INDONESIAONLINE – Dawet merupakan minuman yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Minuman yang terdiri cendol dari tepung beras, santan, gula Jawa dan beberapa bahan lain ini sangatlah digemari karen punya cita rasa yang khas. Tahukah kalian sejarah dawet?.

Ya, sejarah dawet yang kini sempat viral karena terdapat dalam lagu Joko Tingkir ini mempunyai sejarah yang cukup tua. Hal itu dijelaskan dalam buku gastronomi Jilid II seperti yang disampaikan Ustadz Salim A Fillah dalam channel YouTube nya. 

“Itu (dawet) sejarahnya cukuplah tua. Karena kemudian dirujukan dengan peristiwa di Pati,” jelasnya.

Pada awal abad ke 13 tahun 1200 an, terdapat seorang tokoh bernama Ki Sagola yang menjual minuman campuran antara santan, gula dan jenang yang disaring. Jenang dari tepung beras itu kemudian diayak mengunakan sebuah penyaring santan.

Baca Juga  Menikmati Jajanan Roti Bakar Kekinian Cita Rasa Tradisional

“Diayak pakai Kalo (saringan dalam bahasa Jawa), lubangnya lebih gede-gede. Diayak dalam keadaan panas dan dimasukkan kedalam air dingin sehingga menjadi lonjongan kecil,” jelasnya.

Minuman campuran tersebut, kemudian disajikan kepada penguasa di wilayah yang disebut sebagai Carangsoka, yang mana saat itu telah selesai berperang dengan wilayah yang disebut Paranggorda di Pati dan menguasai dua wilayah menjadi satu.

Penguasa tersebut kemudian mengundang Ki Sagola untuk dapat menikmati sajian minuman campuran santan, gula, jenang yang kini bernama dawet itu. Saat itu, penguasa merasa jika inti dari kenikmatan minuman ini adalah pada kelezatan santan. 

“Maka daerah tersebut kemudian beliau namakan Kadipaten Pesantenan,” terangnya.

Baca Juga  Lapis Kukus Pahlawan Ajak Konsumen Setia Sehari Menjadi Crazy Rich

Setelah itu, pada 1293 dimana kerajaan Majapahit mulai berdiri, beliau menghadap ke Majapahit dan dikukuhkan sebagai Adipati pada kadipaten Pesantenan itu. Saat itu, Ki Sagola kemudian juga menyuguhkan minuman yang kini disebut dawet.

“Sejarahnya panjang, 800 tahunan. Memang menurut Gastronomi jilid II karya Prof Murdijati ini, usia dawet sudah cukup tua,”paparnya.

Melihat usianya yang tua ini, tepatnya pada tahun 1200 an, logikanya di masa hidupnya Joko Tingkir di abad ke 16, kemungkinan telah ada. “Tapi apakah beliau minum dawet atau tidak, tidak ada riwayatnya,” pungkasnya.