatan gerakan wakaf produktif di lingkungan akademik.

Dalam sambutannya, Prof Ilfi menegaskan pentingnya menjadikan wakaf sebagai pilar utama kemandirian finansial universitas. Ia menilai, pengelolaan wakaf secara produktif akan membuka peluang besar bagi kampus untuk membebaskan mahasiswa dari beban biaya pendidikan.

“Kami berharap wakaf dapat menjadi sumber pembiayaan yang kokoh bagi perguruan tinggi, sehingga ke depan pendidikan bisa diakses tanpa biaya,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Prof Ilfi menekankan bahwa cita-cita besar tersebut tidak dapat dicapai secara instan, melainkan membutuhkan kerja bersama dan perencanaan jangka panjang. Namun, kegiatan Wakaf Goes to Campus XV ini diyakininya menjadi langkah awal yang penting dalam mewujudkan transformasi tersebut.

Untuk mendukung gagasan itu, Prof Ilfi mencontohkan keberhasilan Universitas Al-Azhar di Mesir dan Universitas Al-Qarawiyyin di Maroko, dua lembaga pendidikan Islam tertua di dunia, yang berhasil mengelola seluruh pembiayaan pendidikannya melalui wakaf produktif.

“Kedua universitas itu menjadi bukti nyata bahwa wakaf mampu menopang keberlanjutan pendidikan tinggi secara mandiri,” ujarnya.

Di sisi lain, BWI pusat mengungkapkan adanya tiga kendala utama dalam pengembangan wakaf di Indonesia. Yakni belum optimalnya regulasi, rendahnya kapasitas pengelola (nadzir), serta minimnya literasi masyarakat tentang wakaf produktif.

Aspek literasi menjadi tantangan terbesar karena masyarakat masih lebih mengenal wakaf untuk pembangunan masjid dan pesantren dibandingkan wakaf pendidikan. Karena itu, BWI menilai kampus memiliki peranan penting dalam memperluas kesadaran dan partisipasi masyarakat terhadap gerakan wakaf modern.

“Perguruan tinggi memiliki SDM (sumber daya manusia) cerdas dan melek teknologi sehingga kolaborasi dengan dunia kampus diharapkan dapat mempercepat gerakan Indonesia Berwakaf,” jelas perwakilan BWI.

Berdasarkan data, potensi wakaf nasional mencapai Rp 180 triliun. Sementara potensi dari lingkungan kampus diperkirakan sebesar Rp 5,7 triliun, angka yang menunjukkan besarnya peluang kontribusi dunia pendidikan terhadap penguatan ekonomi umat.

Dukungan serupa datang dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur melalui asisten III Gubernur bidang dministrasi umum. Ia menegaskan bahwa konsep wakaf produktif menjadi model pengelolaan dana yang ideal untuk pemberdayaan masyarakat.

“Wakaf produktif atau dana abadi (endowment fund) memungkinkan dana umat terus berputar tanpa menyentuh pokoknya, dan ini sejalan dengan visi pendanaan berkelanjutan yang digagas rektor UIN Malang,” terangnya.

Dengan sinergi antara kampus, pemerintah, dan Badan Wakaf Indonesia, diharapkan gerakan wakaf produktif dapat menjadi tonggak baru dalam mewujudkan kemandirian finansial perguruan tinggi dan memperluas akses pendidikan bagi seluruh lapisan masyarakat. (rds/hel)