*dd nana veno
Kau usapkan uap api
di wajahmu yang dicumbui udara basah
pegunungan yang kau taklukkan.
Wajahmu sedikit menghangat
sebelum air mata merebutnya lagi.
Diketinggian itu, isakmu pecah
membuat api tertegun
dan akhinya memudarkan cahaya dan panasnya.
Tak ada sepasang tangan yang melingkar
meredakan getar dari isak yang pecah dan
kisah-kisah masa depan yang membuat
mata terjaga dan siap melawan cuaca.
Api bergetar di telapak tangan dan meminta pulang.
Karena, kisah-kisah tangisan kerap membuatnya lumpuh
dan tak lagi bisa bekerja.
“Tapi, kecantikan akan pudar tanpa kau bekerja,” ucap makhluk bersayap yang bertugas menyatukan segala yang terserpih pecah.
“Percayalah aku terlalu lelah,” ujar api yang meredupkan hidupnya sendiri.
Diketinggian kau masih terisak
dan udara basah mencuri air matamu begitu rakus
dan aku tandaskan bir bintang
di kepala yang dihuni para serigala
“Sungguh aku mencintaimu.”
*penikmat kopi pait dan mantan tukang wingko