INDONESIAONLINE – Debur ombak Pantai Selatan Jawa yang perkasa, selalu menyimpan dua sisi mata pisau, terutama saat musim libur tiba. Keindahan panoramanya memanggil wisatawan dari berbagai penjuru, namun keganasannya mengintai, siap menerkam kelengahan.
Senin, 7 April 2025, menjadi saksi bisu betapa ombak Paseban, Kencong, Jember, tak kenal ampun. Di hari terakhir libur Lebaran yang seharusnya penuh tawa, air mata justru tumpah di bibir pantai.
Sundrik Yuliadi, 37 tahun, seorang ayah, seorang suami, dan juga seorang pemimpin di lingkungannya sebagai Ketua RT Desa Paseban, datang ke pantai itu bersama keluarganya, seperti ratusan pengunjung lainnya. Mereka mencari hiburan, melepas penat setelah hiruk pikuk perayaan Idulfitri.
Siapa sangka, liburan itu justru berujung tragedi yang merenggut nyawa Sundrik, sang kepala keluarga.
Pagi itu, pantai Paseban ramai oleh riuh rendah pengunjung. Anak-anak berlarian di tepi pantai, orang dewasa duduk bercengkrama, menikmati angin laut. Namun, di balik keriangan itu, ombak selatan bermain dengan ganasnya.
Tanpa diduga, salah satu ombak besar datang menerjang, menyeret anak Sundrik ke tengah. Naluri seorang ayah berteriak. Tanpa pikir panjang, Sundrik terjun ke air, berpacu dengan waktu dan derasnya tarikan ombak.
“Kejadiannya tadi pagi, Mas,” tutur Sulton Maulana, Kepala Dusun Blok Kelor Desa Paseban, dengan nada pilu.
“Korban itu mau nolong anaknya yang keseret ombak. Tapi ya itu, apesnya pas nolong, ada ombak gede datang, langsung korban ikut keseret,” kenangnya.
Dalam kepanikan dan hiruk pikuk pengunjung, Sundrik berhasil mendorong anaknya ke tepi pantai, memastikan sang buah hati selamat dari maut. Namun, keberanian dan pengorbanan itu harus dibayar mahal.
Ombak besar berikutnya datang lebih dahsyat, menyeret Sundrik semakin jauh ke tengah lautan. Tubuhnya hilang ditelan gelombang, meninggalkan kepanikan dan teriakan histeris di antara pengunjung pantai.
Tim TRC BPBD Wilayah Barat Kabupaten Jember, yang dipimpin Viky Ranggong, segera tiba di lokasi. Kondisi pantai yang ramai mempersulit pencarian awal.
“Tadi ramai sekali pengunjung. Sempat kesulitan kita cari korban, sebelum akhirnya muncul mengambang,” jelas Viky.
Evakuasi segera dilakukan. Sundrik dilarikan ke puskesmas terdekat, namun takdir berkata lain. Nyawanya tak tertolong. Sundrik Yuliadi, sang pahlawan keluarga, gugur di medan bakti menyelamatkan anaknya.
Kabar duka dengan cepat menyebar. Kapolsek Kencong, AKP Heru Siswanto, membenarkan kejadian tragis tersebut. “Kejadian benar, Mas. Anggota sudah ke lokasi, bersama tim gabungan. Korban sudah dibawa ke rumah duka,” ujarnya.
Polisi segera melakukan pengamanan di area pantai, mengimbau pengunjung untuk menjauhi bibir pantai dan tidak berenang.
“Kami sudah sering sekali mengimbau masyarakat, terutama saat liburan, untuk berhati-hati. Kalau ada imbauan dilarang berenang, jangan dilanggar,” pungkas AKP Heru, suaranya sarat keprihatinan.
Senin kelabu di Paseban menjadi pengingat pahit akan ganasnya ombak selatan. Di balik keindahan pantai, tersimpan bahaya yang selalu mengintai. Sundrik Yuliadi, seorang ayah pemberani, menjadi korban sekaligus pahlawan.
Namanya akan selalu dikenang sebagai sosok yang rela mengorbankan nyawa demi keselamatan keluarganya. Tragedi ini adalah alarm keras bagi kita semua: liburan pantai selatan bukan tanpa risiko. Kewaspadaan dan kepatuhan terhadap imbauan keselamatan adalah kunci, agar kebahagiaan liburan tidak berakhir dengan air mata dan penyesalan (mam/dnv).