Beranda

UIN Malang Dorong Kurikulum Hijau, Wujudkan Pendidikan Islam Responsif Krisis Iklim

UIN Malang Dorong Kurikulum Hijau, Wujudkan Pendidikan Islam Responsif Krisis Iklim
Wakil Rektor II Bidang Administrasi Umum, Perencanaan, dan Keuangan  UIN Maliki Malang Dr Zainal Habib MHum (kiri) menyerahkan cenderamata kepada Dadi Darmadi. (foto: uin maliki malang)

INDONESIAONLINE –  Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang berkolaborasi dengan PPIM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Greenpeace Indonesia mengadakan kegiatan Capacity Building dalam upaya memperkuat literasi lingkungan di kalangan akademisi. Tajuk yang diangkat adalah “Dari Iman ke Aksi: Ulama dan Kurikulum Hijau di PTKI untuk Pendidikan Islam yang Responsif terhadap Krisis Iklim”.

Acara tersebut berlangsung  Senin 3 November 2025 di ruang meeting lantai 3 Gedung Ir Soekarno UIN Maliki dan diikuti dosen rumpun agama serta dosen PPKn di lingkungan UIN Malang.

Wakil Rektor II Bidang Administrasi Umum, Perencanaan, dan Keuangan  UIN Maulana Malik Ibrahim Dr Zainal Habib MHum secara resmi membuka kegiatan itu. Dalam sambutannya,  Zainal Habib menyampaikan apresiasi atas kerja sama yang terjalin antara LP2M UIN Malang, PPIM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Greenpeace Indonesia. Dia menilai hal tersebut sebagai langkah positif dalam menguatkan kesadaran lingkungan di perguruan tinggi Islam.

Zainal Habib menegaskan bahwa isu lingkungan hidup harus mendapat perhatian serius dalam pengembangan kurikulum pendidikan Islam.
“Islam tidak hanya mengajarkan ibadah yang bersifat ritual, tetapi juga menekankan tanggung jawab manusia dalam menjaga Bumi. Karena itu, mengintegrasikan nilai-nilai lingkungan ke dalam pendidikan merupakan perwujudan nyata dari keimanan yang berorientasi pada aksi,” kata Zainal Habib.

Perwakilan Greenpeace Indonesia Rahma Shofiana SSi menjelaskan bahwa kegiatan ini berangkat dari hasil temuan di lapangan yang menunjukkan masih rendahnya literasi lingkungan di perguruan tinggi Islam. “Sejak tahun lalu, kami bersama PPIM mencoba memetakan bagaimana isu lingkungan diintegrasikan dalam kampus. Salah satu hasilnya, masih banyak dosen yang belum memiliki pengetahuan dasar memadai mengenai isu lingkungan,” ujarnya.

Rahma menegaskan bahwa kepedulian terhadap lingkungan bukan hanya tanggung jawab aktivis, tetapi juga bagian dari nilai keagamaan. “Kampus seharusnya melahirkan guru, imam, dan ulama yang turut berperan aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan,” tambahnya.

Sementara itu, fasilitator kegiatan Dadi Darmadi MA menyoroti pentingnya kontribusi akademisi dalam menghadapi krisis iklim yang kini melanda banyak negara di kawasan global south.
“Sebagai dosen, kita tidak hanya bertugas mengajar, tetapi juga membentuk karakter. Capacity building ini bukan semata akademik, melainkan juga berkaitan dengan aspek keagamaan, moral, dan inovasi lintas disiplin,” ungkapnya.

Dadi menekankan bahwa perguruan tinggi keagamaan Islam memiliki tanggung jawab moral untuk memperkuat jejaring dan memberikan respons nyata terhadap persoalan lingkungan.

Melalui kegiatan ini, UIN Malang menegaskan komitmennya dalam memperkuat kurikulum hijau di lingkungan pendidikan tinggi Islam. Kegiatan ini juga menjadi pengingat bahwa krisis iklim merupakan persoalan yang menyentuh ranah keagamaan, kemanusiaan, sekaligus akademik sehingga perlu dijawab secara kolaboratif dan berkelanjutan. (hsa/hel)

Exit mobile version