INDONESIAONLINE – Kekhawatiran baru mengenai dampak aktivitas pertambangan terhadap ekosistem wisata bahari kembali mencuat, kali ini tak hanya di Raja Ampat, melainkan juga di Pulau Bedil, Banyuwangi, Jawa Timur.
Destinasi yang dijuluki ‘Raja Ampat-nya Banyuwangi‘ ini menjadi sorotan setelah sebuah video viral di TikTok mengungkap dugaan suara dentuman dan kerusakan visual akibat aktivitas tambang di dekatnya, memicu tanda tanya besar terhadap kelestarian lingkungan dan potensi pariwisata di kawasan tersebut.
Unggahan akun TikTok @ibengabdullatif pada awal pekan ini secara cepat menarik perhatian publik. Dalam videonya, Ibeng secara eksplisit menyatakan bahwa Pulau Bedil, yang selama ini dikenal sebagai surga tersembunyi, kini menghadapi ancaman serupa dengan Raja Ampat.
“Maaf banget Pulau Bedil, di Banyuwangi yang disebut mirip Raja Ampat juga mengalami hal yang sama, ada aktivitas tambang di sana,” kata Ibeng dalam videonya yang viral.
Ia menambahkan, “Waktu aku ke sana, suara bom terdengar dengan sangat jelas, secara visual juga tidak kalah jelas, koyakkan warna coklat terlihat kontras di antara hijaunya pepohonan.”
Ibeng juga menyoroti keanekaragaman hayati yang kaya di Pulau Bedil, termasuk keberadaan lumba-lumba dan monyet yang bergantung pada kelestarian ekosistem.
“Aku bingung berbuat apa, ya paling bikin video ini. Apalagi Pulau Bedil bukan cuma indah, di sana juga hidup lumba-lumba dan juga banyak monyet. Kalau terus terjadi aktivitas pertambangan, kasihan mereka harus mengungsi ke mana,” tuturnya dengan nada prihatin.
Ia berharap isu ini dapat terangkat seiring dengan viralnya masalah tambang di Raja Ampat, dengan tagar #saverajaampat dan #savepulaubedil.
Lokasi Strategis dan Dugaan Keterlibatan Korporasi Besar
Pulau Bedil sendiri berlokasi di Dusun Pancer, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi. Wilayah ini dikenal sebagai area konsesi pertambangan yang diduga dikelola oleh PT Bumi Suksesindo (PT BSI), anak perusahaan dari PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA).
PT Merdeka Copper Gold adalah salah satu pemain besar di industri pertambangan logam dan mineral di Indonesia. Berbasis di Jakarta dan melantai di bursa sejak 2015, perusahaan ini mengoperasikan dua tambang aktif, termasuk Tambang Emas Tujuh Bukit di Banyuwangi dan Tambang Tembaga Wetar di Maluku Barat Daya.
Perusahaan ini juga tengah mengembangkan proyek-proyek ambisius, seperti Proyek Tembaga Tujuh Bukit yang disebut sebagai salah satu cebakan tembaga terbesar di dunia yang belum dieksploitasi, serta Proyek Emas Pani di Gorontalo. Bahkan, melalui anak usaha PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBM), Merdeka juga berekspansi ke industri bahan baku kendaraan listrik. Perusahaan ini didukung oleh investor besar seperti PT Saratoga Investama Sedaya Tbk dan Garibaldi Thohir.
Di balik isu pertambangan yang mencuat, Pulau Bedil justru dikenal luas sebagai destinasi wisata bahari Banyuwangi yang menjanjikan.
Dengan laguna jernih bergradasi hijau kebiruan, gugusan pulau kecil yang memukau, serta berbagai aktivitas seperti berenang, menyelam, dan snorkeling, Pulau Bedil adalah magnet bagi wisatawan.
Data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi menunjukkan bahwa selama libur panjang Waisak 10-13 Mei 2025 lalu, Pantai Mustika yang menjadi akses utama Pulau Bedil, dikunjungi 1.834 wisatawan, sementara Pantai Cemara mencatat 678 kunjungan.
Ironisnya, infrastruktur jalan menuju kawasan ini juga dinilai memadai, bahkan disebut lebih baik dibanding jalan di kota. Kondisi ini tak lepas dari kontribusi PT BSI yang sejak 2020 menjalankan program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) untuk memperbaiki akses jalan di sekitar area tambang.
Peningkatan infrastruktur ini memang turut berdampak positif pada kemudahan akses ke destinasi lain di sekitar Pesanggaran, seperti Pantai Pulau Merah.
Namun, dengan kembali mencuatnya isu aktivitas tambang di dekat Pulau Bedil, kekhawatiran terhadap dampak lingkungan pertambangan dan ancaman terhadap pariwisata berkelanjutan di kawasan ini pun kembali menguat. Warga dan pegiat lingkungan berharap ada perhatian serius dari pihak terkait agar keindahan dan kekayaan hayati Pulau Bedil tetap lestari.
Respons Publik dan Seruan Konservasi
Unggahan Ibeng memicu beragam reaksi di kalangan warganet, menunjukkan tingginya kepedulian publik terhadap isu ini.
“Louder!!!! masih jarang yang bahas isunya tambang2 di banyuwangi ini,” tulis akun @Tan Skin C****, menyerukan agar isu ini lebih banyak dibahas.
“Pengalaman yg pernah kerja di daerah Deket penambangan. pasti ada kerusakan lingkungan. apakah nanti abis di tambang di benahi?? kagakkk….. tinggal gitu aja,” imbuh @Ombro Kuline***, menggambarkan pesimisme terhadap praktik rehabilitasi pasca-tambang.
Senada, akun @de** berkomentar, “Semua aktifitas tambang mengganggu lingkungan, bayangin aja tanah dikuruk berapa tahun, ayo lah sayanggi lingkungan kalian tak bisa membuat lebih baik setidakx Jagan merusak.”
Seruan publik ini menegaskan urgensi untuk menyeimbangkan antara potensi ekonomi dari pertambangan dan kebutuhan mendesak akan konservasi lingkungan dan pengembangan pariwisata berkelanjutan di destinasi sekelas Pulau Bedil.
Masa depan ‘Raja Ampat-nya Banyuwangi’ kini berada di tangan para pemangku kepentingan untuk menemukan solusi terbaik demi kelestariannya (bn/dnv).