Sampai Kapan Suhu Dingin Terjadi? Berikut Penjelasan BMKG

Sampai Kapan Suhu Dingin Terjadi? Berikut Penjelasan BMKG
Udara dingin membuat seorang wanita memakai selimut dan minum minuman hangat. (foto: istock)

INDONESIAONLINE – Sebagian warga Indonesia merasakan suhu dingin akhir-akhir ini. Fenomena ini dikenal masyarakat sebagai bediding dan kerap muncul saat puncak musim kemarau.

Istilah “bediding” kembali ramai diperbincangkan warganet usai sebuah unggahan di platform X memperlihatkan ilustrasi seseorang yang kedinginan. “Bediding basah,” tulis akun @zakiberk*** dalam unggahannya.

Unggahan tersebut memunculkan pertanyaan soal kapan fenomena bediding ini akan berakhir. Lantas kapan musim bediding selesai?

Menurut BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, bediding merupakan fenomena wajar yang kerap terjadi saat musim kemarau, khususnya antara bulan Juli hingga Agustus.

“Bediding adalah istilah lokal untuk suhu udara yang terasa sangat dingin, terutama pada malam hingga pagi hari selama musim kemarau, terutama pada Juli hingga Agustus,” ujar Ketua Tim Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG Ida Pramudawardani, dilansir dari Instagram resmi BMKG, Jumat (11/7/2025).

Ida menjelaskan, kondisi ini dipengaruhi oleh kombinasi faktor atmosferik, seperti hembusan angin timuran dari Australia yang bersifat kering dan dingin, langit cerah tanpa tutupan awan, serta kelembapan udara yang rendah. Ketiganya berkontribusi terhadap pelepasan panas dari permukaan bumi di malam hari, sehingga menyebabkan suhu turun drastis.

“Untuk tahun ini, potensi bediding diperkirakan berlangsung dari Juli hingga awal September 2025, bersamaan dengan puncak kemarau,” jelasnya.

Meskipun fenomena bediding mulai terasa, BMKG mencatat bahwa kondisi atmosfer di sebagian wilayah Indonesia selatan masih cukup lembap pada awal Juli ini.

“Aliran udara kering dari selatan belum terlalu kuat karena Monsun Australia masih lemah. Jadi, cuaca cerah yang menjadi pemicu utama bediding belum merata di seluruh wilayah,” imbuh Ida.

Hal ini membuat beberapa wilayah belum merasakan bediding secara ekstrem, meski suhu mulai menunjukkan penurunan di malam hingga pagi hari.

Dari catatan BMKG, suhu minimum terendah sejauh ini terjadi di Stasiun Meteorologi Frans Sales Lega, Nusa Tenggara Timur, pada 8 Juli 2025. Suhu di sana mencapai 12 derajat celsius, menjadikannya salah satu yang terendah selama musim kemarau tahun ini.

“Angka itu memang rendah, tapi masih lebih hangat dibanding suhu ekstrem tahun lalu yang sempat menyentuh 8,4 derajat celsius di lokasi yang sama,” tambah Ida.

Fenomena serupa juga dirasakan di daerah lain seperti Lembang dan Dataran Tinggi Dieng, yang historisnya kerap mencatat suhu di bawah 15 derajat saat kemarau mencapai puncaknya.

Sementara di wilayah perkotaan seperti Jakarta, suhu minimum berada di kisaran 22-23 derajat celsius. Meski tak tergolong ekstrem, tetap cukup membuat warga ibu kota merasa sejuk, terutama pada dini hari.