Beranda

Tangis di Silo: Misteri Pembunuhan Faton (6) Terkuak

Tangis di Silo: Misteri Pembunuhan Faton (6) Terkuak
Ilustrasi kekerasan pada anak di bawah umur yang mengakibatkan kematian yang terjadi di Jember, Jatim (Ist)

INDONESIAONLINE – Senyap Dusun Sumbersari Pakem, Desa/Kecamatan Silo, Jember pecah oleh tangis pilu. Faton, bocah berusia enam tahun yang sebelumnya dikabarkan hilang bak ditelan bumi, ternyata tak diculik. Kebenaran pahit terungkap dari bibir Alfin (25) pemuda desa tetangga yang semula diduga hanya saksi mata, justru menjadi pelaku tragis dalam kisah ini.

Minggu pagi kelabu itu (9/2/2025), R (23) ibu Faton berangkat ke rumah Alfin. Bukan untuk bertamu, melainkan membantu hajat tetangga yang juga kerabat Alfin.

Faton kecil turut serta, bermain di sekitar rumah tanpa menyadari takdir kelam yang mengintai. Di tengah kesibukan dapur, Faton kecil merengek lapar, tangisnya memecah keheningan rumah.

Alfin, yang konon tak sabar menghadapi rengekan anak kecil, berniat mengantarkan Faton pulang ke Silo. Namun, dalam perjalanan singkat itu, pikiran gelap merasuki benaknya.

“Dalam perjalanan mengantar korban, pelaku berubah pikiran,” terang Lukman, salah satu warga yang turut mengamankan Alfin, seolah mengulang pengakuan getir pelaku.

Gunung Pagu dengan pekarangan sepi milik orang tua Alfin dekat reruntuhan pabrik Sampoerna, menjadi saksi bisu tragedi. Di sanalah, di tengah sunyinya alam, kekerasan tak terperi terjadi.

Dada mungil Faton dihantam pukulan keras, dua kali bertubi-tubi hingga tubuh kecil itu terjerembab ke tanah. Tangis yang semula merengek lapar berubah menjadi jeritan ketakutan.

Di gubuk reyot di pekarangan itu, Alfin mencoba ‘menenangkan’ Faton yang semakin histeris. Namun, ketika bocah itu mulai mereda dan berlarian kecil, kemarahan kembali meledak. Kejar-kejaran singkat berujung pukulan mematikan di dada dan punggung Faton.

Nyawa bocah tak berdosa itu melayang di pekarangan sunyi.

Panik dan kalap, Alfin mencari cara menghilangkan jejak kejahatannya. Zak bekas pupuk di gubuk menjadi kain kafan dadakan bagi Faton. Jasad mungil itu dikubur tergesa-gesa, hanya 60 cm di bawah tanah pekarangan.

Pukul 13.00 WIB, Alfin pulang, meninggalkan jejak noda darah dan rahasia kelam di Gunung Pagu. Kemudian, ia pun menghilang, menambah misteri hilangnya Faton.

Sore menjelang malam, R pulang ke rumah, mencari Faton yang tak berjejak. Kepanikan melanda, media sosial dan grup WhatsApp ramai dengan pengumuman anak hilang. Pencarian besar-besaran pun dimulai, warga, polisi, dan TNI bahu-membahu menyisir setiap sudut desa.

Hingga Kamis siang, titik terang muncul. Alfin ditemukan, diamankan, dan diinterogasi. Pengakuan mengerikan itu akhirnya terucap, membuka tabir kebohongan dan mengantarkan polisi ke lokasi terkuburnya Faton.

Malam itu, di tengah kerumunan warga yang berduyun-duyun datang, evakuasi jasad Faton dilakukan. Tim Inafis Polres Jember diterjunkan, membawa jenazah bocah malang itu ke Rumah Sakit Soebandi untuk autopsi. Kabar penangkapan Alfin, yang sempat diwarnai amarah warga hingga nyaris main hakim sendiri, mengguncang Desa Garahan. Rumor keji beredar, menyebut Faton dikubur hidup-hidup.

Kasatreskrim Polres Jember AKP Anggariatma masih menunggu hasil autopsi untuk memastikan penyebab pasti kematian Faton.

“Kami masih melakukan pengecekan dan pendalaman dengan proses autopsi. Untuk hasilnya nanti kita akan rilis updatenya lebih lanjut,” ujarnya kepada wartawan.

Alfin kini meringkuk di sel tahanan Polres Jember, menunggu proses hukum selanjutnya. Polisi juga masih mengembangkan penyelidikan, mencari kemungkinan adanya pihak lain yang terlibat dalam tragedi memilukan ini.

Di Dusun Sumbersari Pakem, tangis masih belum reda. Misteri ‘penculikan’ Faton telah terpecahkan, namun kebenaran yang terungkap justru lebih pahit dan menyakitkan. Seorang anak kecil meregang nyawa di tangan orang dewasa, di tengah kesunyian pekarangan, meninggalkan luka mendalam bagi keluarga dan seluruh desa (mam/dnv).

Exit mobile version