Kabar duka menyelimuti dunia musik: Sam Rivers, bassist dan pendiri Limp Bizkit, meninggal pada usia 48 tahun. Kenang perjalanan musik, kontribusi Rivers pada nu metal, dan warisan abadi sang musisi.
INDONESIAONLINE – Dunia musik berduka. Sam Rivers, pemain bass berbakat dan salah satu pendiri band nu metal ikonik asal Amerika Serikat, Limp Bizkit, telah meninggal dunia pada usia 48 tahun. Kabar ini diumumkan secara resmi oleh band melalui platform media sosial mereka, memicu gelombang kesedihan dari para penggemar dan sesama musisi di seluruh dunia.
Dalam pernyataannya yang menyentuh, Limp Bizkit mengenang Rivers bukan sekadar sebagai “pemain bas kami,” melainkan sebagai “jiwa dalam suara” yang tak terpisahkan dari identitas musikal mereka.
“Sejak nada pertama yang kami mainkan bersama, Sam menghadirkan cahaya dan ritme yang tak tergantikan. Bakatnya begitu alami, kehadirannya tak terlupakan, dan hatinya begitu tulus,” tulis para anggota band yang tersisa: Fred Durst, John Otto, dan DJ Lethal.
Pilar Nu Metal dan Warisan Musikal
Dibentuk pada tahun 1994, Limp Bizkit—dengan Rivers sebagai fondasi ritmisnya—secara cepat menancapkan diri sebagai kekuatan dominan dalam genre nu metal. Mereka dikenal karena perpaduan agresif rock, hip-hop, dan lirik yang penuh energi, menjadikannya ikon di akhir 1990-an dan berperan krusial dalam membawa nu metal ke panggung arus utama.
Data dari Nielsen SoundScan menunjukkan bahwa di puncak kejayaan mereka, album seperti Significant Other (1999) dan Chocolate Starfish and the Hot Dog Flavored Water (2000) terjual jutaan kopi, mengukuhkan posisi mereka di tangga musik global.
Lagu-lagu hits seperti “Take a Look Around” dan “Rollin’ (Air Raid Vehicle)” menjadi anthem generasi, terus diputar di berbagai platform hingga kini.
“Kami berbagi begitu banyak momen – momen gila, momen tenang, momen indah – dan setiap momen menjadi lebih berarti karena Sam ada di sana,” lanjut pernyataan band.
Kedekatan ini juga digaungkan oleh DJ Lethal, yang bernama asli Leor Dimant, melalui unggahan Instagram. Ia meminta privasi bagi keluarga Rivers sembari menulis, “Kau akan terus hidup melalui musik dan kehidupan yang kau selamatkan lewat karya, kerja amal, dan persahabatanmu.”
Bukan Hanya Musisi, Tapi Juga Inspirator
Sam Rivers tidak hanya dikenal sebagai musisi dengan skill bass yang mumpuni. Pada tahun 2000, ia meraih penghargaan bergengsi Gibson untuk Best Bass Player, sebuah pengakuan atas keahliannya yang tak terbantahkan. Di luar panggung, Rivers juga aktif dalam berbagai kegiatan amal, menunjukkan sisi kemanusiaannya yang mendalam.
Perjalanan kesehatan Rivers sempat menjadi perhatian publik. Ia sempat meninggalkan band pada tahun 2015 karena masalah kesehatan akibat penyakit hati.
Dalam wawancaranya dengan Jon Wiederhorn untuk buku Raising Hell, Rivers mengungkapkan perjuangannya: “Saya berhenti minum dan melakukan semua yang dokter anjurkan. Saya menjalani perawatan untuk kecanduan alkohol dan transplantasi hati, yang sangat cocok,” ujarnya, seperti dikutip oleh Loudwire.
Kisah ini menjadi inspirasi bagi banyak orang yang bergulat dengan adiksi dan masalah kesehatan.
Hingga saat ini, penyebab pasti kematian Rivers belum diungkapkan kepada publik, menambah lapisan misteri pada kepergian mendadak sang legenda.
Limp Bizkit sendiri terakhir merilis single “Making Love to Morgan Wallen” pada September lalu, setelah tampil di Reading Festival pada Agustus. Album terbaru mereka, Still Sucks, dirilis empat tahun lalu, menandai kelanjutan perjalanan musik band yang kini harus melangkah tanpa salah satu pilar utamanya.
Kepergian Sam Rivers meninggalkan lubang yang tak tergantikan dalam formasi Limp Bizkit dan hati para penggemar musik nu metal di seluruh dunia. Warisan distorsi bass-nya akan terus bergema, abadi dalam setiap nada yang ia ciptakan.