INDONESIAONLINE – Bank Dunia memberikan komentarnya terkait program makan siang gratis yang diusulkan pemerintah dan akan dimasukkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Satu Kahkonen, perwakilan Bank Dunia di Indonesia, menyambut baik program tersebut dan menyatakan bahwa program ini dapat membantu meningkatkan kesehatan dan gizi anak-anak di Indonesia.

Namun, Kahkonen mengingatkan bahwa program ini perlu dirancang dengan matang dan mempertimbangkan beberapa faktor, seperti target penerima, kualitas makanan, dan keberlanjutan.

“Kami masih menantikan (rincian Program Makan Siang Gratis). Untuk Indonesia pada dasarnya berpegang pada pagu defisit fiskal yang telah ditetapkan sebesar 3 persen dari PDB, sesuai dengan peraturan perundang-undangan,” ucap Kahkonen, Rabu (28/2/2024).

Baca Juga  Masyarakat Mulai Malas Pakai PeduliLindungi, Menko Airlangga: Harus Diperketat

Kahkonen juga menekankan pentingnya monitoring dan evaluasi program untuk memastikan bahwa program ini berjalan efektif dan mencapai tujuannya.

Sebelumnya, pemerintah Indonesia telah mengumumkan rencana untuk memasukkan program makan siang gratis dalam APBN 2025. Program ini diproyeksikan akan menelan biaya Rp 450 triliun dan akan menjangkau 80 juta siswa di seluruh Indonesia.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa program ini merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Program makan siang gratis diharapkan dapat membantu meningkatkan konsentrasi siswa di kelas dan mengurangi angka stunting pada anak-anak.

Seperti diketahui, program Makan Siang dan Susu Gratis merupakan usulan dari Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Dalam dokumen visi-misinya, paslon tersebut menjelaskan Program Makan Siang Gratis bertujuan mengatasi masalah stunting dan bakal menyasar siswa pra-sekolah, sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA), dan pesantren.

Baca Juga  Real Count KPU: Prabowo 57.74%-Anies 21,9%-Ganjar 20,37%

Bantuan gizi juga akan diberikan kepada ibu hamil dan balita di seluruh Indonesia untuk meningkatkan kesehatan dan membantu ekonomi keluarga.

Program tersebut menargetkan lebih dari 80 juta penerima manfaat dengan cakupan 100 persen pada tahun 2029.