INDONESIAONLINE – Kontestasi politik pilihan presiden 2024 semakin panas. Berbagai strategi dilakukan oleh para tim pemenangan calon presiden dan wakil presiden. Tak kecuali agama yang dijadikan bahan kampanye dan jadi guyonan politik.
Hal tersebut membuat berbagai kalangan pun angkat suara. Tak terkecuali Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas.
Gus Yaqut-sapaan Menag- mengimbau seluruh elite politik tidak menjadikan agama sebagai bahan guyonan pada saat momentum Pemilu 2024 ini.
“Nah justru itu, sebenarnya guyonan soal agama itu kan sering dilakukan. Banyaklah kalau kita kalau browsing kita lihat di Youtube misalnya banyak orang menjadikan agama sebagai bahan guyonan,” ucapnya dilansir dari Antara.
“Saya kira sih kalau bisa dihindari, jangan gunakan agama sebagai guyonan,” tegasnya.
Gus Yaqut juga menilai tingkat sensitivitas publik pada tahun politik meningkat. Oleh karena itu, pihaknya tidak menginginkan jika agama dijadikan bahan candaan, sebab hal tersebut bisa memantik reaksi publik secara luas.
“Tetapi memang kadang-kadang itu menjadi ramai kalau ketemu momentum politik seperti ini, dikorek-korek. Itu dulu yang guyon soal agama itu, ndak ketemu momentum politik juga ndak apa-apa. Sekarang ketika ketemu momentum politik, maka lain jadinya,” terangnya.
Gus Yaqut berharap agar semua pihak tanpa terkecuali, mulai dari elite politik hingga ulama berhenti menyinggung atau menjadikan agama sebagai bahan candaan. “Saya kira sudahlah, sudahi, baik menggunakan agama sebagai alat politik, bahan candaan atau apapun, jangan. Sudah berhenti, yang sudah ya sudah, ndak perlu diulangi ndak perlu sampai tuntut-tuntut,” pungkasnya.
Agama sebagai guyonan politik yang lagi ramai hingga saat ini pernah dilontarkan Zulkifli Hasan Ketum PAN saat membuka acara Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) di Semarang pada Selasa, 19 Desember 2023.
Dalam video yang viral di media sosial X, Zulhas berkelakar dengan mengatakan bahwa “Saya keliling daerah, Pak Kiai. Sini aman, Jakarta nggak ada masalah, yang jauh-jauh ada lho yang berubah. Jadi kalau salat Maghrib baca, ‘waladholin… ‘, Ada yang diem sekarang, pak. Loh kok lain,”.
Hal ini merujuk usai membaca surat Al-Fatihah dalam salat berjamaah akan diikuti “Amin” oleh makmum karena dalam konteks politik saat ini kata “Amin” merupakan jargon sekaligus singkatan dari pasangan capres nomor urut satu yaitu Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar.
“Maka wajar ada yang diam dengan tidak menyebutkan Amin. Ini saking cintanya sama Pak Prabowo itu,”.
tidak hanya berhenti disitu Menteri Perdagangan ini juga membahas gerakan duduk dalam salat (tahiyat) yang diselingi dengan menunjuk jari telunjuk. “Itu kalau tahiyatul akhir awalnya gini (menunjukan jari telunjuk), sekarang jadi gini (menunjukkan dua jari, telunjuk dan tengah).