Beranda

Selebgram Bongkar Dugaan Sindikat Sawer TikTok

Selebgram Bongkar Dugaan Sindikat Sawer TikTok
Ilustrasi live streaming TikTok (Ist)

INDONESIAONLINE – Selebgram Shilvia Tan kembali mengguncang dunia maya dengan mengungkap dugaan praktik sindikat di balik fenomena sawer-saweran di platform TikTok. Melalui akun TikTok pribadinya, Shilvia membongkar sistem yang diduga menjerat para spender, sebutan bagi pengguna yang royal memberikan gift (hadiah virtual) kepada host (penyelenggara siaran langsung) di platform tersebut.

Menurut Shilvia, ada sistem terstruktur yang dirancang untuk memancing orang agar terus-menerus memberikan gift dalam jumlah besar.

“Spender (diimingi) bagi hasil sama si penerima gift dan agensinya juga,” ungkap Shilvia dalam salah satu unggahannya.

Sistem ini, lanjutnya, menciptakan kompetisi tidak sehat di antara para spender. “Tujuannya itu untuk mendatangkan orang yang punya hati yang panas. Saat orang lain memberikan gift, mereka jadi berpikir, ‘Wah, gue harus nge-gift juga nih’,” tambahnya menjelaskan bagaimana mekanisme psikologis dimanfaatkan untuk memicu persaingan.

Shilvia juga menyentil perilaku para spender yang dianggapnya tidak mencerminkan perilaku orang kaya sesungguhnya. “Orang kaya nggak akan punya waktu buat urusin pertiktok-an, stand by, apalagi haus akan pujian. Orang kaya tuh orang kaya diam. Hiburan katanya? Orang kaya hiburannya tuh keluar negeri,” tegasnya.

Ia mempertanyakan motif di balik pemberian gift yang berlebihan dan menyarankan alternatif yang lebih bermanfaat jika tujuannya adalah beramal. “Kalau kita mau beramal kasih ke host? Halo, banyak masjid yang butuh bantuan,” ujarnya.

Untuk memperkuat argumennya, Shilvia membagikan rekaman suara dari seseorang yang mengaku sebagai mantan spender dan host TikTok. Narasumber anonim ini mengungkapkan sisi gelap di balik gemerlap siaran langsung dan saweran di TikTok.

“Aku cuma mau kasih tahu gelapnya dunia live streaming ini. Mereka sanggup melakukan apapun dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan gift dari spender,” ungkap narasumber tersebut.

Ia menjelaskan bahwa ada kelompok-kelompok yang secara sistematis mendekati calon spender dengan berbagai cara. “Mereka memiliki cecunguk yang biasa disuruh untuk ngejar para spender. Jadi mereka ngasih apa yang spender itu mau,” bebernya.

Taktik yang digunakan bervariasi, tergantung pada profil dan preferensi spender.

Menurut narasumber, jika spender adalah laki-laki, mereka akan ditawari perempuan cantik. Sebaliknya, jika spender adalah perempuan, mereka akan dikenalkan dengan laki-laki tampan atau yang mengaku kaya.

“Mereka akan terus pepetin sampai dapat spendernya. Mereka sanggup ngilangin harga diri untuk minta-minta kayak gitu,” katanya.

Narasumber tersebut juga berbagi pengalamannya sendiri yang terjerat dalam sistem tersebut, mengakibatkan kehancuran finansial dan emosional. “Aku buka ini, karena aku pernah ada dalam lingkaran setan itu dan hancur tidak tersisa. Aku mulai dari nol lagi,” ujarnya, memberikan kesaksian pribadi yang dramatis.

Lebih lanjut, narasumber itu membeberkan bagaimana spender bisa terjerumus dalam utang, bahkan sampai melakukan tindakan kriminal demi memenuhi permintaan host. “Mereka mencari tahu seperti apa spender itu, lalu memainkan emosionalnya,” katanya.

Ia mencontohkan, jika seorang spender sudah terlanjur dekat dengan perempuan yang diperkenalkan oleh sindikat, hal itu bisa digunakan sebagai alat pemerasan. “Spender dikenalin sama perempuan cantik, itu mereka sudah kerja sama. Terus nanti entah takut aibnya kebuka atau apa, akhirnya mereka bakal mintain gift atau uang tutup mulut,” ungkapnya.

Banyak spender yang akhirnya terpaksa menjual aset berharga, menggadaikan rumah, atau bahkan terjerat pinjaman online (pinjol) ilegal. “Karena merasa punya kewajiban membantu host, mereka sampai gila-gilaan. Padahal sebelumnya ada iming-iming bagi hasil,” tambahnya.

Narasumber juga mengungkap dampak sosial yang mengerikan dari praktik ini, termasuk hancurnya rumah tangga, perselingkuhan, dan bahkan kasus perdagangan manusia. “Banyak rumah tangga hancur, kasus perselingkuhan, bahkan lebih parahnya sampai ke kasus jual orang,” ungkapnya.

Ia berharap pengungkapan oleh Shilvia Tan ini dapat membuka mata banyak orang dan mencegah lebih banyak korban berjatuhan. “Aku berharap orang-orang juga bakal terbuka pikirannya untuk kerja real, bukan ngemis-ngemis kayak gitu,” pungkas narasumber (bn/dnv).

Exit mobile version