JATIMTIMES – Pemerintah Kota (Pemkot) Malang memutuskan untuk menggelar Pembelajaran Tatap Muka (PTM) maksimal 50 persen. Keputusan itu diambil meski kenaikan angka Covid-19 yang terjadi di Kota Pendidikan ini salah satunya disebabkan oleh klaster lembaga pendidikan.

Keputusan ini pun menuai tanggapan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Malang, khususnya jajaran Anggota Komisi D Bidang Kesejahteraan Rakyat yang meliputi pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, kepustakaan, kebudayaan dan pariwisata, ketenagakerjaan kepemudaan dan olahraga, agama, sosial, kesehatan dan keluarga berencana, peranan wanita, perlindungan anak, penanggulangan bencana dan transmigrasi. 

Anggota Komisi D DPRD Kota Malang dari Fraksi PDI Perjuangan yakni Amithya Ratnanggani Sirraduhita mengatakan, penerapan PTM di Kota Malang harus memerhatikan kondisi Covid-19 yang ada, serta capaian vaksinasi bagi anak-anak.

“Kalau saya harus melihat balance antara pelaksanaan PTM dengan pelaksanaan vaksinasi. Apakah yang dilakukan oleh pemerintah daerah itu sudah cukup rapid untuk mendukung PTM, jika dirasa belum saya rasa PTM perlu dievaluasi kembali,” ungkap Amithya kepada JatimTIMES.com. 

Baca Juga  Prodi Manajemen UIN Malang Raih Akreditasi Unggul, Kejar Akreditasi Internasional

Pasalnya, untuk pelaksanaan vaksinasi terkadang anak-anak juga mengalami kendala. Misalnya ketika akan dilakukan vaksinasi anak dalam kondisi sakit, lalu anak-anak terkadang juga ada yang menolak, dan lain-lain. Namun, semua itu memang proses yang harus dilalui, utamanya anak-anak berusia 6-11 tahun. 

“Jadi itu yang perlu kita garis bawahi, apakah sudah sesuai dengan target yang ditetapkan oleh pemerintah daerah. Apabila belum, saya rasa mungkin PTM harus di evaluasi kembali,” jelas Amithya. 

Evaluasi PTM yang disarankan ketika vaksinasi untuk anak-anak belum sesuai target ini juga untuk mencegah persebaran Covid-19 varian Omicron. Di mana varian baru dari Covid-19 tersebut sudah menyerang warga Kota Malang.

Meskipun gejala yang dirasakan dari Covid-19 varian Omicron ini tidak separah varian delta, namun Amithya menegaskan bahwa dalam kondisi seperti ini yang dipertaruhkan adalah kesehatan anak-anak, di mana anak-anak merupakan generasi penerus bangsa. 

Baca Juga  Dorong Pengembangan Sport Preneur di Lumajang, Tim Kedaireka Unisba Blitar Gelar Pelatihan Arung Jeram  

“Gejala pasca Covid-19 itu yang perlu kita garis bawahi, karena ada yang menyebutkan bisa memicu ketidak sempurnaan organ-organ yang lain untuk berfungsi, jadi menurut saya generasi kita ini yang perlu dilindungi,” tegas Amithya.

Sebagai informasi, seperti yang telah diberitakan sebelumnya pelaksanaan vaksinasi Covid-19 dosis satu bagi anak-anak usia 6-11 tahun di Kota Malang masih belum tuntas. Hingga akhir Januari 2022, tercatat sekitar 92 persen dari total anak-anak yakni 76.570 anak sudah tervaksin. 

Padahal, sejak diluncurkannya program vaksinasi untuk anak usia 6-11 tahun pada 20 Desember 2021 lalu, ditargetkan vaksinasi anak-anak dosis satu usia 6-11 tahun akan selesai di akhir Bulan Januari 2022. 

Penyebab mundurnya dari target awal yakni dikarenakan pada proses skrining, kondisi anak-anak sebelum menjalani vaksinasi sedang kurang sehat. Hal ini yang menyebabkan anak-anak tidak dapat disuntik vaksin, sehingga perlu dijadwalkan ulang.



Tubagus Achmad