INDONESIAONLINE – Investigasi terhadap ledakan dahsyat di pelabuhan komersial utama Iran bulan lalu telah mengarah pada penangkapan dua orang, termasuk seorang pejabat pemerintah. Langkah ini menandai fase baru dalam upaya otoritas untuk menentukan penyebab dan pihak yang bertanggung jawab atas insiden mematikan tersebut.
Menurut laporan televisi pemerintah pada Minggu, yang mengutip temuan dari komite investigasi menyatakan seorang manajer pemerintah dan seorang lainnya dari sektor swasta telah ditangkap.
Komite yang dibentuk untuk menyelidiki ledakan tersebut sebelumnya mengindikasikan adanya deklarasi (barang) palsu yang telah dibuat dalam beberapa kasus terkait kargo di pelabuhan.
Pada hari Minggu, komite investigasi juga menyatakan bahwa tersangka telah diidentifikasi dan proses pemanggilan sedang berlangsung. Meskipun rincian lebih lanjut mengenai identitas mereka atau peran spesifik dalam ledakan tersebut belum diungkapkan.
Ledakan terjadi pada 26 April di dermaga di pelabuhan Shahid Rajaee, dekat kota pesisir Bandar Abbas di Selat Hormuz – jalur air krusial bagi perdagangan minyak global. Insiden ini menewaskan sedikitnya 57 orang dan melukai lebih dari seribu lainnya, menurut data korban terbaru yang disampaikan otoritas, yang juga memperingatkan bahwa angka tersebut masih bisa berubah.
Menteri Dalam Negeri Iran, Eskandar Momeni, segera setelah ledakan terjadi, menyalahkan kekurangan, termasuk ketidakpatuhan terhadap tindakan pencegahan keselamatan dan kelalaian sebagai penyebab awal musibah ini.
Penangkapan pejabat pemerintah dan individu sektor swasta kini menimbulkan pertanyaan apakah mereka terkait dengan “kelalaian” atau “deklarasi palsu” yang disebutkan oleh otoritas.
Sementara penyelidikan resmi terus berlanjut, sebuah laporan dari The New York Times, mengutip sumber yang memiliki hubungan dengan Korps Garda Revolusi Islam Iran, menyebut bahwa bahan yang meledak adalah natrium perklorat, bahan utama dalam bahan bakar padat untuk rudal.
Namun, klaim ini dibantah oleh juru bicara kementerian pertahanan Iran, Reza Talaei-Nik, yang mengatakan kepada televisi pemerintah bahwa tidak ada kargo yang diimpor atau diekspor untuk bahan bakar militer atau penggunaan militer di daerah tersebut.
Penangkapan terbaru ini menggarisbawahi keseriusan penyelidikan yang dilakukan Iran terhadap insiden yang tidak hanya menimbulkan kerugian manusia yang signifikan tetapi juga merusak infrastruktur vital di pelabuhan strategis negara itu (ina/dnv).