INDONESIAONLINE – Wakil Wali (Wawali) Kota Malang Sofyan Edi Jarwoko mengajak seluruh elemen masyarakat serta unsur-unsur perangkat daerah untuk bersama-sama mencegah terjadinya stunting di Kota Malang. 

Pria yang akrab disapa Bung Edi itu menyampaikan, bahwa pihaknya berkomitmen untuk melakukan percepatan pencegahan stunting di Kota Malang. Hal itu sejalan dengan visi misi Wali Kota dan Wakil Wali Kota Malang yakni meningkatkan akses dan kualitas pendidikan, kesehatan, dan layanan dasar lainnya bagi seluruh masyarakat. 

“Ini menjadi gerakan nasional untuk diatasi, poin utamanya adalah membangun komitmen dengan OPD (organisasi perangkat daerah). Bukan tugasnya Dinas Sosial atau Dinas Kesehatan saja untuk menurunkan angka stunting,” ungkap Bung Edi saat memimpin rapat koordinasi pencegahan stunting di Ruang Tumapel, Balai Kota Malang. 

Baca Juga  Buka Kegiatan Pak Camat PMI, Bupati Blitar: Pekerja Migran Kabupaten Blitar Harus Jadi Pengusaha Sukses

Pihaknya juga mengatakan, dalam melakukan percepatan pencegahan stunting di Kota Malang, terdapat dua cara yang dapat dilakukan. Yakni dengan cara preventif dan intervensi.

Bung Edi, menyebut upaya preventif penanganan kasus stunting dapat berupa pemberian edukasi yang ditujukan kepada calon pengantin. Sehingga dapat mencegah kelahiran anak stunting. 

“Karena mereka ini adalah calon ibu, calon bapak. Ini juga ada edukasi, supaya dipersiapkan betul-betul nanti saat membawa kandungan dan merawat bayinya secara baik,” ujar Bung Edi. 

Kemudian, pemberian edukasi terkait stunting ini sangat tepat diberikan kepada calon ibu untuk mencegah terjadinya 3T atau ibu melahirkan Terlalu Muda, Terlalu Cepat/Rapat Jarak Kelahiran dan Terlalu Tua. Lalu edukasi terkait cara seorang ibu merawat keluarga serta reproduksi merupakan suatu hal yang penting. 

Baca Juga  PN Blitar Naik Kelas dan Resmikan PTSP, Ini Harapan Wabup Rahmat Santoso

Sementara itu, untuk cara yang kedua yakni dengan cara intervensi. Di mana intervensi dilakukan untuk bayi yang kahir dan dinyatakan berisiko stunting. Terkait hal ini menurut Bung Edi harus ada intervensi-intervensi penanganan psikologi, kesehatan serta sosial kemasyarakatan. “Supaya mereka bisa diselamatkan. Masih ada kesempatan seribu hari pertama untuk menyelamatkan anak-anak yang dikatakan risiko stunting,” tutur Bung Edi. 

Lebih lanjut, untuk menyukseskan upaya percepatan pencegahan dan penanganan stunting membutuhkan kolaborasi serta partisipasi baik dari pemerintah daerah maupun dari berbagai elemen masyarakat. 

“Untuk itu, harus ada pendampingan dari tenaga medis, relawan, PKK, BKKBN, jajaran perangkat daerah dan berbagai pihak lain, sebagai upaya bersama penanganan bayi berisiko stunting,” pungkas Bung Edi.