Beranda

Skandal Ompreng MBG Impor China: BPOM Selidiki Dugaan Kandungan Minyak Babi dan Bahaya Mangan

Skandal Ompreng MBG Impor China: BPOM Selidiki Dugaan Kandungan Minyak Babi dan Bahaya Mangan
Ilustrasi tumpukan ompreng stainless steel yang dikemas dengan label samar dan logo SNI palsu untuk program MBG (Ist)

BPOM tengah menguji ompreng impor China yang diduga mengandung minyak babi (lard) dan material berbahaya (stainless steel tipe 201) untuk program Makan Bergizi Gratis.

INDONESIAONLINE – Sebuah bayangan keraguan kembali menyelimuti program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas pemerintah. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tengah serius menguji ompreng impor asal China yang rencananya akan digunakan dalam program vital ini.

Dugaan adanya kandungan minyak babi (lard) serta risiko keamanan dari bahan berbahaya menjadi perhatian utama, memicu rekomendasi BPOM untuk menunda penggunaan ompreng tersebut hingga hasil uji laboratorium resmi dirilis.

Kepala BPOM, Taruna Ikrar, dengan tegas menyatakan bahwa pihaknya telah bergerak cepat menyikapi isu ini. “Kita sudah usulkan semuanya ke BGN, dan saya kira sudah ditindaklanjuti, jadi tidak usah ragu,” ungkap Taruna usai rapat krusial dengan Komisi IX DPR di kompleks parlemen, Senayan, Rabu (3/9/2025).

Pernyataan ini menegaskan komitmen BPOM untuk tidak berkompromi dalam hal keamanan dan kehalalan pangan masyarakat.

Proses Uji Laboratorium yang Transparan: Menguak Fakta di Balik Isu

Taruna menjelaskan bahwa BPOM telah menerima sejumlah sampel ompreng dan saat ini tengah dianalisis secara mendalam di Balai Besar Jakarta, tepatnya di pusat pengujian obat dan makanan. Ini bukan sekedar pengukuran permukaan, melainkan penyelidikan menyeluruh untuk memastikan setiap aspek keamanan.

“Pengujiannya sedang berlangsung. Kalau hasilnya positif, akan kami umumkan positif. Kalau negatif, akan kami umumkan negatif. Jadi sekarang ini isu baru, makanya omprengnya kami tes, baik dengan tes usap maupun uji laboratorium yang lebih mendalam,” jelasnya, menjanjikan transparansi penuh kepada publik.

BPOM menekankan bahwa hasil uji akan menjadi penentu apakah ompreng ini aman dan layak digunakan.

Laporan Investigasi IBP: Titik Awal Kekhawatiran

Isu mengenai ompreng kontroversial ini pertama kali disebutkan melalui laporan investigasi mendalam dari Indonesia Business Post (IBP). Laporan tersebut mengungkap temuan mengejutkan dari wilayah Chaoshan, Provinsi Guangdong, Cina, yang dikenal sebagai sentra produksi ompreng makanan global. Sekitar 30-40 pabrik di sana diperkirakan memproduksi ompreng yang kemudian masuk ke Indonesia untuk program MBG.

Yang lebih mengesankan, laporan IBP menyoroti dugaan pemalsuan label ‘Made in Indonesia’ serta penggunaan logo SNI palsu pada produk ompreng tersebut. Material yang digunakan, stainless steel tipe 201, menjadi sorotan tajam. Kekhawatiran muncul karena tipe ini disinyalir memiliki kandungan mangan tinggi, yang berpotensi tidak aman, terutama saat bersentuhan dengan makanan bersifat asam.

Puncak dari kekhawatiran ini adalah indikasi penggunaan minyak babi (lard) dalam proses produksi, baik pada ompreng berbahan tipe 201 maupun tipe 304. Jika terbukti benar, hal ini tentu akan menimbulkan masalah kehalalan yang serius bagi sebagian besar penduduk Indonesia.

Bahaya Tersembunyi Stainless Steel Tipe 201: Ancaman bagi Kesehatan

Pakar kesehatan telah lama memperingatkan tentang perbedaan signifikan antara stainless steel tipe 201 dan tipe 304. Tipe 201 memiliki kadar mangan yang jauh lebih tinggi. Mangan, meskipun esensial dalam jumlah kecil, dapat menjadi racun jika terpapar dalam dosis berlebihan, terutama jika terjadi migrasi logam ke makanan.

“Jika digunakan untuk wadah makanan, terutama yang bersifat asam seperti saus tomat atau buah-buahan, ada potensi migrasi logam ke dalam makanan,” jelas seorang pakar, menyoroti risiko penggunaan dalam skala besar seperti program MBG.

Dalam jangka panjang, konsumsi mangan secara berlebihan dapat memicu serangkaian risiko kesehatan serius:

  • Gangguan saraf yang menunjukkan gejala mirip Parkinson.

  • Kerusakan hati dan ginjal akibat akumulasi logam berat dalam tubuh.

  • Masalah pencernaan jika terjadi paparan terus-menerus dalam dosis kecil.

Mengingat potensi dampak yang serius ini, penggunaan stainless steel tipe 201 untuk makanan seharusnya bersifat ketat dan sangat tidak disarankan untuk program pangan massal yang menyasar anak-anak.

Menanti Hasil Uji dan Penegasan Keamanan

BPOM menegaskan komitmennya untuk menyampaikan hasil uji secara terbuka kepada publik. “Kalau dia positif, kita umumkan positif. Kalau negatif, kita umumkan negatif,” tegas Taruna, menjamin bahwa tidak akan ada yang menutupi.

Transparansi ini krusial untuk menjaga kepercayaan masyarakat dan memastikan keamanan program pemerintah.

Program Makan Bergizi Gratis sendiri merupakan inisiatif pemerintah yang bertujuan mulia untuk meningkatkan gizi masyarakat, khususnya anak sekolah. Namun temuan dan dugaan ini telah memicu desakan dari berbagai pihak agar pemerintah lebih berhati-hati dan berhati-hati dalam memilih serta menggunakan peralatan makan.

Aspek keamanan, kebersihan, dan terutama kehalalan, harus menjadi prioritas utama demi keberhasilan dan keinginan program ini. Masyarakat menantikan kepastian dari BPOM, demi masa depan gizi anak bangsa yang lebih baik dan aman. (ina/dnv).

Exit mobile version