INDONESIAONLINE – Sukirno (55) Koordinator Pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Dusun Rejoso, Desa Junrejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu membeberkan perkembangan Kampung UMKM Rejoso yang merupakan sentra UMKM sejak puluhan tahun silam. 

Menurut Sukirno yang juga pemilik galeri Tohu Srijaya ini, sentra UMKM di kawasan Kampung UMKM Rejoso ini sudah ada sejak 1960-an yang didominasi dengan perajin cobek batu. 

“Dulu sekitar tahun 1960-an di sini banyak perajin cobek batu dan alat dapur lainnya. Lalu produknya dijual sendiri sampai ke luar kota,” ujar Sukirno kepada JatimTIMES.com, Jumat (24/2/2023). 

Sukirno pun mengaku, saat ini dirinya merupakan generasi ketiga pelaku UMKM di Kampung UMKM Rejoso. 2010, Sukirno mengatakan, di Kampung UMKM Rejoso terdapat 90 pelaku UMKM. Namun, seiring perkembangan zaman serta perkembangan ekonomi yang cenderung fluktuatif, alhasil memasuki 2023 pelaku UMKM di Kampung UMKM Rejoso tersisa 35 pelaku UMKM.

“Saat ini, di Kampung UMKM Rejoso terdapat 35 pelaku UMKM, 50 persen kriya dan handicraft. 50 persen sisanya olahan makanan dan minuman,” jelas Sukirno. 

Pria yang pada tahun 2013 lalu sempat mengikuti Forum Masyarakat Ekonomi Asean ini menyebutkan, seiring berjalannya waktu banyak pelaku UMKM yang menutup usahanya. Menurutnya, hal itu dikarenakan kurang bisa adaptasi dengan kondisi dan keinginan konsumen. 

Baca Juga  Ini Tantangan Perkembangan Ekonomi Jatim di 2023, Deputi BI Malang Beber 4 Key Strategis Penguatan

“Yang bertahan mereka yang bisa beradaptasi dengan pasar, artinya ini terkait inovasi,” tutur Sukirno. 

Produk UMKM.

Pengusaha asli Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang ini pun kemudian membeberkan perjalanan usahanya dalam menekuni UMKM sejak 1997 di bidang kriya kayu bersama galeri bernama Tohu Srijaya. Di mana banyak peralatan dapur berbahan dasar kayu yang dihasilkan. 

Sukirno mengatakan, butuh sosok-sosok yang adaptif di tengah kemajuan teknologi dan beragamnya permintaan konsumen. Terlebih lagi, saat ini juga banyak produk-produk luar negeri yang masuk ke Indonesia. 

Menurutnya, sebagai pelaku UMKM harus bisa terus berinovasi dan beradaptasi dalam mengembangkan usahanya. Alhasil, Tohu Srijaya pun tidak berhenti di peralatan dapur, namun terus berinovasi dan berupaya untuk memenuhi keinginan pasar. 

“Kalau alat dapur itu kita tetap bikin, tapi kita juga berinovasi seperti membuat kotak tisu, kotak perhiasan, terus waktu zaman Covid-19 dan vaksin saya juga menerima pesanan untuk kotak vial vaksin,” jelas Sukirno. 

Produk UMKM.

Dirinya pun bersyukur, kini Tohu Srijaya dapat mempekerjakan 25 orang pegawai. Di mana dalam menghasilkan 500 produk olahan kayu dibutuhkan waktu sekitar satu pekan dengan tenaga 25 orang pegawai. 

Terdapat beberapa produk yang dihasilkan berbahan dasar kayu, seperti kotak tisu, kotak perhiasan, peralatan dapur, sendok madu dengan bahan dasar kayu mahoni, tempat pisau, tempat piring, meja mengaji, kotak vaksin, tempat pajangan produk, tempat piring, gelas, mangkuk, dan lain-lain. 

Baca Juga  OVOP di Desa Kendalrejo, Bupati Blitar Beri Support Pengrajin Furniture Custom Naik Kelas

Untuk harga yang dipatok Sukirno, mulai yang puluhan ribu, hingga ratusan ribu rupiah. Pesanan pun kerap kali datang dari pengusaha maupun perhotelan yang berasal dari Jawa Timur, DKI Jakarta, Jawa Tengah hingga Bali. 

Aries.

Lebih lanjut, Sukirno menyampaikan bahwa Kampung UMKM Rejoso sudah menjadi kawasan wisata edukasi. Di mana dalam satu bulan, pasti ada kunjungan dari instansi pemerintahan maupun dari instansi pendidikan. 

“Sebulan ada saja yang datang, tiga sampai empat kali yang datang rombongan biasanya. Kemarin lusa Pak Pj Wali Kota Batu juga baru saja kesini bersama rombongan. Semua tercatat di buku tamu ini,” terang Sukirno. 

Sementara itu, Penjabat (Pj) Wali Kota Batu Aries Agung Paewai meminta kepada Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait untuk membantu para pelaku UMKM untuk memaksimalkan potensinya. 

Kampung UMKM Rejoso yang berada di wilayah Kecamatan Junrejo merupakan salah satu sentra UMKM yang jika terus dikembangkan berpotensi menjadi role model wisata edukasi bagi daerah lain di Indonesia. 

“Bagaimana jika anak SD, SMP, SMA dibawa ke sentra UMKM itu. Bisa juga ketika ada yang studi banding ke Kota Batu, diajak ke sentra UMKM tersebut. Sehingga mereka tahu proses produksi UMKM Kota Batu,” tandas Aries.