Kemenangan Persib Bandung atas Bhayangkara FC memangkas jarak poin dengan Borneo FC. Bojan Hodak bedah peta persaingan Super League 2025 jelang duel panas lawan Persija.
INDONESIAONLINE – Dominasi absolut Borneo FC Samarinda di kasta tertinggi sepak bola Indonesia, Super League musim 2025/2026, mulai runtuh. Apa yang tadinya terlihat sebagai one-horse race atau pacuan tunggal menuju gelar juara, kini berubah menjadi medan pertempuran terbuka yang sengit.
Persib Bandung, sang Pangeran Biru, secara efektif mengirimkan sinyal bahaya ke Samarinda usai menaklukkan Bhayangkara FC dengan skor meyakinkan 2-0 di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Minggu (21/12/2025).
Kemenangan pada pekan ke-15 ini bukan sekadar tambahan tiga poin, melainkan sebuah pernyataan taktis bahwa peta kekuatan papan atas sedang bergeser.
Momentum Maung Bandung, Tekanan Pesut Etam
Hingga pertengahan semester pertama musim ini, Borneo FC tampak tak tersentuh dengan rekor 11 kemenangan beruntun—sebuah anomali statistik yang jarang terjadi di liga Indonesia yang terkenal ketat. Namun, Desember 2025 menjadi bulan kelabu bagi skuad asuhan Pieter Huistra.
Setelah rekor sempurnanya dipatahkan oleh Bali United dan kemudian diperburuk oleh kekalahan head-to-head melawan Persib, Borneo FC kembali terpeleset. Pada pekan yang sama saat Persib berpesta di GBLA, Borneo FC dipaksa bermain imbang oleh Persebaya Surabaya di Gelora Bung Tomo.
Akumulasi hasil ini membuat selisih poin di klasemen menipis drastis. Borneo FC kini mengoleksi 34 poin, hanya terpaut satu kemenangan (3 poin) dari Persib Bandung yang mengintai di posisi kedua dengan 31 poin. Situasi ini menciptakan tekanan psikologis yang nyata bagi pemuncak klasemen.
Analisis Bojan Hodak: Uang vs Konsistensi
Pelatih Persib Bandung, Bojan Hodak, menyambut situasi ini dengan pragmatisme khas pelatih Eropa Timur. Meski timnya sempat struggling di awal musim akibat transisi taktik, Hodak berhasil mengembalikan mentalitas juara ke dalam skuad.
Dalam sesi konferensi pers pasca-laga, Hodak memberikan analisis mendalam mengenai peta persaingan yang menurutnya “normal namun mengejutkan”.
Hodak menyoroti peran kekuatan finansial dalam membentuk papan atas. Ia tidak terkejut melihat Persija Jakarta dan Malut United berada di jalur persaingan juara.
“Sebelum musim dimulai, saya pernah berkata Persija dan Malut akan berada di papan atas. Malut dan Persija mengeluarkan uang paling banyak (untuk belanja pemain) dan itu membuat mereka ada di sana, itu normal,” ujar Hodak transparan.
Namun, ia memberikan kredit khusus kepada Borneo FC. Bagi Hodak, apa yang dilakukan Borneo adalah sebuah kejutan karena mereka mampu membangun konsistensi tingkat tinggi meski secara nilai pasar (market value) mungkin tidak seagresif Malut United atau Persija dalam bursa transfer.
“Mungkin Borneo yang sedikit mengejutkan saya,” akunya.
Faktor Kelelahan Kompetisi Asia
Satu aspek menarik yang diangkat Hodak dalam analisis Depthnews kali ini adalah dampak kompetisi kontinental terhadap performa domestik. Ia mencontohkan Dewa United, tim bertabur bintang yang diprediksi menjadi kandidat juara namun kini tercecer.
Menurut Hodak, Dewa United mengalami sindrom yang sama dengan Persib: kelelahan akibat membagi fokus antara Super League dan AFC Challenge League. Jadwal padat, perjalanan jauh, dan rotasi pemain yang terbatas menjadi musuh tak kasat mata.
“Saya mengira Dewa juga (ada di papan atas). Tapi dengan beberapa alasan, Dewa yang seperti kami bermain di kompetisi Asia, karena itu mereka cukup kelelahan di liga lokal. Sama seperti ketika kami bermain melawan Malut United di Ternate, seolah tidak bisa berjalan,” urai pelatih berkepala plontos tersebut.
Analisis ini memvalidasi betapa krusialnya kedalaman skuad (squad depth) dan sport science dalam mengarungi musim 2025/2026 yang padat. Persib tampaknya mulai menemukan ritme adaptasi tersebut, sementara kompetitor lain masih mencari formula yang pas.
Menatap Januari: “El Clasico” Penentu
Dengan jarak yang hanya 3 poin, setiap pekan kini menjadi final. Mata publik sepak bola nasional kini tertuju pada Januari 2026, di mana duel klasik antara Persib Bandung melawan Persija Jakarta akan tersaji.
Jika Persija Jakarta—yang juga sedang dalam tren positif—mampu memenangkan laga tunda mereka melawan Semen Padang, maka persaingan papan atas akan melibatkan tiga tim (Borneo, Persib, Persija) dengan selisih poin yang sangat rapat. Laga Persib vs Persija nanti bukan lagi sekadar gengsi kedaerahan, tetapi berpotensi menjadi laga penentu siapa yang layak duduk di singgasana puncak klasemen.
“Jadi ini menjadi liga yang menarik hingga akhir,” tutup Hodak dengan senyum penuh arti.
Bagi Persib, kemenangan atas Bhayangkara FC adalah kunci pembuka pintu juara. Kini, bola panas ada di tangan Borneo FC: apakah mereka mampu menahan beban mental sebagai pemuncak, atau akan tergelincir oleh auman Maung Bandung yang kian dekat di spion mereka? Super League 2025/2026 baru saja memasuki babak paling dramatisnya.











