JATIMTIMES – Universitas PGRI Kanjuruhan Malang (Unikama), merupakan Kampus Multikultural. Sebab, para mahasiswa terdiri dari bermacam-macam suku dan budaya maupun daerah di Indonesia. Oleh karenanya, softskill yang harus dikuasai oleh para mahasiswa adalah kesadaran multikultural. 

Untuk itu, Laboratorium Konseling dan Testing Unikama melakukan “Pelatihan Kesadaran Multikultural” dengan para peserta mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah, melalui zoom meeting dengan pemateri Dr Khairul Bariyyah MPd, Kepala Pusat Pengembangan Karir dan juga Dosen BK Unikama.

“Tujuan pelatihan adalah, menyadari dan peka terhadap warisan budaya dalam menilai dan menghormati perbedaan.  Dan menyadari bagaimana latar belakang budaya, pengalaman dan sikap, nilai-nilai dan bisa mempengaruhi interaksi dengan orang lain,” jelas Dr Khairul Barriyah MPd.

Lebih lanjut dijelaskannya, terkadang ditemui seseorang yang merasa berbeda dengan orang lain. Lalu mengapa orang tersebut merasa atau tampak berbeda dengan diri kita?. Khairul menjelaskan, jika budaya tersebut mampu membentuk pribadi seseorang.

1

Seseorang akan menunjukkan sikap sebagaimana dia dibesarkan. Dan sikap tersebut juga mencakup sejumlah keyakinan dan prasangka mengenai orang lain (Oparah 2006).

Baca Juga  Tahun Ajaran Baru Dimulai, Bus Sekolah Kota Kediri Kembali Beroperasi

Dicontohkan, meskipun sama-sama berasal dari Madura atau daerah lainnya, tentunya sama-sama akan terdapat perbedaan. 

“Jadi mau tidak mau, meskipun anda lahir di Australia atau Amerika, tapi suku anda suku Madura, pasti ada budaya Madura yang akan melekat pada diri anda dan itu diajarkan secara turun temurun oleh nenek moyang maupun kakek nenek anda. Itu yang membentuk pribadi kita. Sadar tidak sadar itu akan tetap ada,” paparnya.

Disinilah diperlukan keterampilan kesadaran multikultural dalam berinteraksi dengan orang lain yang masing-masing punya budayanya sendiri. Lantas apa kesadaran multikultural? Kesadaran multikultural merupakan kemampuan mengenali berbagai perbedaan dan persamaan budaya serta kemampuan cara memandang perbedaan sebagai keberagaman.

“Artinya kita ini sadar, kita berbeda, namun kita tahu bagaimana memandang perbedaan ini,” jelasnya.

Lalu aspek dalam kesadaran multikultural, mampu memahami, menerima dan menghargai perbedaan. Aspeknya, mulai dari ras, jenis rambut, warna kulit, warna mata atau bentuk mata.
Kemudian ada aspek gender pria dan wanita, aspek pilihan agama, aspek budaya sendiri dan bahasa: pakaian, makanan khas, adat istiadat maupun cara pandang.

Baca Juga 
FEB Unisma Gelar International CEO TALK 'Leadership & Smart IT' Program International Inbound Mobility

“Kaum difabel juga masuk ke dalam aspek multikultural. Kemudian aspek geografis, aspek latar belakang usia maupun aspek sosial ekonomi. Itulah aspek yang harus kita sadari ketika berinteraksi dengan orang lain, bahwa setiap orang mungkin secara ras, agama, budaya dan yang lain beda,” tuturnya.

2

Kesadaran multikultural sendiri, mengandung tiga hal penting. Individu belum tentu dapat menyadari akan berbagai hal yang ada di lingkungannya. Meskipun individu itu dapat melihat dan memperhatikan obyek-obyek sosial di sekitarnya.

Kedua, kesadaran akan terbentuk setelah individu memberikan pemaknaan terhadap aspek budaya sekitarnya secara afeksi. Dan yang ketiga, seseorang akan menunjukkan sikap sebagai mana dia dibesarkan, dan sikap tersebut juga mencakup sejumlah keyakinan dan prasangka mengenai orang lain.



Anggara Sudiongko