Beranda

1979, The Rollies Potret Iklim Ekstrem Lewat Kemarau

1979, The Rollies Potret Iklim Ekstrem Lewat Kemarau

INDONESIAONLINE – Fenomena perubahan iklim ekstrem saat ini di Indonesia sebenarnya telah dipotret secara epik di dekade 1970-an oleh grup musik The Rollies.

The Rollies melalui label Musica Studios mengeluarkan album berjudul Kemarau, 1979. Menariknya, lagu berjudul Kemarau yang ditulis bassis Oetje F. Tekol dari album ini mendapatkan anugrah Kalpataru dari Menteri Lingkungan Hidup Emil Salim, waktu itu.

Kalpataru adalah penghargaan yang diberikan kepada perorangan atau kelompok atas jasanya dalam melestarikan lingkungan hidup di Indonesia.

Kalpataru sendiri adalah bahasa Sanskerta yang berarti pohon kehidupan (Kalpavriksha). Penghargaan Kalpataru untuk lagu Kemarau diserahkan Emil Salim pada 5 Juni 1979.

Melalui lagu Kemarau, bassis The Rollies Oetje F. Tekol menyampaikan pesan-pesan lingkungan hidup yang pada medio itu sudah mencapai fase kritis.

Potret alam yang mulai rusak itu dipotret Oetje dalam intro lagu kemarau. Menariknya, intro lirik lagu Kemarau cukup relevan dengan perubahan iklim dan cuaca panas ekstrem yang melanda sebagian wilayah Indonesia saat ini.

“Panas nian kemarau ini
Rumput-rumput pun merintih sedih
Lemah tak berdaya diterik sang surya, yang panas bagaikan dalam neraka…
Curah hujan yang dinanti-nanti
Tiada juga datang menitik
Kering dan gersang menerpa bumi
Yang panas bagai dalam neraka…”

Oetje F. Tekol bukan personel asli The Rollies. Ia gabung dengan grup asal Bandung ini 1974 menggantikan sang pendiri  Deddy Stanzah yang dipecat karena kecanduan narkoba.

Direkrutnya Oetje sebagai bassis The Rollies berikutnya merupakan keputusan tepat. Dari jari-jarinya yang lincah, Oetje kemudian banyak melahirkan lagu-lagu hits untuk The Rollies, salah satunya Kemarau.

Lagu kemarau tercipta saat Oetje melakukan perjalanan dari Bandung ke Jakarta. Di sepanjang perjalanan, Oetje melihat penebangan pohon secara membabi buta.

Dengan mata kepalanya sendiri, Oetje juga menyaksikan kiri kanan yang biasanya ditumbuhi tumbuh-tumbuhan hijau berubah menjadi kuning kecoklatan. Ia juga merasakan cuaca yang lebih panas dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Proses ini dialami Oetje sekitar 1977.

Pikiran Oetje terus bergerak setelah ia membaca koran dan majalah yang membuat berita penebangan hutan secara liar. Otak yang menangkap fenomena kerusakan lingkungan ini tanpa sadar melahirkan sebuah melodi dan lirik lagu.

Ia pun mendapatkan sebaris reff lagi yang berulang-ulang  :

“Mengapa, mengapa hutanku hilang
dan tak pernah tumbuh lagi
Mengapa, mengapa hutanku hilang
dan tak pernah tumbuh lagi”

Kemarau dari Folk Country Jadi Funk

Awalnya Oetje F Tekol mengaransemen lagu kemarau dalam balutan folk country yang bertumpu pada kekuatan gitar.

Ia memilih jenis aransemen ini karena lagu ini memuat kritik terhadap perusakan hutan dan lingkungan.

The Rollies yang saat itu berganti nama menjadi New Rollies bersiap mengeluarkan album baru dan lagu ciptaan Oetje ini masuk dalam nominasi yang dimasukkan dalam album tersebut.

Hasilnya, saat album Dansa Yok Dansa dirilis pada 1977, Oetje harus mengalah karena lagu kemarau hanya dimasukkan sebagai lagu cadangan. Ketika New Rollies merilis album “New Rollies Vol.3” 1978, lagi lagi lagu “Kemarau” dicoret dalam tracklist karena dianggap kurang kuat dan dinilai tidak memenuhi selera pasar.

Keberuntungan mulai menaungi Oetje di tahun 1979. Lagu kemarau yang beraransemen folk country akhirnya diubah dalam pola aransemen funk dengan sentuhan brass section ala Rollies.

Hasilnya, lagu ini masuk dalam track list urutan pertama album New Rollies yang dirilis 1979. Bahkan album ini pun diberi judul “Kemarau” juga.

Lagu kemarau semakin lekat di telinga pendengar dengan isian vokal tinggi melengking nan merdu dari penyanyi dan keyboardis New Rollies Delly Joko Arifin.

Hebatnya lagi, masih di tahun yang sama lagu ini menorehkan prestasi yang belum bisa disamai oleh grup musik lain di  Indonesia, yaitu mendapatkan anugerah Kalpataru dari Menteri Lingkungan Hidup Emil Salim (ar/dnv).

Exit mobile version