Beranda

UIN Maliki Malang Jembatani Pesantren dan Akademisi di Halaqah Akbar 2025

UIN Maliki Malang Jembatani Pesantren dan Akademisi di Halaqah Akbar 2025
Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Lembaga Pengembangan Prof. Abdul Hamid menyampaikan bahwa UIN Maliki Malang akan menyelenggarakan Halaqah Akbar yang menghadirkan 200 kiai dan Presiden Prabowo Subianto (jtn/io)

UIN Maulana Malik Ibrahim Malang bersama Ditjen Pesantren Kemenag RI akan menggelar Halaqah Akbar pada 27-28 November 2025, mempertemukan 200 kiai se-Jatim. Forum ini bertujuan memperkuat peran pesantren, dihadiri Presiden Prabowo Subianto.

INDONESIAONLINE – Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang kembali mengukuhkan perannya sebagai penghubung krusial antara ranah akademik dan tradisi pesantren. Akhir November 2025, kampus ini siap menjadi tuan rumah Halaqah Akbar yang akan menyatukan sekitar 200 kiai pengasuh pesantren dari seluruh Jawa Timur.

Acara akbar yang dijadwalkan berlangsung pada 27-28 November 2025 di Kampus 3 Ar-Rahim UIN Maliki Malang ini merupakan kolaborasi strategis dengan Direktorat Jenderal Pesantren Kementerian Agama RI. Lebih dari sekadar ajang silaturahmi, halaqah ini didesain sebagai platform penguatan peran fundamental pesantren dalam aspek pendidikan, dakwah, dan pemberdayaan masyarakat.

Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Lembaga Pengembangan UIN Maliki Malang, Prof. Abdul Hamid, menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari amanat resmi Ditjen Pesantren Kemenag RI untuk mempererat koordinasi antarpondok pesantren di Jawa Timur.

“Pertemuan ini bukan hanya soal silaturahmi, tapi juga upaya memperkokoh sinergi dan soliditas dunia pesantren agar tetap menjadi penjaga keutuhan NKRI,” ujar Prof. Hamid.

Momen ini kian istimewa dengan rencana kehadiran Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, yang dijadwalkan meresmikan Gedung Ar-Rahim. Gedung baru ini menjadi simbol komitmen UIN Maliki Malang dalam mengembangkan pusat studi Islam dan pesantren modern, merepresentasikan upaya transformasi UIN Malang dalam menjembatani nilai-nilai keilmuan dan spiritualitas khas pesantren ke ranah pendidikan tinggi.

Kementerian Agama, melalui Ditjen Pesantren, menyoroti tiga pilar penguatan utama yang menjadi esensi kegiatan ini. Pertama, peningkatan mutu pendidikan pesantren melalui penguatan kurikulum dan peningkatan kapasitas tenaga pendidik. Kedua, penguatan dakwah pesantren sebagai garda terdepan penyebaran Islam yang moderat, toleran, dan rahmatan lil ‘alamin. Ketiga, penguatan peran ekonomi pesantren agar mampu menjadi pusat pemberdayaan masyarakat dan peningkatan kesejahteraan umat.

Prof. Hamid optimistis bahwa sinergi antara pesantren dan perguruan tinggi semacam ini akan melahirkan ekosistem keislaman yang dinamis dan relevan. Ia mengistilahkan halaqah ini sebagai “strategi kebangsaan berbasis nilai-nilai pesantren”, sebuah langkah proaktif untuk memastikan pesantren tetap relevan menghadapi tantangan zaman tanpa kehilangan akar tradisi yang kokoh.

“Kami ingin halaqah ini menjadi momentum strategis, bukan seremonial. Pesantren harus tetap menjadi benteng moral bangsa, penjaga nilai, dan penggerak kemandirian umat,” tegasnya.

Dengan semangat tersebut, UIN Maliki Malang dan ratusan kiai yang hadir diharapkan dapat meneguhkan kembali posisi pesantren sebagai penopang moral dan sosial Indonesia, sekaligus membangun arah baru pendidikan Islam yang adaptif terhadap perkembangan zaman.

Exit mobile version