INDONESIAONLINE – Duka atas kepergian tragis dr. Aulia Risma Lestari, peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Universitas Diponegoro (Undip) yang diduga akibat bunuh diri, menyingkap tabir gelap di balik pendidikan kedokteran. Berbagai kesaksian tentang perundungan dan senioritas di lingkungan PPDS pun bermunculan, mengundang keprihatinan publik.
Sejumlah dokter dengan akun anonim di media sosial, mulai berani membagikan pengalaman pahit mereka selama menjalani PPDS. Kisah pilu tentang eksploitasi, mulai dari tugas-tugas personal seperti mencuci pakaian dalam senior hingga paksaan finansial seperti membayar makan senior, sontak viral di jagat maya.
Drg. Mirza, seorang dokter gigi yang aktif di media sosial, turut mengunggah ulang beberapa pesan anonim dari para dokter PPDS yang menjadi korban perundungan. Salah satu pesan memilukan menggambarkan tugas mencuci pakaian dalam senior, sebuah realitas miris yang seharusnya tak terjadi di dunia pendidikan, apalagi di profesi mulia seperti kedokteran.
“Ngambil laundry senior, antar jemput anak sekolah seniornya, jadi pengasuh anak senior dan konsulen. Nyuciin seragam futsal seniornya. Bahkan sampai nyuci pakaian dalam seniornya. Luar biasa memang pendidikan spesialis di Indonesia, luar biasa,” tulis drg. Mirza, mengutip pesan yang diterimanya.
Sebelumnya, nama dr. Prathita Amanda Aryani, seorang dokter PPDS Bedah Undip, juga terseret dalam pusaran kasus ini. Pernyataan kontroversialnya yang terkesan membantah adanya tekanan mental di PPDS Bedah Undip justru memicu gelombang protes.
Tak lama berselang, bukti dugaan tindakan senioritas yang dilakukan dr. Prathita tersebar luas di media sosial. Tangkapan layar percakapan grup WhatsApp memperlihatkan pesan diduga dari dr. Prathita yang memaksa juniornya untuk makan nasi padang lima bungkus per orang dengan diiringi kata-kata kasar dan merendahkan.
Kasus ini menjadi tamparan keras bagi dunia pendidikan kedokteran di Indonesia. Dibutuhkan langkah tegas dan sistemik untuk memberantas budaya senioritas dan menciptakan lingkungan belajar yang sehat dan mendukung bagi para calon dokter spesialis.
Publik pun menuntut transparansi dan akuntabilitas dari pihak universitas dalam mengusut tuntas kasus ini dan memberikan sanksi tegas kepada pelaku (bn/dnv).