Oleh : M. Bahrul Marzuki

Surat terbuka ini ditujukan kepada Bapak Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal (Pol) Fadil Imran yang saat ini menyandang pangkat bintang dua di pundak.

Apakah ada kaitan dengan kasus kematian Brigadir Nofriansyah Yousua Hutabarat ( Brigadir ‘J’…..red) yang diduga tewas tertembak atas perintah Irjen (Pol) Fredy Sambo? Bisa dibilang tidak, bisa dibilang iya juga.

Namun, secara moralitas dan tugas pokok fungsi jelas bahwa kewajiban kepolisian adalah memberantas kejahatan. Jika Polri tentu saja harus memburu kejahatan di segala penjuru Republik Indonesia tercinta ini.

Maka sudah sepatutnya kejahatan dijadikan musuh. Bukan sebaliknya, yaitu diajak untuk berkawan. Karena ini tentu bertolak belakang dengan visi dan misi kepolisian untuk memberantas kejahatan di Bhumi Nusantara ini.

Khusus untuk bapak Fadil Imran, karena merupakan Kapolda Metro Jaya maka saya memberi dukungan untuk memberantas kejahatan di wilayah hukumnya Jakarta Raya. Utamanya yang meresahkan masyarakat yaitu tiga Cepu (Curat, Curas dan Curanmor).

Tapi belakangan ini yang menjadi isu hot di masyarakat dan netizen dunia maya adalah tentang beredarnya video Bapak Fadil Imran berpelukan dengan Irjen Ferdy Sambo.

Namun, saat video itu direkam status dari Irjen FS bukan seperti sekarang yang sudah menyandang status tersangka.

Baca Juga  Teguran Keras Kemenag Dilayangkan ke Pesawat Garuda Pengangkut CJH

Dan juga saya garis bawahi di sini, saya tak berani menyebut Irjen FS adalah seorang pelaku pidana atau penjahat. Karena perkaranya masih dalam proses dan belum ada keputusan dari majelis hakim di pengadilan. Dan jikapun sangkaan pembunuhan adalah masih sebatas dugaan saja, karena normatifnya demikian memang.

Kembali lagi sebagai seorang wartawan saya melihatnya masih sebuah sebatas kewajaran dalam video tersebut. Saya melihat jiwa korsa sesama lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) tentu yang membuat Bapak Fadil Imran merasa iba terhadap kasus yang membelit yuniornya Irjen FS, sehingga kemudian memeluknya.

Tapi belakangan ini saya mengalami sedikit perbedaan sudut pandang sejak Irjen FS akhirnya ditetapkan sebagai tersangka yang diumumkan langsung oleh Bapak Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo (LSP).

Timbul beribu pertanyaan di dalam benak saya? Apakah waktu pertemuan bapak Fadil Imran dengan Irjen FS sudah mendengar cerita yang sebagai mana disebutkan pak Kapolri. Yakni, bahwa tidak ada peristiwa tembak menembak. Dan yang ada adalah penembakan.

Atau waktu itu bapak Fadil Imran memilih diam saja? Karena biasanya polisi apalagi dengan latar belakang reserse yang dimiliki Bapak Fadil Imran tentu sudah tahu apa yang akan dilakukan. Yakni, melakukan pulbaket (pengumpulan bahan keterangan) awal. Wallahu’alam.

Baca Juga  Lampung Bangun Jalan bak Cerita Roro Jonggrang Begitu Jokowi Dikabarkan Bakal Berkunjung

Dalam hal ini tentu saya tak mau mengajari ikan berenang. Karena dalam mengungkap kejahatan polisi lebih canggih dari pada saya yang orang awam ini.

Sekilas bapak Fadil Imran yang pernah bertugas di Jawa Timur sebagai Kapolda ini beberapa kali saya memang pernah bertemu.

Kata orang Jawa Timur pak Fadil ini adalah sosok yang grapyak dan humoris. Walaupun kadang tegas terutama kepada anak buah. Dahulu ada Kapolsek yang tertidur pas diajak rapat saja hampir dicopot.

Bapak Fadil Imran ini sebelumnya juga diprediksi kuat bakal melenggang sebagai the next Tribrata 1 atau Kapolri, karena tinggal dua tangga saja yang harus dilalui. Yakni, jadi jenderal bintang tiga dengan menjabat Kabareskrim dan puncaknya tentu adalah pimpinan Polri dengan bintang empat.

Karir seperti ini sama seperti sebelumnya yang dilalui oleh Jenderal Ildham Aziz yang juga sesama Perwira Tinggi asal Sulawesi. Yaitu, dari Kapolda Metro Jaya, lanjut Kabareskrim dan puncaknya jadi Kapolri di tahun 2019.

Namun, dengan adanya kasus ini patut dilihat nanti? Apakah Bapak Fadil Imran bisa mengulang prestasi serupa yang sebelumnya sudah diukir oleh Jenderal Ildham Aziz ataukah tidak.

Penulis adalah wartawan Jatimtimes di Surabaya