INDONESIAONLINE – Ulah wartawan abal-abal di Kabupaten Gresik sudah sangat meresahkan. Khususnya bagi para narasumber. Mereka kerap menjadi korban pengancaman hingga pemerasan.
Tidak hanya itu. Wartawan yang bekerja sesuai dengan kode etik jurnalistik dan terverifikasi Dewan Pers juga kena ‘getahnya’. Termasuk Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Gresik.
Atas kegelisahan itu, Persatuan Wartawan Indonesia Kabupaten Gresik bersinergi dengan Asosiasi Kepala Desa (AKD) di Kabupaten Gresik akan menggelar Lokakarya Jurnalistik. Rencananya kegiatan juga dihadiri Dewan Pers.
Tujuan lokakarya ini, agar seluruh kepala desa di Gresik mengerti kinerja wartawan yang sebenarnya dan bekerja sesuai dengan kode etik jurnalistik sehingga terhindar dari wartawan abal-abal. Kegiatan akan digelar di salah satu hotel di Gresik pada Senin (8/8/2022) mendatang.
Kegiatan itu selain dihadiri lansung Dewan Pers, juga ada Polres Gresik dan Kejaksaan Negeri (Kejari) Gresik sebagai narasumber.
Menurut data Dewan Pers tahun 2020, terdapat 47 ribu media. Terdiri dari 43.300 media online dan 3.000 media cetak. Namun yang tercatat sebagai media profesional yang lolos terverifikasi Dewan Pers hanya 1.461 perusahaan pers.
Di Kabupaten Gresik sendiri masih banyak media dan wartawan abal-abal yang meresahkan. Perilakunya tidak sesuai norma dan kode etik jurnalistik.
Salah satu contohnya, wartawan abal-abal menggunakan kartu identitas sesuai kebutuhan, tidak tersertifikasi Dewan Pers. Mereka biasanya tidak memiliki kemampuan jurnalistik dan datang secara berombongan.
Mereka kebanyakan berasal dari luar kota. Lalu datang ke desa-desa mengancam narasumber. Meminta uang dalam jumlah tertentu hingga mengancam akan melaporkan narasumber ke aparat penegak hukum (APH).
Tak ayal, banyak narasumber yang merasa ‘takut’ dan terancam karena ulah wartawan abal-abal tersebut. Wartawan abal-abal paling banyak ditemukan menyasar kepala desa (kades), kepala sekolah, pengusaha dan pejabat di lingkungan Pemkab Gresik.
“Ini mengundang keprihatinan kami di PWI Gresik. Sebagai organisasi konstituen Dewan Pers, PWI Gresik menggandeng Dewan Pers memberikan edukasi kepada kepala desa yang tergabung dalam AKD untuk menghadapi fenomena wartawan dan media abal-abal yang selalu meresahkan,” ujar Ketua PWI Gresik Ashadi Iksan.
Ashadi juga menyebut, akibat wartawan abal-abal, media yang sudah terverifikasi dan terdaftar di Dewan Pers banyak juga kena ‘getah’nya. Termasuk PWI Gresik dan profesi wartawan itu sendiri di mata masyarakat.
“Ini tidak boleh dibiarkan. Kepala desa harus berani melawan. Tidak usah lagi takut ancaman dari wartawan abal-abal. Kami dari PWI Gresik siap membantu,” tandas Ashadi.
Ketua Panitia Lokakarya Jurnalistik PWI Gresik Amin Alamsyah menambahkan, kegiatan ini juga menghadirkan Kejaksaan Negeri Gresik dan Polres Gresik. Lokakarya akan dibuka langsung Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani.
“Agar kepala desa lebih berani lagi. Karena jelas berbeda UU Pers dengan tindak pidana umum,” kata pria yang akrab disapa Aam ini.
Dalam acara tersebut juga dilakukan pembacaan nota kesepahaman PWI Gresik, AKD Gresik, Dewan Pers, Polres Gresik dan Kejari Gresik.