Beranda

Semesta Mengabdi Ditutup, DEMA UIN Malang Perkenalkan KATI sebagai Kampus Konservasi

Semesta Mengabdi Ditutup, DEMA UIN Malang Perkenalkan KATI sebagai Kampus Konservasi
Anggota DEMA UIN Maliki Malang bersama warga dan pelajar setelah meresmikan KATI di Desa Sidodadi, Gedangan, Kabupaten Malang. (foto: ist)

INDONESIAONLINE – Penutupan program Semesta Mengabdi oleh Kementerian Desa dan Lingkungan Hidup DEMA (Dewan Eksekutif Mahasiswa) Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang di Desa Sidodadi, Kecamatan Gedangan, Kabupaten Malang, Jumat (15/11), menghasilkan tonggak penting berupa hadirnya Kampus Alam Tegalsari Indonesia (KATI). Program yang berlangsung sejak 17 Agustus ini melahirkan sebuah kampus alam tanpa dinding yang berfokus pada konservasi serta edukasi lingkungan.

Program tersebut dikembangkan dengan pendekatan ABCD (asset-based community development), yakni metode pemberdayaan yang menitikberatkan pada penguatan potensi terbaik dari masyarakat.

Melalui proses pendampingan, tim menemukan bahwa Sidodadi kaya akan sumber daya alam dan budaya. Namun kawasan ini juga menghadapi persoalan ekologis seperti erosi, pendangkalan sungai, hingga banjir musiman.

“Kami menilai bahwa menjadikan Sidodadi sebagai destinasi wisata masal justru dapat mengganggu ekosistem dan mengurangi peran warga dalam menjaga lingkungannya. Karena itu, kami menginisiasi konsep eduwisata berbasis konservasi yang menempatkan masyarakat sebagai penggerak utama,” ujar Fiqhan, menteri desa dan lingkungan hidup DEMA UIN Malang sekaligus penanggung jawab program.

KATI: Kampus Alam Berbasis Konservasi untuk Masa Depan

Kampus Alam Tegalsari Indonesia (KATI) dirancang sebagai kampus terbuka yang menerapkan Tridarma Perguruan Tinggi dalam bentuk nyata: pendidikan, penelitian, dan pengabdian berbasis konservasi. Konsep tersebut memosisikan alam sebagai ruang perkuliahan, masyarakat sebagai pengajar, serta aktivitas konservasi sebagai laboratorium ilmiah.

Lembaga ini diproyeksikan menjadi pusat riset lapangan serta pengabdian jangka panjang, sekaligus model kampus alternatif yang sejalan dengan kebutuhan generasi mendatang.

Selama pelaksanaan program, tim berhasil merumuskan kurikulum KATI, SOP kelembagaan, profil lembaga, dan guide book yang memuat arah pengembangan serta struktur kelembagaan. Mereka juga membangun bank data konservasi sebagai dasar perencanaan jangka panjang.

Pendidikan Konservasi untuk Pelajar SMP

Di sektor pendidikan, tim meresmikan ekstrakurikuler konservasi alam di SMP PGRI 04 Gedangan sebagai wadah pembelajaran lingkungan bagi pelajar. Program ini berisi materi dasar ekologi, pemetaan sungai, observasi lapangan, hingga pembuatan bank bibit mangrove di sekolah.

Pemetaan Ekologi dan Bank Bibit Mangrove

Dalam empat bulan program, sejumlah luaran berbasis data dan aksi lapangan berhasil dihasilkan. Di antaranya:

– Pendirian Bank Bibit Mangrove.

– Pemetaan Sungai Bajulmati yang mencakup titik pendangkalan, area kritis, lokasi rehabilitasi, dan prioritas penanaman.

– Penyusunan kurikulum KATI.

– Sistem kelembagaan KATI.

– Penulisan artikel.

– Pengembangan enam modul keilmuan KATI.

“Pengabdian ini bukan sekadar seremoni. Semua langkah yang kami ambil didasarkan pada data, analisis potensi, dan kerja nyata di lapangan,” tegas Fiqhan.

Menurut dia, KATI direncanakan menjadi pusat konservasi dan pendidikan lingkungan yang berkelanjutan di Sidodadi. Ke depan, lembaga ini akan mengembangkan kelas-kelas alam, laboratorium sungai, pelatihan riset desa, serta program eduwisata konservasi yang memberdayakan masyarakat secara menyeluruh.

“KATI merupakan model kampus masa depan. Bukan hanya mempelajari teori, tetapi langsung terjun ke alam. Ini menjadi ruang belajar yang relevan bagi generasi yang membutuhkan pengalaman nyata dalam konservasi,” tambah Fighan.

Penutupan program Semesta Mengabdi diakhiri dengan sesi refleksi bersama dosen, masyarakat, pihak sekolah, perangkat desa, dan puluhan mahasiswa. Peresmian KATI menjadi momen utama sekaligus titik awal komitmen baru untuk menjadikan Sidodadi sebagai desa konservasi yang mandiri dan berkelanjutan. (ars/hel)

Exit mobile version